Berita Kepahiang

Sosok Supartina Paksi, Penggerak Desa Kopi Tangguh Iklim di Kepahiang Bengkulu

Sosok Supartina Paksi, perempuan Desa Batu Ampar Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu penggerak Desa Kopi Tangguh Iklim.

Panji Destama/TribunBengkulu.com
Supartina Paksi, Ketua Perempuan Alam Lestari (PAL) Desa Batu Ampar Kepahiang, yang memanfaatkan halaman rumah sebagai tempat bertani. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Panji Destama

TRIBUNBENGKULU.COM, KEPAHIANG - Sosok Supartina Paksi, perempuan Desa Batu Ampar Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu, penggerak Desa Kopi Tangguh Iklim.

Perempuan kelahiran 25 Desember 1976 mulai bergerak di lingkungan sejak akhir 2019  dan mempelopori Desa Kopi Tangguh Iklim.

Deklarasi Desa Kopi Tangguh Iklim diresmikan langsung oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah pada Januari 2020.

Bersama perempuan lain di Desa Batu Ampar, Supartina mengkomandoi kelompok perempuan yang bergerak dan aktif di bidang lingkungan yaitu Perempuan Alam Pelestari (PAL).

Saat ini untuk Perempuan Alam Lestari telah memiliki anggota aktif sebanyak 20 orang.

Dia pun menceritakan awal mula bisa sampai tertarik ikut melestarikan lingkungan hingga akhirnya mendeklarasikan Desa Kopi Tangguh Iklim di Desa Batu Ampar Kabupaten Kepahiang. 

"Waktu itu, saya berpikir kita tak hanya bisa mengurus rumah tangga saja, tapi kita juga harus merubah pola pikir kita, bahwa kita juga membutuhkan alam," ungkap Supartina, saat ditemui di kediamannya di Desa Batu Ampar

Lanjut Supartina, mereka juga membutuhkan alam untuk kehidupan sehari-hari.

Bersama perempuan desa Batu Ampar lainnya, mereka melakukan kegiatan untuk merawat alam sekaligus mengolah hasil alam untuk tambahan penghasilan keluarga.

Seperti kopi semang, memanfaatkan rebung serta kecombrang, hasil bumi ini dimanfaatkan oleh mereka sebagai olahan rumah untuk nanti dapat dikonsumsi dan di jual. 

Untuk kopi semang, melestarikan budaya terun temurun dari kakek buyutnya.

Di mana saat panen kopi, mereka mengumpulkan biji kopi yang jatuh dari pohon kopi.

"jadi biji kopinya ini sudah dipilih dari hewan yang memakan kulit buah kopi, dan menyisahkan biji kopi, nanti kami kumpulkan lalu dijemur, untuk kemudian diolah menjadi bubuk kopi," jelas Supartina

Kemudian rebung dan kecombrang diolah menjadi makanan stick rebung dan stick kecombrang. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved