Kisah Pilu

Kisah Pilu Istri di Brebes Dorong Kursi Roda Sejauh 10 Km Demi Suami Cuci Darah 2 Hari Dalam Sepekan

Wanita tersebut diketahui bernama Aan Diniyati (40) warga di RT 005 RW 001 Desa Kertabesuki, Kecamatan Wanasari, Brebes.

Editor: Hendrik Budiman
Kompas.com/ Tresno Setiadi
Aan Diniyati (40) harus berjalan kaki sekitar 10 kilometer pulang pergi mengantar suaminya yang duduk di kursi roda untuk berobat dan cuci darah ke RS Bhakti Asih Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (10/6/2023) 

TRIBUNBENGKULU.COM - Kisah pilu seorang istri di Brebes rela dorong kursi Roda Sejauh 10 Km setiap antar suami cuci darah 2 hari dalam sepekan.

Wanita tersebut diketahui bernama Aan Diniyati (40) warga di RT 005 RW 001 Desa Kertabesuki, Kecamatan Wanasari, Brebes.

Aan harus berjalan kaki sekitar 10 kilometer pulang pergi untuk mengantar suaminya yang duduk di kursi roda untuk berobat dan cuci darah ke RS Bhakti Asih Brebes, Jawa Tengah.

Suaminya, Nurohman (56) mengalami gagal ginjal dan harus berobat dan cuci darah setiap Rabu dan Sabtu. Aan mendorong kursi roda dari rumahnya di RT 005 RW 001 Desa Kertabesuki, Kecamatan Wanasari, Brebes.

Selain tak mampu untuk sewa kendaraan, Aan mengaku tak mau merepotkan orang lain.

Termasuk enggan memanfaatkan mobil ambulans milik pemerintah desa.

Baca juga: Nasib Balita di Samarinda Positif Narkoba Usai Minum Air dari Tetangga, Reaksinya Bikin Merinding

Sementara Aan Diniyati mengatakan saat sebelum menikah, sang suami sudah menderita kecing manis.

Kemudian mulai rutin cuci darah itu sejak kakinya bengkak pada 2016 lalu.

"Mulai rutin cuci darah itu pada 2016 lalu. Dokter waktu itu menyarankan untuk cuci darah, hingga sekarang," kata Aan.

Aan mengatakan pada 2018 lalu kondisi sang suami sempat stabil sehingga kontrol cuci darah sekali dalam sepekan.

"Pada 2019 lalu, suami nge-drop lagi, jadi cuci darahnya dua kali dalam sepekan lagi hingga sekarang," kata Aan.

Aan mengungkapkan, selama melakukan cuci darah dirinya mengantar sang suami ke RS dengan menggunakan kursi roda.

Alasan mengantar dengan menggunakan kursi roda karena tidak memiliki banyak biaya.

"Dulu pernah pakai bentor becak motor, tapi uang buat bayarnya nggak cukup. Jadi pakai kursi roda ke rumah sakitnya," ujar Aan.

Saat ditanya mengapa tidak menggunakan mobil siaga di desa, Aan mengaku malu.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved