Dampak Perubahan Iklim, Pengaruhi Hasil Panen Petani-Wilayah Adat di Bengkulu

Perubahan iklim sangat mempengaruhi hasil panen petani di Provinsi Bengkulu.

Penulis: Jiafni Rismawarni | Editor: Yunike Karolina
Jiafni Rismawarni/TribunBengkulu.com
Salah satu area persawahan yang ada di Bengkulu. Padi mulai menguning di tengah cuaca yang cenderung panas. Perubahan iklim juga mempengaruhi hasil panen. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Jiafni Rismawarni 

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Perubahan iklim sangat mempengaruhi hasil panen petani di Provinsi Bengkulu.

Suwar, petani di Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejang Lebong, mengatakan ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam bertani di Rejang Lebong.

Terutama untuk, mengadapi perubahan cuaca yang tak gampang untuk diprediksi. 

"Rata-rata dua kali setahun, untuk masa tanam padi disini. Kalau cuaca pas bagus, dan perairan cukup itu hasil padi nya juga bagus. Kalau gak ya sebaliknya," jelasnya.

Ia menyebutkan ada cara untuk mensiasati agar memiliki cadangan air yang cukup. Sehingga saat kemarau dapat digunakan, yakni dengan membuat tadah air hujan.

Pasalnya bila saat musim kemarau panjang maka mengancam produksi padi  

"Itu belum dengan ada hama wareng, tikus. Juga harga pupuk mahal, ya apes nya gak dapat hasil. Kadang modal sama hasil panen jauh," ungkap Suwar.

Senada dengan itu, Ketua Pengurus Harian AMAN Wilayah Bengkulu Fahmi Arisandi juga berpendapat bahwa perubahan iklim dan masyarakat adat memiliki peran yang cukup penting.

Bahkan, lanjutnya, dalam isu perubahan iklim, dalam laporan yang dirilis oleh World Resources Insitute pada tahun 2021, disebutkan bahwa sepertiga dari luas total hutan alam dan 80 persen keanekaragaman hayati di dunia berada di wilayah adat. 

"Berangkat dari fakta tersebut, dalam laporan juga merekomendasikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak Masyarakat adat merupakan salah satu solusi yang penting untuk dilakukan untuk mencegah deforestasi dan kerusakan lingkungan yang telah berkontriubusi terhadap perubahan iklim," kata Fahmi.

Lebih lanjut dijelaskan Fahmi, perubahan iklim berpengaruh terhadap masyarakat adat di Bengkulu.

Apalagi secara geografis komunitas masyarakat adat di Provinsi Bengkulu mendiami wilayah adat di 2 tipologi. Yakni, daerah dataran tinggi atau pegunungan dan daerah pesisir pantai. 

Perubahan iklim telah berdampak sangat signifikan dan mengancam kelangsungan kondisi ekonomi mereka.

Kondisi karena banyak pengetahuan tradisional mereka yang telah diwarisi secara turun temurun dalam mengelola wilayah adat menjadi kabur akibat dari perubahan iklim. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved