Tragedi di Stadion Kanjuruan

18 Polisi Pemegang Senjata Pelontar saat Tragedi Stadion Kanjuruhan Diperiksa Itsus dan Provam Polri

Menurutnya ejauh ini sudah ada 18 anggota polisi yang diperiksa terkait kasus yang menewaskan ratusan orang tersebut.

Editor: Hendrik Budiman
tribunjatim.com/PURWANTO
Tragedi Arema vs Persebaya - Aremania membopong korban kericuhan sepakbola saat laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022). Puluhan orang meninggal dalam tragedi ini. Arema FC kalah melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. 

Meski, dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan.

"Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup," imbuh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI ini.

Kesaksian Korban Selamat

Tragedi kerusuhan yang terjadi usai laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022) malam, meninggalkan duka bagi para pendukung Arema atau Aremania.

Doni (43 tahun), seorang Aremania dari wilayah Bareng, Kota Malang, mengisahkan kronologi kerusuhan itu.

Kericuhan yang menyebabkan sedikitnya 131 orang tewas tersebut membuatnya sedih.

Ia tidak pernah memikirkan tragedi seperti itu akan terjadi. Kengerian pun masih dirasakan Doni hingga kini.

Ia menceritakan selama pertandingan derbi Jatim tersebut sebenarnya tidak ada insiden apa pun.

Namun, kengerian itu terjadi usai pertandingan. Doni mengaku melihat dengan kepalanya sendiri orang-orang berteriak minta tolong di mana-mana.

Para suporter, kata dia, panik karena tembakan gas air mata.

"Kejadiannya itu setelah sepak bola habis. (Saat pertandingan) ya tidak ada, ya kalau ada agak berkelahi, ada orang yang mabuk-mabuk, biasa, lalu (teriak) sama-sama Arema, ya selesai. Baru setelah (laga usai) itu suporter turun ke lapangan," paparnya dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (2/9/2022).

Ia bercerita, dari tribun 14 tempatnya duduk, tidak ada yang turun ke lapangan. Lalu ia melihat ada tembakan gas air mata.

Doni mendengar seperti ada ledakan di sana dan membuat suporter yang masih ada dalam stadion, berhamburan panik berusaha keluar stadion.

Begitu pula Doni yang saat itu membawa anak-anak. Yang ada dalam pikirannya cuma menyelamatkan anak yang ia cintai.

"Cari pintu keluar itu berdesakan, panik. Sudah berdesakan, panas kena gas (air mata) itu. Pagar keluar roboh," kenang Doni.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved