Oknum TNI Aniaya Pemuda Hingga Tewas

Adik Imam Masykur Benarkan Video Penyiksaan yang Beredar Dilakukan Oknum Paspampres ke Kakaknya

Adik Imam Masykur, Fakhrul Razi membenarkan jika video viral penganiayaan yang dilakukan tiga oknum TNI itu adalah benar.

Penulis: Yuni Astuti | Editor: Hendrik Budiman
Kolase TribunBengkulu.com dan Instagram Selebviral
Kolase foto Fakhrul Razi. Adik Imam Masykur Benarkan Video Penyiksaan yang Beredar Dilakukan Oknum Paspampres ke Kakaknya 

TRIBUNBENGKULU.COM - Adik Imam Masykur, Fakhrul Razi membenarkan jika video viral penganiayaan yang dilakukan tiga oknum TNI itu adalah benar.

Fakhrul Razi mengatakan jika video yang viral itu memang benar saat sang kakak dianiaya di dalam mobil oleh ketiga oknum TNI tersebut.

Video itu mulanya kata Fakhrul dikirim oleh dirinya, hal ini agar ketiga oknum TNI tersebut bisa menebus uang Rp 50 juta.

Video itu kemudian dibagikan Fakhrul ke teman-temannya hingga akhirnya viral di media sosial.

Seperti diketahui, sebelumnya pihak Pomdam Jaya mengatakan jika video penganiayaan di dalam mobil itu hoax dan tidak ada kaintannya dengan kasus tewasnya Imam Masykur.

Kendati demikian, Fakhrul menepis pernyataan dari pihak Pomdam Jaya, dan mengatakan jika video yang viral itu benar.

"Iya itu pertama dari saya dikirim, betul itu suara abang saya," ujar Fakhrul Razi dilansir dari instagram @ViralSeleb.

Video penganiayaan yang viral tersbeut memang dikirim oleh pelaku kepadda keluarga Imam Masykur.

Tak hanya itu saja, Fakhrul mengatakan jika kakaknya merupakan tulang punggung keluarga termasuk yang membiayai dirinya sekolah.

“Lalu dia (Imam Maskur) juga menelepon mamak minta uang itu. Dan baru kali ini ditelpon sama abang,” ujar dia.

Sebelumnya, Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar mengatakan jika video yang viral itu adalah video hoax dan tidak ada kaitannya dengan penganiayaan yang dilakukan tiga oknum TNI.

Cerita Korban Lain yang Selamat

Salah satu korban yang selamat dari aksi penculikan Praka RM mengurai kesaksiannya.

Meski selamat dari kekejian Praka RM, namun dirinya mengatakan dirinya masih menyimpan trauma yang mendalam.

Bagai mana tidak, korban yang berinisal ZF ini mengaku juka dirinya sampai ditelanjangi hingga disentrum sampai kemas.

Bahkan akibat kejadian tersebut, ZF yang merupakan warga Sawang, Aceh Utara ini mengaku, hingga kini masih belum berani kembali ke tempat usahanya diwilayah Bekasi, Jawa Barat.

"Sampai sekarang saya belum berani balik ke Jakarta bang. Trauma kali saya," kata ZF dikutip Tribunbengkulu.com dari Serambinews.com, Rabu (30/8/2023).

Baca juga: Pemerasan dan Penganiayaan Imam Masykur Dipicu Masalah Ekonomi, Ternyata Segini Gaji Praka RM

Lebih lanjut, ia menjelasakn jika dirinya ditangkap dua hari menjelang Lebaran Idul Fitri, April 2023 saat sedang berjualan di tokonya dikawasan Bekasi.

"Saya ditangkap jam 2 siang (14.00 WIB), bulan puasa, dua hari menjelang Idul Fitri," turunyanya.

Menurutnya, ada empat orang yang datang ke toko tempat ia berjualan, satu diantranya menggunakan baju polisi dilengkapi senjata api yang disebutnya sebagai Praka RM, dan tiga lainnya mengenakan kemeja putih.

Mereka datang dengan wajah tertutup masker.

"Mereka mengaku dari polisi, dan saat berada di mobil, mereka mengaku dari Polda," kata ZF.

Ia bercerita, empat orang tersebut mengamankan handphone, uang di dalam laci toko termasuk di dalam celana, dan barang-barang berharga lainnya.

ZF mengaku jika kasus yang dialaminya berhubungan dengan bisnis obat Tramadol termasuk tiga orang lainnya yang ditangkap bersama saat itu.

"Satu orang lagi bukan, dia kalau tidak salah satpam di stasiun kereta api, orang Aceh juga. Dia dilepas dan tidak dipukul, tetapi uangnya semua habis dikuras," kata dia.

Meski penangkapannya itu terkait dengan bisnis Tramadol, tetapi ZF mengaku tidak tahu bagaimana hubungan Praka RM dan komplotannya dalam bisnis tersebut.

"Saat ditangkap itu, kami sudah menawarkan uang koordinasi yang akan diberikan rutin, tetapi dia tidak mau. Mereka hanya minta disediakan uang," tutur ZF saat ditemui di salah satu warung kopi di Banda Aceh seperti dilansir dari Serambinews.com, Senin (28/8/2023).

ZF bercerita, usai ditangkap dirinya dan seorang warga Aceh lainnya diperintahkan membuka baju di dalam mobil dengan mata ditutup kain serta diperintahkan tidur di bagasi belakang.

"Kami berlima ditidurkan di bagasi berdesak-desakan. Mobil kemudian berjalan pelan-pelan," kenang ZF.

Menurutnya, mereka mengancam jika tidak ingin cacat harus ada uang Rp 30 juta per orang.

Satu per satu mereka dipanggil untuk pindah ke bagasi tengah.

Di sinilah mereka dieksekusi oleh Praka RM, dengan melecut punggung mereka dengan kabel listrik.

"Saya duluan yang dipukul, karena saya duluan yang ditangkap. Sakitnya luar biasa, saya berulang kali teriak takbir. Saat saya terlalu berontak, saya disetrum hingga lemas," ungkap ZF.
Di saat seluruh badan sudah luka-luka, permintaan uang yang awalnya Rp 30 juta dikurangi menjadi Rp 20 juta.

ZF lalu diperintahkan menghubungi temannya untuk meminta uang. Jumlahnya mereka dikte di telinga saya.

"Saya kasih Rp 8 juta, itu kiriman dari kawan. Uang di ATM juga diambil, Rp 800.000, juga di dalam kantong Rp 300.000, serta uang yang di laci toko. Totalnya mungkin sekitar Rp 10 juta," sebut ZF.

Sementara warga Aceh lainnya yang disekap bersama ZF ada yang menyetorkan Rp 6 juta dan yang paling besar Rp 21 juta.

"Jadi mereka memeriksa handphone kami, dan mencari kontak yang berhubungan dengan uang. Kami disuruh hubungi untuk meminta kembali uang itu," ujarnya.

ZF bersama empat orang lainnya dilepas pukul 02.00 WIB dini hari.

Mereka diturunkan di pintu tol keluar, terminal kampung rambutan.

Karena tak memiliki uang sepeser pun, ZF lalu mendatangi Alfamart meminta tolong agar dipesankan Grab, dan dibayar saat sampai di rumah.

Sementara warga Aceh lainnya yang disekap bersama ZF ada yang menyetorkan Rp 6 juta dan yang paling besar Rp 21 juta.

"Jadi mereka memeriksa handphone kami, dan mencari kontak yang berhubungan dengan uang. Kami disuruh hubungi untuk meminta kembali uang itu," ujarnya.

ZF bersama empat orang lainnya dilepas pukul 02.00 WIB dini hari.

Mereka diturunkan di pintu tol keluar, terminal kampung rambutan.

Karena tak memiliki uang sepeser pun, ZF lalu mendatangi Alfamart meminta tolong agar dipesankan Grab, dan dibayar saat sampai di rumah.

Menurut dia, apa yang dialaminya itu adalah murni perampokan dan pemerasan.

Pomdam Jaya Sebut Video Viral Hoax

Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar sebut video penyiksaan yang viral itu tidak ada kaitannya dengan kasus pembunuhan Imam Masykur yang dilakukan oleh tiga oknum TNI.

Video viral soal penyiksaan yang menarasikan saat ketiga oknum TNI menculik Imam Masykur itu adalah hoax.

"Hoaks, itu hoaks. Itu enggak ada kaitannya dengan kasus ini," kata Irsyad dikutip TribunBengkulu.com dari Kompas.com, Rabu (30/8/2023).

Irsyad juga memastikan jika video yang beredar tersebut bukanlah video saat Imam Masyruk dianiaya oleh ketiga oknum TNI.

Bahkan irsyad juga mengaku tidak tahu mengenai video penyiksaan yang beredar luas dan banyak masyarakat menilai jika itulah video yang saat Imam Masyruk diculik kemudian disiksa oleh ketiga oknum TNI.

"Yang di dalam mobil enggak itu, itu hoaks, enggak ada kaitannya, enggak ada hubungannya," ucap Irsyad.

Sementara itu, Kadispenad Brigjen Hamim Tohari mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak terpengaruh dengan video yang kini viral jika belum mengetahui pasti kebenaran video yang diunggah.

"Hasil visum maupun hasil otopsi sampai saat ini masih belum keluar sehingga kami masih menunggu dan saya mengimbau untuk tidak terpengaruh mungkin video-video viral atau gambar-gambar yang tersebar melalui medsos yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," jelas Hamim.

