Tragedi di Stadion Kanjuruan
18 Polisi Pemegang Senjata Pelontar saat Tragedi Stadion Kanjuruhan Diperiksa Itsus dan Provam Polri
Menurutnya ejauh ini sudah ada 18 anggota polisi yang diperiksa terkait kasus yang menewaskan ratusan orang tersebut.
Teriakan Minta Tolong di Mana-mana
Dalam situasi seperti itu, ia melihat banyak yang sudah tergolek lemas ketika ia turun.
Semua orang seperti kebingungan. Waktu itu, ia cuma mendengar teriakan orang-orang minta tolong dari segala arah.
"Bahkan sudah nggak ada (meninggal dunia) juga saat turun itu. Cuma teriakan tolong-tolong," paparnya.
Doni mengaku bingung karena ada gas air mata. Setahu dia, penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan.
"Yang saya sayangkan, kok di lapangan ada gas. Kok yang di sini gas air mata," paparnya.
Penjelasan Medis Penyebab Banyak Korban Jiwa
Penjelasan medis mengenai tewasnya 129 orang, dalam tragedi Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Kohar Hari Santoso, banyak korban tewas mengalami trauma pada bagian kepala yang diduga kuat akibat berdesak-desakan dan terinjak-injak oleh kerumunan.
Temuan tersebut diperoleh dari rekam medis para korban tewas yang dievakuasi ke Kamar Mayat RSSA Malang.
"Rata-rata karena berdesak-desakan sehingga ada trauma di kepala, ada trauma dada, karena terinjak," katanya dikutip dari TribunJatim.com, Minggu (2/10/2022).
Disinggung mengenai adanya sesak napas yang sempat dialami para korban sebelum tewas di dalam kerumunan tersebut, Kohar Hari Santoso menegaskan, para korban tewas mengalami trauma akibat berdesak-desakan yang menyebabkan beberapa anggota tubuh bagian vital menopang kehidupan tidak berfungsi maksimal.
"Bukan begitu, karena ada desak-desakan tadi, jadi pasti ketekan dadanya, karena benturan di kepala karena jatuh," pungkasnya.
Daftar Sementara Nama-nama Korban Jiwa
Daftar sementara nama-nama korban jiwa tragedi kerusuhan di stadion Kanjuruan, Malang, Jawa Timur yang menelan 127 korban jiwa akibat kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Dari 127 korban jiwa, ada seorang anak berusia 12 tahun jadi korban jiwa dalam peristiwa kerusuhan yang terjadi usai pertandingan laga lanjutan Liga 1 2022 pekan ke-11 itu.
Selain itu, dua di antara 127 korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan Malang adalah anggota Polri.
Hal itu disampaikan Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, dalam konferensi pers, Minggu (2/10/2022).
Dari jumlah korban tersebut, Nico mengatakan, sebanyak 34 orang meninggal dunia di stadion dan yang lainnya di rumah sakit.
Selain itu pihak kepolisian mencatat, ada sekitar 180 orang yang tengah dirawat di sejumlah rumah sakit.
Berikut daftar sementara korban jiwa dalam Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang:
Kronologi Kerusuhan
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan diduga dipicu rasa kekecewaan sejumlah suporter terhadap hasil kekalahan Arema FC melawan Persebaya dengan skor 3-2.
Kerusuhan bermula saat Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya.
Seusai pertandingan, ribuan Aremania mendesak masuk ke lapangan.
Melihat ribuan suporter masuk ke lapangan, pihak keamanan dari Polri dan TNI langsung melakukan pengamanan.
Kejadian berlanjut dengan aksi lempar-lemparan antara suporter dengan petugas keamanan.
Lantaran kalah jumlah personel dan suporter tak dapat dikendalikan, petugas keamanan akhirnya mengeluarkan gas air mata.
Ada juga gas air mata yang mengarah ke tribun sehingga membuat suporter panik dan berusaha menyelamatkan diri.
Lantaran berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri, banyak suporter, baik pria maupun wanita yang jatuh dan terinjak.
Banyak juga yang mengalami sesak napas hingga akhirnya jatuh dan tak sadarkan diri.
"Selama pertandingan tidak ada masalah. Masalah terjadi ketika usai pertandingan. Penonton kecewa melihat tim Arema FC kalah. Apalagi ini sebelumnya Arema FC tidak pernah di kandang sendiri melawan Persebaya dalam beberapa tahun terakhir," ujar Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta saat gelar rilis di Polres Malang, Minggu (2/3/2022) dini hari.
Motif para suporter Arema FC turun ke lapangan, lanjut Nico, juga dengan maksud berusaha mencari pemain dan official Arema FC.
"Mereka bermaksud menanyakan ke pemain dan official kenapa sampai kalah (melawan Persebaya)," tuturnya.
Tak ingin kejadian kerusuhan menjadi meluas, Nico menerangkan jika petugas pengamanan kemudian melakukan upaya-upaya pencegahan dan pengalihan suapaya mereka tidak masuk ke lapangan.
Salah satunya dengan menembakkan gas air mata.
"Upaya-upaya pencegahan dilakukan hingga akhirnya dilakukan pelepasan gas air mata. Karena sudah tragis dan sudah mulai menyerang petugas dan merusak mobil," papar Nico.
Penumpukan suporter kemudian memicu berdesakan hingga membuat tragedi maut tersebut terjadi.
"Suporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12. Disaat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen. Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit," kata Nico.
Peristiwa berdesakannya para suporter ditambah dengan adanya gas air mata harus dibayar mahal.
Insiden tersebut membuat 127 nyawa melayang. 2 korban tewas di antaranya anggota Polri.
"Dalam peristiwa tersebut 127 orang meninggal dunia. 2 di antaranya anggota Polri. Yang meninggal di stadion ada 34, sisanya di rumah sakit saat upaya proses penolongan. Selain itu, 180 orang masih dalam proses perawatan dilakukan upaya penyembuhan," ungkap Nico.
Nico menduga kuat salah satu penyebab jatuhnya korban lantaran kehabisan oksigen akibat berdesakan.
"Suporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12. Disaat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen. Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit," jelasnya.
Sementara itu, kerusakan juga menyasar kendaraan yang ada di Stadion Kanjuruhan. Paling banyak menyasar kendaraan dinas Polisi.
"Kendaraan yang rusak diserang berjumlah 13 mobil rusak. 10 diantaranya mobil dinas Polri. Sisanya mobil pribadi," ucap Nico.
Menurut Nico, dari 40 ribu penonton yang hadir, tidak semuanya anarkis dan kecewa.
"Hanya sebagian 3000-an yang turun ke lapangan sedangkan yang lain tetap di tribun stadion. Ini saya mau menyampaikan kalau semuanya taat mengikuti aturan, maka kami akan melaksanakannya dengan baik," jelas Nico.
Nico juga menyakini tindakan yang dilakukan petugas termasuk penembakan gas air mata dilakukan karena adanya respon terhadap kelakuan suporter.
"Semua ini ada sebab akibatnya, kami akan menindaklanjuti dan sekali lagi kami mengucapkan belasungkawa kita akan melakukan langkah-langkah agar tidak terjadi tragedi lagi," ujarnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Tragedi-Arema-vs-Persebaya-Aremania.jpg)