Bengkulu Krisis BBM

Cerita Driver Ojol di Bengkulu Terpaksa Tak Ngojek karena Krisis BBM, Padahal Istri Baru Lahiran

Krisis BBM di Bengkulu membuat Dandi, driver ojol, tak bisa narik. Istrinya baru lahiran, sementara pendapatan terus menurun.

Panji Destama/TribunBengkulu.com
DRIVER OJOL – Dandi Irawan, seorang driver ojek online (ojol) di Bengkulu, menceritakan keluhannya di tengah krisis BBM yang terjadi. Ia mengaku terpaksa tidak bisa menarik ojek karena antrean BBM yang panjang. 

Ringkasan Berita:
  1. Dandi Irawan (26), driver ojek online di Kota Bengkulu, berhenti sementara menarik penumpang akibat krisis BBM.
  2. Beberapa SPBU di Bengkulu mengalami antrean panjang karena keterlambatan distribusi BBM dari Pertamina.
  3. Dandi mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi istrinya baru melahirkan anak pertama.

 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Panji Destama

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Dandi Irawan (26), seorang driver ojek online (ojol) di Kota Bengkulu, menceritakan bahwa dirinya harus bertahan di tengah krisis Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sebelumnya, beberapa SPBU di Kota Bengkulu terpantau padat antrean akibat keterlambatan pendistribusian BBM dari Pertamina.

Dandi mengungkapkan bahwa dirinya memilih tidak menarik ojek untuk sementara waktu karena kondisi BBM yang tidak menentu, ditambah antrean panjang di sejumlah SPBU di Kota Bengkulu.

“Hari ini tidak ngojek dulu bang, beberapa kawan ojol juga tak memilih ngojek, karena BBM langka, antrean panjang,” ungkap Dandi saat diwawancarai TribunBengkulu.com, Minggu (9/11/2025) pukul 14.00 WIB.

Dandi menuturkan, kondisi saat ini membuatnya kesulitan mencari nafkah untuk istri dan anaknya di rumah.

Keterbatasan BBM menjadi kendala utama, apalagi istrinya baru saja melahirkan anak pertama mereka.

“Tidak memungkinkan untuk ngojek, karena kami dikejar waktu. Kalau narik juga minyak tidak ada, tidak bisa narik, pendapatan juga turun karena krisis BBM ini,” tutur Dandi.

Dalam kondisi normal, saat BBM lancar, Dandi bisa mendapatkan penghasilan Rp200 ribu hingga Rp250 ribu per hari, belum dipotong uang BBM, makan, dan rokok.

Namun, pada kondisi sekarang, pendapatannya tidak lebih dari Rp150 ribu per hari, juga belum dipotong biaya minyak dan makan.

Sementara itu, membeli BBM di eceran bukan solusi yang mudah. Harga BBM di eceran mencapai Rp20 ribu per liter untuk pertalite dan Rp25 ribu untuk pertamax.

“Pendapatan juga turun sejak beberapa hari ini. Untuk hari ini tidak narik dulu, minyak terbatas. Sekarang harus putar otak karena istri baru lahiran anak pertama. Untuk memenuhi kebutuhan anak seperti popok dan lainnya, pakai uang tabungan dulu. Untuk popok saja satu bal seharga Rp70 ribu, dua hari sekali harus beli,” papar Dandi.

“Kalau dipaksakan untuk narik ojek juga, pengeluaran dan pendapatan tidak sinkron. Mau ngisi di eceran juga sudah mahal, untuk pertalite Rp20 ribu per liter dan Rp25 ribu untuk pertamax,” lanjutnya.

Meski biaya persalinan istri ditanggung oleh BPJS Kesehatan, Dandi tetap harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved