TRIBUNBENGKULU.COM - Kisah pilu dialami Mustari Baso, seorang purnawirawan Kopassus yang dulu dikenal sebagai bagian dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), kini hidup terlantar setelah ditinggalkan anak dan istrinya.
Mustari Baso, yang pensiun dengan pangkat terakhir Sersan Mayor (Serma) dan akrab disapa Serma Mustari, dulunya berdinas di Kabupaten Bulukumba.
Ia menghabiskan masa tuanya dengan mengontrak rumah, hidup bersama istri dan anaknya.
Namun, takdir berkata lain.
Di usia senjanya, Serma Mustari harus menelan pil pahit.
Hidupnya kini diselimuti kesedihan dan keterlantaran, jauh dari gambaran kehormatan seorang prajurit.
Ia tinggal sebatang kara di Kampung Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel).
"Istrinya lebih dulu pergi, lalu anaknya menyusul. Bahkan sempat meminta Pak Mustari mengambil uang di bank sebelum benar-benar ditelantarkan," tutur Dg Sewang, anak dari H Jalling, saat ditemui Tribun-Timur.com di sebuah kafe di Jalan Ishak Iskandar, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Sabtu (2/7/2025).
Bahkan uang diambil anak Mustari mencapai lebih dari Rp100 juta.
Setelah itu, Mustari ditinggalkan begitu saja.
Ia sempat hidup tanpa arah di Kabupaten Bantaeng, lalu berpindah ke Makassar dan bertahan di Terminal Malengkeri selama sepekan.
"Hingga akhirnya, sekitar jam 12 malam, Pak Mustari tiba di rumah orangtua saya," ujar Sewang.
Mustari datang hanya membawa sebuah ransel berisi beberapa potong pakaian dan kartu pensiunan TNI.
Esok paginya, barulah keluarga H Jalling menyadari siapa tamu datang malam itu.
"Selama dua tahun beliau sudah tinggal di rumah orangtua saya. Anaknya tidak pernah mencari. Kami juga kasihan," ucap Sewang lirih.
Kini, Mustari menggantungkan hidup dari belas kasih kerabat.
Meski hidupnya tak lagi megah, ia tetap menyimpan kehormatan sebagai prajurit.
"KTP baru sudah kami buatkan atas namanya, beralamat di Kampung Kunjung Mange, sebagai bukti kalau Pak Mustari tak sepenuhnya sendiri," tutup Sewang.
Mustari menjalani hari-harinya dengan sunyi di ruangan berukuran 2x2 meter.
Lokasinya tepat di belakang rumah keluarga, H Jalling, yang bersedia menampungnya.
Di ruangan 2x2 meter tersebut, Mustari masih memiliki seragam TNI dilengkapi lambang Kopassus di bahu kiri dan papan RPKAD di dada kiri serta papan nama M.K.R Baso, (Mustari Karaeng Baso).
Dalam buku Keterangan Mengenai Pensiunan, Mustari bernama lengkap Mustari Baso Sertu Purn TNI-AD, lahir 5 Februari 1943
Cerita Purnawirawan TNI
Ditemui Tribun-Timur.com, Sabtu (2/8/2025) sore, Mustari Baso masih mengingat dengan samar pengalaman hidupnya.
Dengan suara lirih dan terbata, ia mengenang masa tugasnya di era Presiden Soeharto.
“Saya pernah tugas ke Timor-Timor dua kali, saya juga pernah buru PKI,” ucap Mustari sambil tersenyum kecil.
Mustari sering mengelu-elukan nama Prabowo dan Soeharto.
Dua tokoh yang melekat dalam ingatannya sebagai pemimpin.
Namun jauh dari kemegahan masa lalu, Mustari mengakui kehidupannya kini tak lagi sama.
Ia ditinggalkan istri dan anak-anaknya.
“Iye, saya ditinggal sama anak-anak karena maklumlah, dia mau ikut mamanya atau ikut saya, kalau ikut saya, kasihan, saya masih bertugas," ujarnya.
Hj Sattunia, istri dari H Jalling yang kini merawatnya, menyebut jika anak dan istri Mustari tak pernah datang berkunjung.
Hanya pernah menelepon sekali, dan berjanji akan membantu.
“Katanya mau bantu, tapi sampai sekarang tidak ada bantuannya sama sekali,” ucapnya.
Menurut Sattunia, uang pensiun Mustari pernah diambil diam-diam oleh anaknya sebesar Rp 100 juta.
Kini, sisa gaji pensiun Mustari hanya Rp400 ribu.
Mustari kata Sattunia, sempat ditemukan tidur di bawah jembatan Tino, Kabupaten Bantaeng.
Bahkan pernah terlantar di Terminal Malengkeri, Makassar.
"Anak yang tinggal di Makassar sempat berjanji menjemput, tapi tidak pernah datang," sebutnya.
Singkat cerita, seseorang membawa Mustari ke pinggir jalan, tepat di depan rumah H Jalling.
Dari sanalah cerita haru Mustari kembali dimulai.
"Sudah dua tahun menetap di sini dan saya yang merawatnya," tutur Sattunia.
Penjelasan TNI
Sementara, Batituud Koramil 05 Batang, Pelda Alimuddin yang mendatangi rumah tersebut bersama Kapolsek Batang Iptu Purwanto membenarkan status Mustari sebagai purnawirawan TNI.
"Beliau ini purnawirawan TNI, menurut keterangan beliau masuk di grup 1 Kopassus Cijantung kemudian pensiun terakhir di Kodim 1411 Bulukumba tahun 1992," kata Alimuddin.
"Beruntungnya beliau ini dirawat oleh pihak keluarga yang masih mau merawat, anak-anaknya ada di Jakarta, pokoknya tidak ada di Jeneponto. Seandainya tidak dipedulikan mungkin beliau tinggal dipinggir jalan lah," tutup Alimuddin.
Profil
Biodata Serma (Purn) Mustari Baso
Nama Lengkap: Mustari Baso
Pangkat Terakhir: Sersan Mayor (Purnawirawan)
Kesatuan: Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
Wilayah Tugas Terakhir: Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Status: Pensiunan TNI AD.
Artikel ini telah tayang di TribunTimur.com