Diketahui video viral penganiayaan tersebut viral di media sosial.

Bahkan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni turut mengunggah video penganiayaan tersebut melalui akun instagram pribadinya.

Pemuda asal Aceh, yang bernama Imam Masykur (25) itu meninggal dunia usai dirinya dianiaya disertai perampasan yang diotaki oleh tiga oknum TNI.

Adapun tiga oknum TNI tersebut yakni Praka RM diketahui bertugas sebagai anggota Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan.

Sementara itu, Praka HS bertugas sebagai anggota Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat.

Kemudian, Praka J bertugas sebagai anggota Kodam Iskandar Muda.

Korban Bukan Hanya Imam Masykur

Hotman Paris bereaksi, ternyata korban pembunuhan yang dilakukan ketiga oknum TNI bukan hanya Imam Masyhuri.

Mengetahui jika bukan hanya Imam Masyhuri yang menjadi korban pembunuhan ketiga oknum pelaku TNI, Hotman Paris kembali meminta agar korban cepat menghubungi pihaknya.

Hal ini disampaikan Hotman Paris melalui akun instagram pribadinya @hotman parisofficial.

"Ada korban lain oknum TNI? Ayok hubungin hotman 911!! Apa selama ini oknum Tni itu tanpa pengawasan?!," tulis Hotman, Selasa (29/8/2023).

Dalam ungggahan di instagram pribadinya, Hotman mengunggah foto pria dengan luka pukulan di bagian punggung.

"Imam Masykur bukanlah yang pertama menjadi korban penyiksaan oknum barbar," tulis caption dalam gambar yang diunggah.

Terpisah, Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar mengungkapkan, ada korban yang diculik oleh tiga oknum prajurit TNI selain Imam Masykur.

Namun satu korban tersebut ternyata dilepaskan oleh pelaku.

"Ada satu korban juga yang diculik. Sebenarnya yang diculik itu dua orang, tapi yang satu dilepas. Dilepas di sekitar Tol Cikeas," ungkap Irsyad dilansir dari Kompas.com.

Irsyad juga mengatakan jika korban saat itu dilepaskan oleh pelaku karena mengalami sesak napas.

Beruntung korban yang dilepaskan itu selamat dan kini menjadi saksi.

Pemeriksaan dilakukan untuk mendalami dan mengumpulkan alat bukti terkait dugaan penculikan dan penganiayaan yang dilakukan tiga oknum prajurit tamtama tersebut.

"Saksi yang diperiksa itu total delapan orang," jelas Irsyad.

Sosok MS Tersangka Baru Kasus Pembunuhan Imam Masykur

Sosok MS jadi tersangka baru kasus pembunuhan Imam Masykur (25) warga asal Aceh.

Hal ini disampaikan Kadipenad Brigjen TNI Hamim Tohari.

Sebelumnya diketahui jika ketiga tersangka pembunuhuhan Imam Masykur merupakan oknum anggota TNI.

ketiga tersangka dari TNI yakni anggota Paspampres Praka RM, Praka HS dari satuan Direktorat Topografi TNI AD dan Praka J anggota Kodam Iskandar Muda.

Lantas siapakah sosok MS tersangka baru dalam kasus pembunuhan pemuda asal Aceh?

Sosok MS ini dibeberkan oleh Kadipenad Brigjen TNI Hamim Tohari, dimana dalam kasus ini Hamim mengatakan ada satu tersangka dalam kasus ini.

Satu tersangka yang dimaksud merupakan MS, MS ini sendiri merupakan warag sipil.

"Satu sipil ditangani Polda, peran masih dalam proses, bisa konfirmasi ke Polda," kata Hamim dilansir dari Tribunnews.com, Selasa (29/8/2023).

Hamim mengatakan jika MS ini merupakan kakak ipar dari Praka RM yang membantu proses penculikan korban hingga tewas.

"Ada sementara satu sipil terkinat ditangani Polda, peran masih dalam proses, bisa konfirmasi ke Polda," ucapnya.

Video saat pelaku melakukan penganiayaan terhadap Imam Masykur viral di media sosial.

Hingga saat ini belum ada yang bisa menjelaskan mengapa saat penyiksaan dilakukan perekaman video hingga membuat viral.

Diduga Bisnis Obat Ilegal

Diduga menjual obat ilegal menjadi pemicu Imam Masykur dibunuh oleh ketiga oknum anggota TNI.

Diketahui jika korban merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai penjual obat-obatan ilegal dengan kedok toko kosmetik yang lokasinya berada di Jalan Sandratek, RT 02 RW 06, Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.

Beredar informasi jika sebelumnya korban Imam Masykur pernah ditangkap karena telah menjual obat-obatan terlarang.

Saat menangkap Masykur pelaku berpura-pura menjadi aparat kepolisian.

"Pelaku berpura-pura sebagai aparat kepolisian yang melakukan penangkapan terhadap korban karena korban diduga pedagang obat-obat ilegal (seperti) Tramadol dan lain-lain," kata Irsyad dilansir dari Kompas.com.

Setelah pelaku berhasil menangkap Imam, kemudian pelaku melakukan pemerasan terhadap Imam, kemudian penganiayaan hingga mengakibatkan Imam meninggal dunia.

"Setelah ditangkap, dibawa dan diperas sejumlah uang," jelas Irsyad.

Adapun ketiga oknum tersebut berinisial Praka RM, Praka HS, dan Praka J.

Praka RM merupakan petugas Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan.

Sementara Praka HS adalah anggota Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat dan Praka J merupakan anggota TNI di Kodam Iskandar Muda.

Identitas tiga terduga pelaku diketahui setelah penyidik melacak telepon seluler milik korban yang dijual Praka RM.

Sementara itu, menurut pengakuan saksi yang melihat kejadian dimana pelaku telah mengunjungi ruko yang ditinggali Imam.

B (40) mengatakan saat itu dirinya melihat dalam ruko ada satu orang yang mneyeret Imam, kala itu korban dan pelaku terlibat perkelahian.

"Dia (Imam) posisi kayaknya lagi salat. Saya sempet denger rampok-rampok dia sempet dipiting kan yang orang (pelaku) itu," kata B dilansir dari Tribunnews.com.

Kemudian dua orang mengampiri Imam saat tetangga sekitar membantu korban.

Namun pelaku tersebut mengatakan jika dirinya dari pihak kepolisian sehingga membuat warga tidak berani untuk membantu Imam.

Pelaku juga mengatakan sudah memiliki surat tugas untuk melakukan penangkapan terhadap Imam.

"Semua orang cuma enggak berani pada melerai karena dia bilang saya bawa surat tugas, bawa map. Cuma saya enggak tahu map itu isinya apa, saya enggak tahu," jelas B.

Setelah itu, Imam langsung diborgol dan dimasukkan ke dalam mobil oleh para terduga pelaku.

Motif Pelaku

Motif oknum Paspampres dan dua anggota TNI membunuh Imam Masykur (25) ternyata pemerasan.

Hal ini disampaikan Anggota Komisi I DPR RI Aceh, Fadhullah, dimana keterangannya itu ia dapat dari komandan Pomdam Jaya, Kolonel Cpm Irsyad Hamdie Bey.

Adapun dalam kasus ini tiga pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka, Satu di antaranya adalah Praka Riswandi Manik (RM) yang merupakan Ta Walis 3/3/III Ki C Walis Yonwalprotneg Paspampres, kemudian dua diantaranya adalah anggota TNI.

Kendati demikian saat pelaku melakukan aksi pemerasan terhadap korban, pelaku sempat mengaku sebagai anggota polisi.

"Dijawab oleh Danpomdam Jaya, ini murni kasus pemerasan dan penganiayaan," ungkap Fadhullah dikutip dari Serambinews.com, Selasa (29/8/2023)

Fadhullah juga mengatakan jika awalnya pelaku menculik korban sebelum akhirnya korban dibunuh.

"Jadi mereka itu menculik korban dengan berpura-pura sebagai oknum dari institusi hukum, kemudian meminta penebusan. Lalu dilakukan penyiksaan,” lanjutnya.

Saat ini ketiga pelaku sudah diamankan oelh Dannpomdam Jaya.

"Jadi Danpomdam Jaya menjawab bahwa tiganya sudah diamankan," ujarnya.

Ketiga pelaku melakukan penculikan dan penganiayaan terhadap korban karena mereka mengetahui, Imam Masykur menjual obat-obatan secara ilegal.

Dan berawal dari hal itulah kemudian Imam Masykur diperas dimana korban menelpon keluarganya dan meminta uang Rp 50 juta.

Tak hanya itu saja ibu Imam Masykur saat ditelpon juga diancam jika tidak memberikan uang yang pelaku mau, makan anaknya akan dibunuh.

Meski secara perlahan kasus ini mulai terungkap secara bertahap, Fadhullah akan terus mengusut kasus ini hingga tuntas agar pihak keluarga korban mendapat keadilan.

"Saya akan terus mengawal kasus ini. Dalam waktu dekat ini saya akan ke Pomdam Jaya karena saat ini saya masih di Aceh," jelasnya.

Seperti diketahui, penganiayaan yang mengakibatkan Imam Masykur pemuda asal Aceh hingga tewas video telah viral di media sosial.

Banyak sekali warganet yang mengecam pelaku karena tindakan yang tidak semestinya dilakukan.

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved