Pembunuhan Siswi SMP di Palembang

Jerit Tangis Ayah Ayu Andriani Tak Bisa Lihat Wajah Sang Anak untuk Terakhir Kali

Jerit tangis ayah Ayu Andriani tak bisa lihat wajah sang anak untuk terakhir kalinya.

Editor: Yuni Astuti
TribunBengkulu.com/Tangkapan Layar Denny Sumargo
Kolase foto Ayu (kiri) dan ayah Ayu (kanan). Jerit Tangis Ayah Ayu Andriani Tak Bisa Lihat Wajah Sang Anak untuk Terakhir Kali 

Terungkap sosok IS (16) pelaku utama pemerkosaan dan pembunuhan siswi SMP yang ditemukan di Kuburan Cina Palembang berisinial AA (13) ternyata memiliki dua kelainan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Harryo Sugihartono.

Diketahui setelah cintanya ditolak korban, IS mengajak tiga siswa SMP yakni MZ (13), NS (12), dan AS (12) untuk menyekap dan memperkosa korban hingga tewas pada Minggu (1/9/2024).

Harryo mengungkapkan, IS terpapar film dewasa sehingga ingin melampiaskan nafsunya. 

"Di handphone IS yang kami sita ada dokumentasi video-video porno. Itu sebagai bentuk tersangka mengeksplorasi nafsu." 

"Salah satu penyebab utama secara psikologi, motif peristiwa tindak pidana ini adalah yang bersangkutan mengobral nafsu birahi dengan mengumpulkan film-film biru," tutur Harryo dikutip dari Tribun Jabar, Minggu (8/9/2024). 

IS telah menjalani pemeriksaan psikologi didampingi Biro SDM Polda Sumsel dan pengacara yang ditunjuk kepolisian. 

"Hasil sementara psikolog yang ada terdapat semacam ada indikator-indikator di mana tersangka IS, di mana berusia 16 menuju 17 tahun yang mana pertumbuhan jiwanya tidak seperti layaknya usia tersebut," jelasnya.

Menurutnya, kelainan tersebut mengakibatkan IS tak dapat bergaul dengan teman seusianya dan memilih bermain dengan siswa SMP.

"Caranya tersangka memiliki teman-teman yang secara usia di bawah tersangka atau dengan tujuan bisa dikendalikan, dan pada saat ada hal yang tidak diinginkan yang bersangkutan bisa mengajak rekan-rekan tersebut yang dikendalikan," tuturnya. 

Kelainan lain yakni IS menceritakan aksi pemerkosaannya ke teman-temannya. 

Bahkan, IS menutupi keterlibatannya dalam kasus ini dengan ikut yasinan di rumah korban. 

"Benar usai peristiwa pembunuhan tersebut, tanpa dosa salah pelaku ini IS, datang ikut yasinan di malam pertama," tambahnya. 

Ia menambahkan, korban meninggal karena kehabisan oksigen. 

"IS ini melakukan penganiayaan dengan cara menyekap korban dengan kedua tangannya sambil melakukan perbuatan layaknya suami istri kepada korban." "Sedangkan tiga temannya memegangi tangan dan kaki korban yakni MZ, NZ dan AS," sambungnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved