Sidang Ferdy Sambo

Kamaruddin Sebut Kesaksian Kubu Ferdy Sambo-Putri Candrawathi Fitnah Terhadap Almarhum Brigadir J

Bahkan Damson menyebutkan bahwa Brigadir J memiliki teman wanita hiburan malam dan namanya di dunia hiburan malam adalah Alex.

Editor: Hendrik Budiman
KOMPAS.com / IRFAN KAMIL
Terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Ferdy Sambo, dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2022). Kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak mengultimatum Sekuriti di rumah Ferdy Sambo yakni Damianus Laba Kobam alias Damson, terkait kesaksiannya di persidangan. 

"Karena tetap tidak bisa meringankan hukuman, mau apapun karakter Josua," ujar Kamaruddin.

Menurut Kamaruddin, sangat tidak masuk akal, Brigadir J ke klub malam mengajak seorang asisten rumah tangga (ART) bagian sekuriti.

"Adalah juga mengherankan jika asisten rumah tangga sampai memonitor ke klub-klub. Ada gak asisten rumah tangga yang setiap hari atau setiap minggu ke night club. Itu jadi pertanyaan, berarti ada yang ngajar-ngajari dia ngomong begitu," kata Kamaruddin.

Karenanya kata Kamaruddin sudah sangat jelas apa yang dikatakan Damson adalah fitnah.

Padahal kata dia, fitnah itu tidak akan meringankan hukuman dan justru bisa menambah hukuman.

"Jadi fitnah itu akan sia-sia. Bukan begitu caranya membela klien. Bukan dengan menyebar fitnah. Tapi ajarkan hukum yang benar agar ada kesadaran hukum," kata Kamaruddin.

Para Saksi Kompak Sudutkan Sifat Negatif Brigadir J

Para saksi di Persidangan terdakwa Ricky Rizl dan Kuat Ma'ruf dalam kasus pembunuhan Brigadir J disebut kompak menyudutkan serta mengulik sifat negatif almarhum.

Menanggapi hal itu,Reza Indragiri, anggota Pusat Kajian Assessment Warga Binaan Pemasyarakatan, Poltekip, Kemenkumham, buka suara.

Dalam keterangan yang diterima, Kamis (10/11/2022), ia mengatakan apa yang terjadi itu namanya profiling.

"Karena Yoshua adalah korban, maka profiling yang disusun semestinya adalah victim profiling. Tapi alih-alih membuat kita paham dan bersimpati akan kondisi Yoshua yang membuatnya menjadi korban pembunuhan berencana, victim profiling itu justru mendiskreditkan Yoshua sebagai orang dengan serbaneka tabiat buruk," katanya.

"Terlepas apakah profiling itu benar atau tidak dan sifat-sifat buruk Yoshua itulah yang seolah membenarkan bahwa Yoshua telah melakukan kekerasan seksual. Jadi, victim profiling tentang Yoshua itu justru beraroma criminal profiling, '' ujarnya dikutip dari TribunNews.com.

Reza menyoroti sejumlah saksi yang dinilainya begitu kompak dan fasih menyebut watak-watak buruk Yoshua.

Tapi tidak ada satu pun kata sifat yang positif tentang Yoshua.

"Hebat saksi-saksi itu. Mereka punya proses berpikir yang sama, artikulasi spontan yang sama, kosakata yang sama, dan "kelupaan" yang sama untuk menyebut satu kebaikan pun tentang Yoshua. Filter mentalnya seragam, semua isi keterangan mereka pun kelam. Saya berharap ada fairness dan purposefulness," ujarnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved