Bengkulu Krisis BBM
Gubernur Bengkulu Helmi Hasan Ajak Masyarakat Awasi Janji Pertamina yang Klaim Stok BBM Aman
Gubernur Helmi Hasan ajak warga Bengkulu awasi janji Pertamina usai krisis BBM belum juga teratasi hingga Senin (10/11/2025).
Penulis: Muhammad Panji Destama Nurhadi | Editor: Ricky Jenihansen
Ringkasan Berita:
- Gubernur Bengkulu Helmi Hasan meminta masyarakat ikut mengawasi distribusi BBM di tengah krisis yang belum teratasi.
- Pertamina sebelumnya menjanjikan stok BBM aman setelah kapal pengangkut bersandar di Pelabuhan Pulau Baai.
- Helmi menilai Pertamina kurang terbuka dan tidak berkomunikasi dengan pemerintah daerah terkait kendala distribusi.
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Panji Destama
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Provinsi Bengkulu.
Sebelumnya, Pertamina menjanjikan kepada masyarakat Bengkulu bahwa stok BBM di wilayah tersebut dalam kondisi aman.
Kepastian ini disampaikan setelah dijadwalkan kedatangan kapal pengangkut BBM yang akan bersandar di Pelabuhan Pulau Baai, Minggu (9/11/2025) pagi.
Pihak Pertamina memastikan setelah kapal bersandar, mereka akan segera melakukan proses pemulihan distribusi agar antrean di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dapat segera berkurang.
Namun hingga Senin (10/11/2025) siang, sejumlah SPBU di Kota Bengkulu masih dipadati kendaraan yang mengantre untuk mengisi BBM.
Helmi pun geram. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut mengawasi kondisi BBM di Bengkulu.
“Tadi pagi sudah ada kapal tangki yang merapat, tiga lagi. Kita amati sama-sama, siapa tahu di dalam tangki itu bukan minyak,” ungkap Helmi saat diwawancarai, Senin (10/11/2025) pukul 08.30 WIB.
Helmi menjelaskan, pihaknya bersama TNI dan Polri telah turun langsung untuk mengawasi proses pendistribusian BBM.
Ia menambahkan, Pertamina berkomitmen menyelesaikan persoalan BBM dalam satu hingga dua hari ke depan, namun hal itu menjadi tanggung jawab Pertamina, bukan pemerintah daerah.
“Pertamina berkomitmen dalam 1-2 hari persoalan BBM selesai, namun itu komitmen Pertamina, bukan komitmen pemerintah, karena yang punya domain soal BBM adalah Pertamina, kementeriannya adalah Kementerian ESDM,” jelas Helmi.
Helmi juga menyinggung persoalan krisis BBM sebelumnya yang sempat terjadi pada pertengahan tahun ini. Ia mengatakan pihaknya sudah menanyakan kendala yang dihadapi Pertamina hingga krisis kembali terjadi.
Awalnya, Pertamina beralasan adanya pendangkalan di alur Pelabuhan Pulau Baai sehingga kapal tidak bisa masuk. Pemerintah kemudian mengejar pengerukan agar kapal Pertamina bisa bersandar.
“Setelah bilang dulu lebaran adanya pendangkalan, tapi kan lancar. Ternyata ada masalah 13 mobil tangki yang biasa digunakan menjadi 3,” kata Helmi.
“Harusnya Pertamina ngomong dulu sama kita, ‘Pak, kita ini ada masalah kendaraan, dari 13 menjadi 3, mohon solusinya’. Kan bisa kita cari jalan keluar,” tutup Helmi.
Baca juga: Gubernur Bengkulu Helmi Hasan Kesal, Pertamina Tak Minta Maaf, Diam Seribu Bahasa saat Krisis BBM
Helmi Sebut Pertamina Diam
Krisis BBM di Bengkulu hingga kini masih berlangsung. Di beberapa SPBU di Kota Bengkulu, ratusan kendaraan tampak mengantre untuk mengisi bahan bakar.
Tak hanya itu, sejumlah tempat pengisian BBM eceran juga terlihat ramai. Harga BBM eceran mencapai Rp20 ribu per liter untuk Pertalite dan Rp25 ribu per liter untuk Pertamax.
Menanggapi hal itu, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan mengatakan Pertamina tidak pernah berkomunikasi secara terbuka dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu.
“Pertamina harusnya lebih terbuka dan berkomunikasi dengan pemerintah. Jika ada kendala, kita bisa langsung mencari solusinya,” ujar Helmi.
Helmi menilai komunikasi sangat penting agar masyarakat tidak saling menyalahkan. Ia menegaskan bahwa Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan BBM di Bengkulu, seolah diam seribu bahasa.
“Jangan sampai tunggu masyarakat ribut hingga saling salah. Pertamina yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola BBM di Bengkulu hanya diam seribu bahasa,” tutur Helmi.
Ia juga meminta Pertamina memberikan kejelasan mengenai kendala pendistribusian BBM kepada masyarakat dan pemerintah.
Selain itu, Helmi meminta Pertamina untuk menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Bengkulu.
“Pertamina harus memberikan kejelasan kepada masyarakat dan pemerintah soal kendala pendistribusian BBM. Pertamina juga harus meminta maaf ke masyarakat Bengkulu,” jelas Helmi.
Helmi menambahkan, memang ada laporan mengenai praktik penguncalan minyak menggunakan drum dan kendaraan yang dimodifikasi, namun menurutnya persentasenya sangat kecil.
“Memang ada laporan soal yang gunjal minyak dengan drum hingga modifikasi kendaraan. Pak Kapolda sudah menindak oknum tersebut, namun persentasenya sangat kecil. Orang mengunjak paling berapa liter sih,” lanjut Helmi.
Ia mengungkapkan, kapal tangki minyak yang seharusnya berjumlah empat unit, kini hanya satu unit yang beroperasi, sehingga menyebabkan kelangkaan.
Helmi juga meminta masyarakat untuk tidak saling menuduh, mengingat Pertamina telah menyampaikan adanya kendala transportasi kapal laut pengangkut BBM.
Kabarnya, kapal tangki yang datang pada pagi tadi hanya mengangkut biodiesel, namun tiga kapal lainnya sudah merapat di pelabuhan.
Ia mengimbau masyarakat ikut mengawasi bersama agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kita sama-sama mengawasi kapal tangki itu. Siapa tahu bukan minyak di dalamnya. Kita lihat dulu. Saat ini, Satpol PP, TNI, dan Polri sudah turun memperhatikan itu. Masalah krisis BBM akan selesai 1-2 hari ke depan,” tutup Helmi.
Cerita Ojol
Dandi Irawan (26), seorang driver ojek online di Kota Bengkulu, menceritakan perjuangannya bertahan di tengah krisis BBM.
Beberapa SPBU di Kota Bengkulu padat akibat keterlambatan distribusi BBM dari Pertamina.
Dandi mengaku memilih tidak menarik ojek karena kelangkaan BBM dan panjangnya antrean di SPBU.
“Hari ini tidak ngojek dulu, bang. Beberapa kawan ojol juga tak memilih ngojek, karena BBM langka, antrean panjang,” ungkap Dandi saat diwawancarai, Minggu (9/11/2025) pukul 14.00 WIB.
Ia mengaku kesulitan mencari nafkah untuk istri dan anaknya yang baru lahir.
“Tidak memungkinkan untuk ngojek, karena kami dikejar waktu. Kalau narik juga minyak tidak ada, pendapatan turun karena krisis BBM ini,” ujarnya.
Biasanya, Dandi bisa mendapat Rp200 ribu hingga Rp250 ribu per hari saat kondisi BBM lancar. Namun kini penghasilannya tak lebih dari Rp150 ribu per hari.
Harga BBM eceran yang tinggi juga membuatnya berpikir dua kali untuk membeli. Pertalite dijual Rp20 ribu per liter, sedangkan Pertamax Rp25 ribu per liter.
“Sekarang harus putar otak karena istri baru lahiran anak pertama. Untuk memenuhi kebutuhan anak seperti popok, pakai uang tabungan dulu. Untuk popok saja satu bal harganya Rp70 ribu dan habis dalam dua hari,” papar Dandi.
Ia berharap pemerintah segera mencari solusi atas krisis BBM karena pekerjaan ojol sangat bergantung pada ketersediaan bahan bakar.
“Harapan ada solusi dari pemerintah, karena kami sangat bergantung pada BBM untuk mencari nafkah,” tutup Dandi.
| Antrean Panjang di SPBU Rejang Lebong, Warga Panik Akibat BBM Langka |
|
|---|
| 3 Hari Krisis BBM di Bengkulu Tengah, Warga Padati SPBU, Polisi Ikut Berijibaku |
|
|---|
| Stok BBM di Kepahiang Bengkulu Aman, Pihak SPBU Minta Masyarakat Tak Lakukan Panic Buying |
|
|---|
| Cerita Driver Ojol di Bengkulu Terpaksa Tak Ngojek karena Krisis BBM, Padahal Istri Baru Lahiran |
|
|---|
| Kondisi Antrean di SPBU Kelobak, Kepahiang Bengkulu, Warga Rela Antre Lama Takut Kehabisan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Warga-di-Bengkulu-mengantri-hingga-30-menit-untuk-isi-BBM.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.