Purbaya Yudhi Sadewa

Apa Itu Redenominasi Rupiah, Mengapa Penting dan Apa Masalahnya? Menkeu Purbaya Targetkan Tahun 2027

Menkeu Purbaya targetkan redenominasi rupiah rampung 2027. Apa itu, urgensinya, dan tantangan yang harus dihadapi masyarakat?

Tangkap Layar Kompas TV
MENKEU PURBAYA - Kolase Menkeu Purbaya dan gambar uang rupiah redenominasi yang beredar di media sosial. Lantas Apa itu redenominasi, urgensinya, dan tantangan yang harus dihadapi masyarakat? 

Langkah ini dianggap penting untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, menjaga stabilitas nilai rupiah, memperkuat kredibilitas mata uang, serta menyederhanakan transaksi di era digital, meski tantangan utamanya terletak pada kesiapan masyarakat memahami perubahan angka dan literasi keuangan.

Dari efisiensi transaksi hingga persepsi nilai, setiap aspek menjadi kunci keberhasilan implementasi. 

Selanjutnya, TribunBengkulu.com merinci apa itu redenominasi, urgensinya bagi perekonomian, serta tantangan yang mungkin muncul selama proses transisi menuju rupiah baru.

Apa Itu Redenominasi Rupiah dan Risikonya?

Guru Besar Ilmu Manajemen dan Dosen Program Studi Doktor Manajemen Berkelanjutan Institut Perbanas, Steph Subanidja, menulis untuk Kompas.com, ia mengatakan bahwa redenominasi rupiah bukanlah wacana yang muncul tiba-tiba. 

Wacana ini sudah ada lebih dari satu dekade, diperkenalkan pada masa Agus Martowardojo, bergulir kembali saat era Sri Mulyani, dan kini muncul lewat inisiatif Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, dengan target penyelesaian RUU pada 2027.

Inti dari redenominasi adalah penghilangan tiga nol. Seribu rupiah akan menjadi satu rupiah. 

Namun, perubahan terbesar bukan terletak pada uangnya, melainkan pada kesiapan masyarakat dalam menghadapi cara baru memandang angka.

Secara konsep, redenominasi hanyalah penyederhanaan penulisan rupiah tanpa mengubah nilai riilnya. 

Misalnya, uang Rp 10.000 yang kita pegang saat ini akan menjadi Rp 10 setelah redenominasi, namun daya beli tetap sama.

Krugman dan Obstfeld (2018) menjelaskan bahwa sistem keuangan yang efisien membutuhkan denominasi yang ringkas, terutama dalam transaksi digital, pencatatan akuntansi, dan sistem perbankan. 

Dengan modernisasi sistem keuangan Indonesia—seperti QRIS, mobile banking, dan real-time payments—nol panjang mulai menjadi beban administratif, bukan kebutuhan.

Penting dibedakan antara redenominasi dan sanering. 

Sanering memotong nilai uang sehingga daya beli berkurang, sedangkan redenominasi hanya mengganti cara penulisan tanpa menyentuh nilai riil. 

Beberapa negara, termasuk Turki, Rumania, dan Rusia, berhasil melakukan redenominasi untuk menyederhanakan transaksi dan memperbaiki persepsi internasional terhadap mata uang mereka (Akyaz & Aknc, 2020). 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved