Berita Bengkulu
Angka Stunting di Provinsi Bengkulu Naik 0,2 Persen, BKKBN Sebut Pernikahan Dini Jadi Penyebab
Angka stunting di Provinsi Bengkulu secara nasional naik 0,2 persen. BKKBN menyebut pernikahan dini jadi penyebabnya.
Penulis: Nur Rahma Sagita | Editor: Yunike Karolina
Laporan Repoter TribunBengkulu.com, Nur Rahma Sagita
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Angka stunting di Provinsi Bengkulu secara nasional naik 0,2 persen. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut pernikahan dini jadi salah satu faktor penyebabnya.
Padahal target BKKBN tahun ini, angka stunting bisa turun hingga 7 persen.
“Maka kita ada program umur menikah untuk perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. Ini adalah syarat umur paling bagus untuk pembuahan sehingga bisa melahirkan generasi yang lebih baik,” ujar Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Bengkulu Zamhari saat diwawancara TribunBengkulu.com.
Hal ini dikarenakan Bengkulu cukup tinggi angka pernikahan yang terjadi di bawah umur melalui pengadilan.
“Nah ini ada beberapa faktor penyebab berupa seks bebas atau pergaulan bebas yang mengharuskan anak itu menikah usia di bawah umur,” kata zamhari.
Sehingga BKKBN ada beberapa gerakan seperti genre untuk mengedukasi remaja dari masuk umur remaja sampai pranikah agar paham reproduksi kesehatan dan fungsi keluarga.
Meningkatnya angka stunting di Bengkulu dilihat dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang mengharuskan pemerintah mengeluarkan kebijakan pengukuran sendiri melalui gerakan nasional pengukuran dan penimbangan balita dan batita di posyandu pada Juni tahun 2024.
“Target yang diharapkan secara nasional itu antara 90 sampai 100 persen harus terukur, Alhamdulillah Bengkulu bisa menembus angka 99,2 persen itu kan cukup tinggi,” beber Zamhari.
Untuk hasilnya sedang diproses di tingkat pusat sebagai penentuan angka stunting seluruh Indonesia termasuk Provinsi Bengkulu.
“Karena secara standar pengukuran dan pertimbangan itu sudah dilakukan dan persentase cukup tinggi sudah di atas 99 hampir 100 persen,” lanjutnya.
Bahkan ada beberapa kabupaten di Bengkulu melakukan penimbangan pengukuran di posyandu tercapai 100 persen.
“Jadi stunting ini adalah gizi buruk yang dicerminkan dari tinggi badan, berat badan. Maka adanya pengukuran penimbangan tinggi badan yang dilakukan di posyandu untuk melihat keadaan gizi anak,” jelasnya.
Untuk mengurangi angka stunting ini sendiri tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak tapi harus ada kerja sama dengan stakeholder terkait lainnya, dan juga ibu yang akan melahirkan.
Baca juga: Warga Kota Bengkulu Minta Pemkot Sediakan Bak Sampah, Sindir TPS Jalanan Usai Kontainer Ditarik
| Dinkes Bengkulu Selatan Catat 190 Kasus GHPR Selama Januari-Oktober 2025 |
|
|---|
| Agenda Menteri Wihaji di Bengkulu 14-15 November, Isi Kuliah Umum-Peringati Hari Ayah Nasional |
|
|---|
| Kanwil Kemenkum Bengkulu Ikuti Penutupan ToF Implementasi KUHP Angkatan IX Tahun 2025 Secara Virtual |
|
|---|
| Menkum Siapkan Posbankum di Desa/Kelurahan, Solusi Bantuan Hukum Atasi Kasus Kecil di Masyarakat |
|
|---|
| Polres Bengkulu Selatan Siapkan Personel dan Sarana Prasarana Hadapi Bencana Hidrometeorologi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Angka-stunting.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.