Penemuan Rafflesia Hasseltii

Sosok Chris Thorogood Bule Bareng Septian Andriki Bertahun-tahun Cari Rafflesia Hasseltii

Sosok Dr Chris Thorogood merupakan turis dari Amerika yang sudah lima tahun mencari Rafflesia Hasselti.

|
Penulis: Bima Kurniawan | Editor: Hendrik Budiman
Tribunnews.com/Bima Kurniawan
SOSOK TURIS - Penggambar Tumbuhan dari Oxford University Dr Chris Thorogood (kanan) dan Pegiat Konservasi Bengkulu Septian Andriki (Kiri) pada Selasa (18/11/2025). Chris merupakan turis dari Inggris yang sudah lima tahun mencari Rafflesia Hasselti. 
Ringkasan Berita:
  • Chris Thorogood merupakan turis asal Inggris yang sudah bertahun-tahun mencari Rafflesia Hasselti. 
  • Chris sangat tertarik untuk melihat langsung corak dan warna bunga Rafflesia yang ada di Indonesia khususnya Bengkulu.
  • Septian Andriki, menceritakan awal dirinya terlibat dalam ekspedisi bersama ilustrator botani dari Oxford University, Chris Thorogood. 

 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Bima Kurniawan
 
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Sosok Chris Thorogood merupakan turis asal Inggris yang sudah bertahun-tahun mencari Rafflesia Hasselti. 

Salah satu penggiat konservasi Bengkulu Septian Andriki mengungkapkan sosok Chris Thorogood merupakan seorang ilustration botani atau penggambar tumbuhan yang berasal dari Oxford University. 

"Jadi Chris ini merupakan seorang ahli botanical atau ilustration botanical dari Oxford University," ungkap Septian, saat diwawancarai Pemred TribunBengkulu.com M. Syah Beny, Minggu (24/11/2025).

Mereka bertemu setelah Chirs mengubunginya melalui media sosial Instagram 

"Waktu itu dia DM instagram saya bernama Dr. Chris Thorogood yang tertarik melihat Rafflesia di Provinsi Bengkulu," ucap Septian. 

Oleh sebab itu Chris sangat tertarik untuk melihat langsung corak dan warna bunga Rafflesia yang ada di Indonesia khususnya Bengkulu. 

Kemudian dilakukan percarian bunga Rafflesia tersebut dimulai sejak 2021 hingga 2024.

Namun hanya dapat menemukan empat spesies dari lima spesies Rafflesia di Bengkulu. 

"Bengkulu waktu itu julukannya The Land Of Rafflesia karena ada lima spesies rafflesia di Bengkulu yakni Arnoldi, Bengkuluensis, Gadutensis, Hasselti dan Rafflesia Kemumu dan yang baru ditemukan empat spesies kecuali Rafflesia Hasselti," jelas Septian. 

Baca juga: Sosok Septian Andriki Aktivis Bengkulu Menangis Haru Temukan Rafflesia Hasseltii di Hutan Sumatera

Hal tersebut membuat Chris datang kembali ke Bengkulu untuk mencari Bunga Rafflesia Hasselti.

Setelah pencarian panjang akhirnya ditemukan lah bunga tersebut di wilayah hutan Kecamatan Sumpur Kudus, Sumatera Barat pada Selasa (18/11/2025).

Menurut Septian Andriki, awal dirinya terlibat dalam ekspedisi bersama ilustrator botani dari Oxford University, Chris Thorogood. 

Kolaborasi keduanya ternyata berawal dari komunikasi sederhana melalui pesan langsung (DM) pada masa pandemi Covid-19 tahun 2019.

Deki mengaku kecintaannya pada Rafflesia bermula dari rasa ingin meluruskan pemahaman murid-muridnya mengenai perbedaan Rafflesia dan bunga bangkai (Amorphophallus).

"Saya itu, basic saya adalah guru Penjas. Saya mengabdi 7 tahun, akhirnya saya dititipin buku pelajaran," katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/11/2025). 

Ia menyadari banyak siswa sekolah dasar mengira kedua flora tersebut sama. 

Berangkat dari keinginan mengedukasi murid, Deki mulai melakukan eksplorasi kecil-kecilan. 

"Saya awalnya coba ekspedisi kecil-kecilan dengan anak-anak Karang Taruna, saya coba cari lagi, dapat 10 habitat. Akhirnya saya berhenti mengajar," ujarnya.

Sejak 2013, Rafflesia Hasseltii menjadi target utama pencarian Deki.

Namun hingga bertahun-tahun, ia belum berhasil menemukannya.

Ekspedisi 2025 

Pada pertengahan November 2025, Deki mendapat informasi bahwa R. hasseltii ditemukan mekar di kawasan Sumber Kudus, Sijunjung.

Ia kemudian merencanakan ekspedisi berisiko tinggi bersama Chris, Iswandi dari LPHN Sumpur Kudus, dan Joko Witono dari BRIN. Perjalanan tersebut sangat berat.

Dari Bengkulu menuju lokasi butuh 20 jam perjalanan darat, ditambah tiga jam mendaki jalur ekstrem.

"Akhirnya kita coba cari klarifikasi, kita coba ekspedisi. Berangkat dari Bengkulu selama 20 jam dengan jalan kaki lebih dari 3 jam. Ini total perjalanan 23 jam," ujar Deki.

Risiko terbesar adalah lokasi habitat yang merupakan jalur harimau.

Musim durian yang sedang berlangsung juga meningkatkan potensi bertemu kucing besar tersebut.

"Mungkin kalau hari itu kita ketemu, kemungkinannya ada di 60 persen, ketemu harimau," katanya.

Beruntung, tim tidak bertemu harimau selama perjalanan. 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved