OPINI: Dua Sisi Mata Uang Sosial Media
Sejak 10 tahun terakhir perkembangan sosial media maupun aplikasi messenger bergerak demikian pesat.
From Zero to Hero Phenomenon
Ini merupakan fenomena lahirnya banyak selebritas baru dari orang-orang biasa (from nothing to something) yang kini juga mampu mengilhami dan merubah mindset banyak anak-anak muda di dunia.
Untuk merubah nasib melalui peruntungan di media sosial, tepatnya dengan menjadi konten creator atau pembuat konten di berbagai jenis media sosial, mulai dari youtube, facebook, tiktok dan lain sebagainya.
Fenomena yang nampak jelas sekali sepertinya lahirnya Atta halilintar, Botak terkuat di bumi (CellosZXZ), preman terkuat di bumi (Mael Lee), dan sejumlah streamer atau konten creator game hingga vlogging lainnya.
Content Hunter
Fenomena From Zero to Hero tak ayal kemudian melahirkan gelombang sosial baru yakni lahir dan menjamurnya para pemburu konten/Content Hunter yang bisa Anda temui di mana saja, mulai dari perkotaan paling canggih didunia hingga pelosok pedesaan hingga hutan sekalipun.
Trending Oriented (Selfie, Vlogging)
Ini merupakan efek lanjutan dari menjamurnya fenomena Content Hunter, yakni fenomena trending oriented.
Mindset yang mewabah ini membuat setiap pengguna media sosial, berupaya keras membuat konten-konten mereka agar bisa menjadi trending topik, dengan harapan utamanya tentunya ikut mengkatrol engagement dan eksposur akun media sosial mereka.
Namun tanpa disadari, ada banyak insiden tragis yang terjadi akibat mindset trending oriented para konten creator ini.
Mulai dari yang harus kehilangan nyawa karena nekat membuat konten dengan menghadang truk di jalan, atau selfie di lokasi ekstrim seperti di puncak gedung pencakar langit yang justru berbuah tragis. Bisa dibilang fenomena ini menjadi salah satu sisi gelap dari dunia media sosial.
Buzzer & Hate Spech
Nah bahasan poin ini sepertinya sudah seringkali menjadi perdebatan dan pembahasan panjang diranah politik tanah air.
Siapa yang tak tahu soal fenomena banyaknya buzzer di berbagai media sosial, baik yang sekadar promo-promo produk hingga buzzer-buzzer yang menyesatkan dan justru memperkeruh suasana hingga yang sengaja menyebarkan hoax dan berita palsu dengan berbagai kepentingan.
Isu soal buzzer ini biasanya akan semakin hangat dan panas di masa atau tahun-tahun politik khususnya pilpres maupun pilkada di daerah-daerah besar seperti ibukota Jakarta.