Heboh Isu Penculikan Anak

'Ngaku Terpaksa Damai' Isi Surat Damai 5 Sales Jaket Asal Garut Dituduh Penculik Anak di Muratara

Hal ini diungkap Dadang Wahyudin (49) satu dari lima pria Garut penjual jaket yang menjadi korban hoaks penculikan di Kabupaten Muratara.

Editor: Hendrik Budiman
Dokumentasi Warga/TribunSumsel.com
Lima pria yang menjadi korban karena dituduh pelaku penculikan anak saat diselamatkan di kantor Desa Sukaraja, Kecamatan Karang Jaya, Kabupaten Muratara, Sumsel, Senin (6/2/2023). 

Ferly menyebutkan kelima pria tersebut diberi sejumlah uang dari 5 kepala desa dan pemerintah kecamatan yang telah sepakat dalam mediasi bersedia bertanggungjawab.

"Ini bentuk kepedulian sebagai bantuan kemanusiaan dari pihak pemerintah kecamatan dan beberapa pemerintah desa memberikan bantuan kepada saudara-saudara kita yang kemarin sempat terjadi kesalahpahaman," katanya.

Menurut Ferly, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan hingga akhirnya kelima pria tersebut bersedia berdamai dan tidak melapor balik atas perbuatan tak mengenakkan dan kerugian yang dialami.

"Sudah dicantumkan dalam poin-poin hasil mediasi, dalam surat pernyataan bahwa memahami ini adalah sebuah musibah dan kesalahpahaman," jelasnya.

Baca juga: Dituduh Komplotan Penculik Anak, 5 Sales Jaket Asal Garut Diamuk Massa dan Dijarah di Muratara

Terkait mobil yang dirusak dan barang dagangan mereka yang dijarah warga, Ferly menyebut semuanya telah disepakati ada bentuk pertanggungjawaban berupa uang.

"Itu semua telah disepakati tadi, bahwa ada bentuk pertanggungjawaban sebagai bantuan kemanusiaan untuk meringankan beban, memperbaiki kerusakan kendaraan itu, jadi ini sudah clear, selesai," ujar Ferly.

Sementara itu, Kepala Desa Sukamenang, Alfatah menyebutkan jumlah total uang dari kesepakatan patungan 5 pemerintah desa dan pemerintah kecamatan yaitu Rp 30 juta.

Adapun pihak yang bertanggungjawab atas kejadian ini adalah pemerintah Kecamatan Karang Jaya, serta 5 pemerintah desa yakni Desa Terusan, Sukaraja, Rantau Telang, Muara Batang Empu, dan Sukamenang.

"Hasil kesepakatan, 30 juta, itu bentuk kepedulian kemanusiaan, kita semuanya menganggapnya ini musibah bersama. Untuk barang-barang yang dijarah masih kita usahakan dikembalikan," ujar Alfatah.

Salah seorang dari kelima pria korban hoaks penculikan, Asep Erwin mengatakan mereka berlima sudah berembuk dan sepakat tidak akan memperpanjang masalah tersebut.

"Iya kami tidak lapor balik, sudahlah cukup di sini. Anggaplah ini musibah kami saja lah, ke depan mungkin ada hikmahnya," ujar dia.

Hanya saja, kata Asep, mereka menyayangkan aksi main hakim sendiri yang dilakukan massa saat kejadian tanpa mempertimbangkan penjelasan darinya.

Menurut dia, sejak awal diinterogasi warga ketika dihentikan di lokasi kejadian, mereka sudah menjelaskan bahwa merupakan pedagang keliling atau sales jaket.

"Kami sudah menjelaskan, kami jualan keliling, ngampas, bukan penculik anak, karung-karung kami ini bekas wadah paket jaket, bukan untuk ngarungin anak, tapi warga tidak percaya," katanya.

Asep menambahkan, mereka memang tidak melapor terlebih dahulu kepada pemerintah setempat untuk berjualan di desa tersebut, karena di daerah lain biasanya aman saja.

"Biasanya kami jualan tidak pernah lapor ke desa dulu, karena biasanya di daerah lain biasa-biasa saja. Di Lampung, di Jambi kami jualan lancar-lancar saja tidak ada apa-apa. Tapi mungkin karena marak isu penculikan ini nasib kami apes, jadi korban," katanya.

Salah Paham

Sebelumnya, lima pria pedagang jaket asal Garut Jawa Barat menjadi korban hoax penculikan anak di Muratara, diamuk massa dan barang dagangan dijarah.

Dari pemeriksaan, gelar perkara, keterangan saksi-saksi, dan fakta-fakta yang dikumpulkan polisi di lapangan, ternyata tidak ditemukan adanya percobaan tindak pidana kejahatan penculikan anak yang dilakukan kelima pria itu.

Peristiwa ini terjadi karena kesalahpahaman, ditambah kepanikan masyarakat menanggapi isu-isu tentang penculikan anak yang akhir-akhir ini memang sedang marak terutama di beberapa daerah di wilayah Provinsi Sumsel.

Imbauan untuk Warga dan Pendatang

Kapolres Muratara, AKBP Ferly Rosa Putra mengimbau kepada masyarakat agar mengerti dan memahami serta tenang menghadapi isu-isu yang lagi marak saat ini tentang penculikan.

Dia juga mengimbau kepada para pelaku usaha seperti pedagang keliling, bila berasal dari luar daerah ada baiknya melapor terlebih dahulu kepada perangkat desa agar kegiatan mereka termonitor, tidak menimbulkan kecurigaan masyarakat.

"Kami juga mengimbau kepada masyarakat, jangan mudah terprovokasi, main hakim sendiri, karena justru bisa memunculkan tindak pidana yang baru," katanya.

Namun demikian, para orangtua diminta tetap waspada memantau aktivitas anak-anaknya di luar rumah.

Selain itu, masyarakat diingatkan pentingnya memberi pemahaman kepada anak untuk tidak berinteraksi dengan orang tak dikenal.

Masyarakat juga diminta untuk lebih selektif dalam menanggapi informasi atau isu-isu yang beredar terkait penculikan anak.

Menurutnya, masyarakat jangan mudah percaya begitu saja sebelum mengetahui fakta sebenarnya, walau demikian kewaspadaan harus tetap dikedepankan.

"Bila masyarakat melihat hal-hal yang mencurigakan, segera melapor ke kantor polisi terdekat," saran Ferly.

Dia menyatakan, anggota Polres Muratara dan polsek jajaran terus melakukan patroli untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat di daerah ini.

"Anggota intensif melakukan patroli wilayah, dan kita juga meminta peran serta masyarakat untuk bekerjasama dalam melakukan pengawasan," katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved