ART Disiksa Majikan di Jakarta Timur

Derita 5 ART Wanita Korban Penyiksaan Majikan di Jakarta Timur, Disetrika Hingga Tak Digaji

Menurut saksi mata, Vina (39) para korban menyebut bahwa mereka dipaksa bekerja tiada henti dan melebihi waktu pada jam kerja umumnya.

Editor: Hendrik Budiman
HO TribunBengkulu.com/Istimewa
Kolase Saksi Vina (kiri) dan Ilustrasi Korban (Kanan). Derita 5 ART Wanita Korban Penyiksaan Majikan di Jakarta Timur, Disetrika Hingga Tak Digaji 

TRIBUNBENGKULU.COM - Lima ART wanita yang kabur dari rumah majikannya di Jakarta Timur setelah disiksa bahkan dipaksa kerja tanpa henti dan tak digaji.

Menurut saksi mata, Vina (39) para korban menyebut bahwa mereka dipaksa bekerja tiada henti dan melebihi waktu pada jam kerja umumnya.

Vina yang saat kejadian menolong para korban mengatakan, kelima ART itu mengaku dipaksa bekerja hingga dini hari di rumah majikan mereka setiap hari.

"Saya tanya sistem kerja seperti apa, kata dia (korban) kerja dari pagi kadang sampai jam 22.00 WIB, kadang sampai jam 02.00 WIB, bahkan sampai jam 04.00 WIB," kata Vina dilansir dari Tribunnews, Senin (12/2/2024).

Bahkan, dikatakan bahwa korban mengaku tidak digaji.

Para korban juga tidak diperlakukan dengan baik.

Baca juga: Sosok Majikan yang Aniaya dan Siksa 5 ART di Jakarta Timur Hingga Kabur Panjat Pagar

Mereka mengaku kerap telat diberi makan oleh majikannya.

Selama bekerja, para korban juga menyebut belum pernah mendapat bayaran Rp 1,8 juta yang dijanjikan pihak penyalur kerja dan majikan.

"Saya tanya, katanya dijanjikan gaji Rp 1,8 juta. Tapi praktiknya sampai hari ini mereka belum pernah terima gaji. Ada yang sudah kerja dua bulan, satu bulan. Mereka dibawa penyalur," ujarnya.

Sampai pada akhirnya, para ART mencoba kabur dari rumah majikannya dan diketahui oleh tetangga.

Vina kemudian menyebut jika dirinya mendengar jeritan minta tolong dari para korban.

Vina menuturkan dua di antara korban yang dianiaya tersebut tercatat masih berusia 17 tahun atau secara hukum masih berstatus anak, kemudian satu orang berusia 23 tahun.

"Mereka bilang mau kabur karena badannya ada yang sampai digosok (Disetrika), satu orang digosok. Minta izin keluar enggak bisa. Jadi intinya mereka minta tolong diselamatkan," kata Vina.

Sosok Majikan

Sosok majikan yang aniaya dan siksa 5 asisten rumah tangga (ART) di Jakarta Timur.

Kejadian penganiayaan ini terungkap setelah kelima korban tengah berupaya melarikan diri dari rumah majikan pada Senin (12/2/2024) sekira pukul 02.30 WIB.

Selain disiksa, para korban mengaku dipaksa bekerja dengan waktu melebihi jam kerja umumnya.

Tak hanya itu, kelima korban ini juga mengaku telat diberi makan oleh majikannya.

Adapun penganiayaan itu terjadi hanya karena korban dianggap melakukan kesalahan saat bekerja.

Kini sosok majikan yang menyiksa lima ART tengah jadi sorotan publik .

Lantas siapakah sosoknya ?

Menurut saksi mata Vina (39) berdasarkan dari keterangan para korban saat diselamatkan, sang majikan merupakan seorang perempuan.

Meski begitu, belum diketahui nama majikan tersebut.

Namun menurut informasi yang beredar dikutip dari berbagai sumber majikan tersebut diduga pemilik klinik dokter gigi.

Kronologi Kejadian

Kronologi lima asisten rumah tangga (ART) diduga menjadi korban penganiayaan oleh majikannya di Jalan Jatinegara Timur II, Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.

Kelima korban penganiayaan tersebut diketahui semuanya merupakan perempuan.

Mereka berasal dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Mereka melarikan diri dengan cara memanjat pagar, pada Senin (12/2/2024).

Penganiayaan terhadap lima ART tersebut diketahui setelah mereka berhasil melarikan diri alias kabur dengan cara memanjat pagar rumah pada Senin (12/2/2024) kemarin.

Saksi mata, Vina (39) mengatakan, penganiayaan tersebut diketahui saat kelima korban melarikan diri dari rumah tempat mereka bekerja pada (12/2/2024) sekitar pukul 02.30 WIB.

"Teman saya membangunkan saya, katanya di sebelah ada kejadian. Pas saya cek ada lima anak perempuan, ada yang masih di atas pagar, di genteng," kata Vina seperti dilansir dari TribunJakarta.com, Selasa (13/2/2024).

Menurut Vina, kelima korban dalam keadaan ketakutan dan menangis saat berupaya memanjat pagar dengan tinggi sekitar dua meter yang dipasangi kawat berduri.

Selama bekerja di rumah majikannya, kata Vina, salah satu tubuh korban ada yang sampai disetrika.

Bahkan ada yang dipaksa memukul kepala mereka sendiri bila dianggap majikan berbuat salah.

"Satu anak itu di pinggangnya ada bekas setrika. Terus dia bilang, 'saya disuruh getok kepala saya sampai bunyi. Kalau enggak bunyi enggak boleh berhenti.' Begitu," kata Vina.

Vina menuturkan majikan di tempat kerja yang melakukan penganiayaan tersebut merupakan seorang perempuan.

"Kata dia (korban), 'kalau misalnya saya salah pas disuruh mencet air panas, enggak tahunya air dingin, saya dihukum.' Saya memang melihat di pinggang ada bekas (luka bakar) seterika," lanjut Vina.
Namun, Vina tidak mengetahui pasti secara detail bentuk penganiayaan dialami masing-masing korban karena saat kejadian bergegas membawa mereka ke Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Timur.

Menurut Vina, para korban mengaku dipaksa bekerja tiada henti dan melebihi waktu pada jam kerja umumnya.

Vina yang saat kejadian menolong para korban mengatakan, kelima ART itu mengaku dipaksa bekerja hingga dini hari di rumah majikan mereka setiap hari.

"Saya tanya sistem kerja seperti apa, kata dia (korban) kerja dari pagi kadang sampai jam 22.00 WIB, kadang sampai jam 02.00 WIB, bahkan sampai jam 04.00 WIB," kata Vina menjelaskan di Jakarta Timur, Senin (12/2/2024).

Dengan jam kerja yang jauh melebihi aturan umumnya itu, para korban juga tidak diperlakukan dengan baik. Mereka mengaku kerap telat diberi makan oleh majikannya.

Selama bekerja, para korban juga menyebut belum pernah mendapat bayaran Rp 1,8 juta yang dijanjikan pihak penyalur kerja dan majikan.

"Saya tanya, katanya dijanjikan gaji Rp 1,8 juta. Tapi praktiknya sampai hari ini mereka belum pernah terima gaji. Ada yang sudah kerja dua bulan, satu bulan. Mereka dibawa penyalur," ujarnya.

Masih merujuk keterangan korban, Vina mengatakan para PRT itu sempat berupaya menghubungi yayasan penyalur yang membawa mereka bekerja sebelum melarikan diri.

Tapi nomor penyalur yang bersangkutan tidak pernah dapat dihubungi.

Sementara kondisi rumah tempat korban bekerja, selalu dalam keadaan terkunci dan diawasi secara ketat menggunakan kamera pengawas.

Keberadaan anjing peliharaan majikan korban yang selalu menyalak ketika para korban hendak melarikan diri dari rumah, membuat korban tidak dapat berbuat banyak.

Vina berujar, kelima ART itu menangis dan ketakutan sedang berupaya kabur dengan cara memanjat keluar dari salah satu rumah.

"Ada yang masih di atas pagar, ada yang di genteng," kata Vina.

Mereka tampak memanjat pagar dengan tinggi kisaran dua meter dan dipasangi kawat berduri.

Saat ditanya mengenai kejadian yang terjadi, lima perempuan itu mengaku kabur dari rumah tersebut lantaran ada penyiksaan.

"Kata dia, 'Saya kerja, mau kabur. Di dalam ada penyiksaan' begitu," kata Vina.

Melihat hal itu, warga langsung bergegas menolong.

Namun karena pagar dan tembok rumah sang majikan itu dipasangi kawat berduri serta pecahan kaca, dua ART pun mengalami luka ketika memanjat.

Mereka lalu dibawa warga sekitar ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.

Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com

Dapatkan informasi lainnya di GoogleNews: Tribun Bengkulu

Ikuti saluran WA TribunBengkulu.com

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved