Berita Wilayah Bengkulu

Jeruk Nipis dan Kunyit, Jawara Tanaman Biofarmaka di Kota Bengkulu

Jeruk nipis dan kunyit, tanaman biofarmaka dengan produksi terbesar di Kota Bengkulu pada 2024.

Editor: Yunike Karolina
canva.com
TANAMAN BIOFARMAKA - Ilustrasi tanaman jeruk nipis dan kunyit. Jeruk nipis dan kunyit, tanaman biofarmaka dengan produksi terbesar di Kota Bengkulu pada 2024. 

TRIBUNBENGKULU.COM – Jeruk nipis dan kunyit, tanaman biofarmaka dengan produksi terbesar di Kota Bengkulu pada 2024.

Biofarmaka adalah tanaman yang dimanfaatkan untuk obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan, baik secara langsung maupun diolah menjadi berbagai produk.

Tanaman ini memiliki zat aktif yang berkhasiat menyembuhkan atau mencegah penyakit, serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Contoh umum tanaman biofarmaka di Indonesia meliputi jahe, kunyit, kencur (rimpang), dan juga lidah buaya atau mengkudu (non-rimpang).

Produksi tanaman biofarmaka di Kota Bengkulu sepanjang tahun 2024 menunjukkan potensi sektor pertanian herbal yang masih cukup kuat, meskipun mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bengkulu, beberapa jenis tanaman obat masih menjadi primadona, dengan jeruk nipis dan kunyit menempati posisi teratas dalam jumlah produksi.

Jeruk Nipis dan Kunyit Jadi Jawara Produksi

Di antara 16 jenis tanaman biofarmaka yang tercatat, jeruk nipis (Citrus aurantifolia) menjadi komoditas dengan produksi tertinggi, mencapai 2.338 kilogram sepanjang tahun 2024.

Disusul oleh kunyit (Curcuma longa) dengan jumlah produksi sebesar 2.076 kilogram. Keduanya banyak dimanfaatkan baik untuk keperluan kuliner maupun kesehatan, sehingga permintaan pasar terhadap produk ini relatif stabil.

Tanaman lain yang juga menonjol adalah serai (Cymbopogon citratus) dengan 1.783 kg, dan laos (Alpinia galanga) sebanyak 1.218 kg.

Kedua tanaman ini umum digunakan sebagai bahan baku produk herbal dan minuman kesehatan.

Produksi tanaman biofarmaka di Kota Bengkulu dalam lima tahun terakhir menunjukkan dinamika yang cukup mencolok.

Tanaman-tanaman herbal seperti jahe, kunyit, kencur, hingga temulawak mengalami fluktuasi produksi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi iklim, tren permintaan pasar, serta pola tanam petani lokal.

Penurunan Tajam Produksi Jahe dan Kencur

Masih mengutip dari BPS Kota Bengkulu, produksi jahe yang sempat mencapai puncak sebesar 5.855 kg pada tahun 2021, menurun drastis menjadi hanya 483 kg pada 2024.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved