Polemik Pencopotan Camat Gajahmungkur

Walikota Semarang Bantah Copot Camat Gajahmungkur Gegara Sindir Nasi Goreng, Sebut Mutasi Biasa

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu bantah copot jabatan Camat Gajahmungkur gara-gara diduga sindir soal nasi goreng.

Penulis: Kartika Aditia | Editor: Hendrik Budiman
Kompas.com
Potret Camat Gajahungkur, Ade Bhakti. Walikota Semarang Bantah Copot Camat Gajahmungkur Gegara Sindir Nasi Goreng, Sebut Mutasi Hal Biasa 

Sementara itu Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan, mutasi merupakan hal yang biasa dilakukan di lingkungan pemerintah.

Hal itu tak hanya terjadi di Kota Semarang.

"Mutasi adalah hal yang biasa," jelas Ita melalui pesan WhatsApp kepada Kompas.com.

Dia menegaskan, pembahasan soal mutasi sudah dilakukan jauh-jauh hari.

Mutasi merupakan pemenuhan organisasi dalam lingkungan pemerintahan. "Intinya mutasi adalah pemenuhan organisasi," kata Ita.

Sosok dan Rekan Jejak Camat Gajahmugkur

Sosok dan rekam jejak Ade Bhakti Camat Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah yang dimutasi jadi sekretaris pemadam kebakaran atau Damkar viral di media sosial.

Pasalnya mutasi yang dilakukan terhadap Ade Bhakti diduga gara-gara diduga terkait sindiran soal nasi goreng.

Melalui akun Instagram pribadinya @adebhakti, dia mengunggah gambar hasil tangkapan layar atau screenshot potongan berita yang berjudul 'Usai Sindir Nasi Goreng Ala Mbak Ita, Camat Gajahmungkur Dicopot'.

"STNK : Siap Tok No Kulo (Siap saja kalau saya)...!!!,"tulis Ade seperti yang dikutip TribunBengkulu.com (3/8/2023).

Postingan tersebut lantas menjadi perbincangan hingga dibanjiri komentar oleh para warganet.

Bahkan tak sedikit yang merasa kecewa terhadap keputusan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

"Wah ngisin2 i..mosok goro2 sego goreng wong sing berprestasi ngene disenggol ie (wah malu-maluin, masa gara-gara nasi goreng orang berprestasi disenggol)...," kata akun @gabrielamahar**** dalam kolom komentar unggahan tersebut.

Lantas, sepert apa sosok Ade Bhakti dan rekam jejaknya selama menjadi Camat Gajahmungkur Semarang?

Melansir dari Kompas.com, Ade Bhakti ternyata merupakan sosok camat yang memiliki sejumlah prestasi yang membanggakan unuk Kota Semarang.

Salah satunya peringkat pertama evaluasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Adapun Evaluasi kinerja OPD dilakukan setiap triwulan atau tiga bulan sekali yang dilakukan oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB).

"Alhamdulillah, saya di bulan Juni, nilainya bagus. Triwulan pertama 2023 ini, kemudian triwulan kedua dari 51 OPD, kita peringkat lima. Tapi kalau dibandingkan dengan 16 kecamatan lain, kami di peringkat pertama," ungkap Ade.

Tak hanya itu saja, Ade Bhakti juga dianggap berhasil dalam penanganan stunting di wilayah Gajahmungkur.

"Kalau bicara masalah stunting jumlahnya, kami pun juga nggak banyak-banyak amat. Kami peringkat ketiga atau keempat, paling sedikit," paparnya.

Lebih lanjt, Ade Bhakti menjelaskan jika angka stunting di Gajahmungkur awalnya berjumlah 60 kasus.

Saat ini kasus stunting sudah jauh berkurang tinggal 26 kasus sampai saat ini.

"Kemarin jumlahnya 60-an dievaluasi tinggal 30-an atau bahkan 26," imbuh Ade Bhakti.

Hal itu membuktikan, lanju dia, OPD di Gajahmungkur benar-benar melaksanakan program Pemerintah Kota Semarang dengan baik dan sesuai dengan arahan.

"Kita selalu laksanakan dengan baik," kata dia.

Ade bercerita, selama menjadi Camat Gajahmungkur, ia mengaku belum pernah sekalipun menerima perintah secara langsung dari Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.

"Sampai sekarang belum pernah. Boleh dilihat di WA (Whatsapp) saya," bebernya.

Hal itulah yang membedakan antara Wali Kota Semarang saat dipimpin Hendrar Prihadi (Hendi), dan dipimpin oleh Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita).

Saat dipimpin Hendi, dia mengaku sering mendapatkan perintah melalui telepon secara langsung.

Hal itu membuat koordinasinya dengan Wali Kota Semarang saat masih dijabat Hendi lebih intens.

"Jadi saya kalau transisi dulu zaman Pak Hendi. Tidak membandingkan tapi kalau dulu, ada apa-apa telepon. Mungkin cara koordinasinya beda. Sekarang lewat grup WhatsApp, mungkin," ujar dia.

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved