Perundungan Siswi SMA di Bengkulu

Orang Tua Pelajar yang Diduga Lakukan Perundungan Terhadap Siswi di Bengkulu Enggan Berdamai

Karena menurut mereka, anak mereka tidak bersalah dan tidak ada bukti yang kongkret atas apa yang disampaikan orang tua korban sebelumnya.

|
Penulis: Beta Misutra | Editor: Yunike Karolina
Beta Misutra/TribunBengkulu.com
Orang tua pelajar yang diduga lakukan perundungan terhadap siswi di Bengkulu enggan berdamai. Karena menurut mereka, anak mereka tidak bersalah dan tidak ada bukti yang kongkret atas apa yang disampaikan orang tua korban. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Beta Misutra 

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Sejumlah orang tua pelajar di Bengkulu yang sebelumnya diduga lakukan perundungan terhadap siswi kelas XII SMA Negeri di Kota Bengkulu, sebut enggan berdamai.

Hal ini diungkapkan perwakilan orang tua siswa yang hari ini datang ke sekolah, karena diundang oleh pihak sekolah.

Undangan untuk datang ke sekolah tersebut adalah terkait dengan kejadian kedatangan orang tua korban, pada Senin (31/7/2023) lalu.

Meminta pertanggungjawaban terhadap anaknya, karena anaknya diduga telah menjadi korban perundungan oleh 4 oknum guru dan 9 pelajar yang ada di SMA Negeri di Kota Bengkulu.

Di mana pada pertemuan mereka hari ini, pada intinya mereka enggan untuk membuat surat pernyataan permintaan maaf secara tertulis, sebagaimana diminta oleh orang tua korban sebelumnya.

Karena menurut mereka, anak mereka tidak bersalah dan tidak ada bukti yang kongkret atas apa yang disampaikan orang tua korban sebelumnya.

"Kami mempertanyakan perundungan yang disebutkan itu seperti apa. Yang kami sesali itu, anak kami yang dirundung sekarang, dikumpulkan di lapangan dan ditekan oleh keluarga anak itu," ungkap Deni Haryanto, perwakilan orang tua siswa yang diduga lakukan perundungan, Rabu (2/8/2023).

Baca juga: Sembari Menahan Tangis, Guru SMA di Bengkulu Ungkap Tak Ada Niat Merundung Siswi Sendiri

Menurut Deni, harusnya saat kejadian pada hari senin lalu, kepala sekolah harusnya juga langsung memanggil mereka selaku orang tua siswa.

Bukan hanya menjejerkan anak mereka di lapangan dan dipaksa untuk meminta maaf kepada korban dan keluarganya.

"Harusnya kepala sekolah kemarin memanggil kami kalau untuk lakukan perdamaian, bukan anak kami saja yang dipanggil, ditekan, disuruh dan dipaksa ngaku. Kalau soal damai, Insyaallah kami nggak mau damai para orang tua," ujar Deni.

Akibat kejadian tersebut dan pemberitaan yang telah viral di beberapa media, Deni mengatakan bahwa saat ini kasus ini juga berdampak kepada anaknya.

Bahkan anaknya yang biasanya berangkat sekolah sendiri, sekarang terpaksa harus ia antar dan jemput.

"Sekarang mental anak kami yang kena, kami tidak pernah dipanggil, tiba-tiba anak kami pulang ke rumah. Sekarang anak kami yang jadi takut-takut sekolah, ini saja saya yang antar sekolah, biasanya pergi sendiri," kata Deni.

Sementara itu saat dikonfirmasi dengan kepala sekolah, Basuki Dwiyanto, ia tidak menyangka dampaknya akan berkelanjutan.

Selain karena waktu, saat itu dirinya tidak memanggil orang tua siswa karena yakin permasalahan tersebut dapat ia tengahi, dan selesai sampai hari itu saja, setelah semua bermaaf-maafan.

"Jadi tujuan kita kemarin itu ingin meredam, agar ada kata sepakat, dan bisa selesai di situ," kata Basuki.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved