Berita Wilayah Bengkulu

Jeruk Nipis dan Kunyit, Jawara Tanaman Biofarmaka di Kota Bengkulu

Jeruk nipis dan kunyit, tanaman biofarmaka dengan produksi terbesar di Kota Bengkulu pada 2024.

Editor: Yunike Karolina
canva.com
TANAMAN BIOFARMAKA - Ilustrasi tanaman jeruk nipis dan kunyit. Jeruk nipis dan kunyit, tanaman biofarmaka dengan produksi terbesar di Kota Bengkulu pada 2024. 

Hal yang sama terjadi pada kencur, dari 4.399 kg pada 2020, anjlok menjadi 161 kg pada 2024. Ini menunjukkan penurunan lebih dari 90 persen dalam empat tahun terakhir.

Kemungkinan penyebabnya antara lain perubahan prioritas budidaya petani serta menurunnya harga pasar.

Baca juga: Rejang Lebong Lumbung Tanaman Obat di Bengkulu, Penghasil Jahe dan Kunyit Terbanyak

Kunyit dan Laos Stabil Meski Turun

Kunyit dan laos (lengkuas) juga mengalami penurunan, meski masih menunjukkan angka produksi yang relatif lebih stabil dibandingkan komoditas lainnya.

Kunyit mencapai produksi tertinggi 5.562 kg pada 2020, dan menurun menjadi 2.076 kg di 2024. Sementara produksi laos dari 6.055 kg (2020) menjadi 1.218 kg (2024).

Tanaman Minor Seperti Sambiloto dan Mahkota Dewa Naik-Turun Ekstrem

Tanaman seperti sambiloto sempat melonjak ke 750 kg pada 2023, namun menurun tajam ke 100 kg di tahun berikutnya.

Mahkota dewa, yang dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan, juga tidak stabil: 1.242 kg di 2020, sempat turun, lalu kembali naik ke 900 kg di 2023, dan turun lagi di 2024.

Tanaman Unggulan Baru: Jeruk Nipis dan Serai

Di tengah penurunan sejumlah komoditas, jeruk nipis dan serai justru menunjukkan potensi sebagai tanaman biofarmaka unggulan.

 Jeruk nipis mencapai puncaknya pada 2023 dengan 4.080 kg, meskipun turun ke 2.338 kg di 2024.

Produksi serai juga tinggi, dengan 3.365 kg (2023) dan 1.783 kg (2024). Ini mencerminkan adanya pergeseran preferensi petani dan pasar terhadap tanaman-tanaman dengan multifungsi tinggi sebagai rempah, obat, dan minuman herbal.

Fluktuasi tajam dalam produksi biofarmaka di Bengkulu menunjukkan perlunya strategi yang lebih berkelanjutan dalam budidaya tanaman obat.

Dukungan dari pemerintah daerah dalam bentuk pelatihan, akses pasar, hingga penyuluhan pertanian bisa membantu petani meningkatkan kembali produktivitas dan ketahanan sektor ini.

Dengan tren konsumsi produk herbal yang terus meningkat secara nasional maupun global, Kota Bengkulu memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi biofarmaka di Sumatera.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved