Pedagang Pasar Tradisional Kota Bengkulu Keluhkan Sistem Bundling saat Beli MinyaKita di Distributor

Penerapan sistem bundling pada MinyaKita dikeluhkan pedagang di Kota Bengkulu karena menyebabkan modal berjualan tinggi.

Penulis: Jiafni Rismawarni | Editor: Yunike Karolina
Jiafni Rismawarni/TribunBengkulu.com
Salah satu penjual MinyaKita di pasar tradisonal, Pasar Panorama Kota Bengkulu. Saat ini harga MinyaKita di pasaran naik Rp 15,5 ribu dari harga Rp 14 ribu per liter. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Jiafni Rismawarni 

 

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Penerapan sistem bundling pada MinyaKita dikeluhkan pedagang di Kota Bengkulu.

Sistem bundling ini maksudnya pedagang diharuskan membeli produk lainnya, saat membeli MinyaKita. Hal ini menyebabkan cost atau modal berjualan lebih tinggi.

Indra, salah satu pedagang di Pasar Panorama Kota Bengkulu menceritakan sejak tiga minggu terakhir dirinya berhenti menjual MinyaKita.

Diakuinya, permintaan akan minyak goreng merek MinyaKita ini masih banyak. Namun, dengan sistem bundling ini, membuat dirinya kewalahan terutama dalam aspek modal jualan. 

"Iya harga minyak kita naik, sayo (saya,red) gak berani jualnya. Modalnya kini tinggi, beli minyak kita kan harus digandeng dengan barang lain. Ada dengan beras, atau dengan merek minyak lain seperti Fortune," ungkap Indra, Minggu (12/2/2023). 

Ia menjelaskan sistem bundling ini adalah teknik di mana beberapa produk dikelompokan bersama dan dijual sebagai satu unit dengan satu harga.

Sehingga, tidak bisa hanya membeli produk MinyaKita saja. Namun, harus dibarengi dengan produk lainnya. 

"Ini sulit, modalnya mendam di situ. Iya MinyaKita yang laku, tapi barang lain itu belum kejual. Dinaikkan harga minyak kita juga gak bisa tinggi, nanti pembeli ngeluh," jelasnya. 

Senada dengan itu, Sofian, penjual MinyaKita di Pasar Panorama Kota Bengkulu, mengaku kesulitan dengan sistem bundling ini.

Sehingga ia terpaksa menjual MinyaKita di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp 14 ribu. 

"Kalau kini 1 liter MinyaKita Rp 15,5 ribu, ya terpaksa naik karena modal juga naik. Dari distributor itu naik harganya, belum lagi harus gandeng deng barang lain kan kalau beli, " bebernya. 

Meskipun ia membeli MinyaKita dengan sistem bundling di tingkat distributor. Namun, dirinya tidak berani menerapkan hal serupa ke konsumen. Pasalnya, konsumen cenderung enggan bertransaksi dengan sistem bundling. 

"Kita dapat MinyaKita kan harus gandeng dengan garam. Adanya juga dengan minyak Tropika 2 liter. Kalau di pembeli kita terapkan itu, ya lari mereka," terangnya. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved