Mahasiswi Kedokteran Spesialis Tewas
Babak Baru Kasus Bullying Aulia Risma Dokter PPDS Undip yang Tewas, Kampus Akui Adanya Bullying
Babak baru kasus bullying Aulia Risma Lestari, Dokter PPDS Undip yang tewas di kamar kosnya.
TRIBUNBENGKULU.COM - Babak baru kasus bullying Aulia Risma Lestari, Dokter PPDS Undip yang tewas di kamar kosnya.
Tewasnya Aulia Risma memang meninggalkan misteri dan timbul ragam pertanyaan.
Pasalnya, banyak spekulasi yang beredar luas bahwa Aulia Risma tewas gegara di bully dan tugas kuliah yang terlalu berat.
Hingga akhirnya Aulia Risma nekat akhiri hidupnya dengan cara menyuntikkan obat bius ke lengannya sendiri.
Sebelumnya, pihak kampus Undip menyangkal bahwa penyebab tewasnya Aulia Risma gegara adanya bullying.
Dalih Undip menyebutkan bahwa Aulia Risma yang tengah menjalani pendidikan PPDS tersebut tewas gegara alami sakit.
Namun sayangnya, pihak kampus enggan untuk menerangkan penyakit apa yang diderita oleh Aulia Risma.
Padahal ada banyak sekali bukti adanya tindakan bullying yang terjadi di PPDS Undip.
Aulia Risma adalah salah satu korban yang mendapat tindakan bullying oleh para seniornya.
Hal itu dituangkannya langsung melalui buku harian alias diarinya yang ditemukan di lokasi kejadian saat dirinya tewas.
Meski menyangkal adanya tindakan bullying di lingkungan kampus khususnya Fakultas Kedokteran Undip, namun warganet tetap mengkuliti kampus tersebut hingga viral.
Menariknya, usai banyaknya polemik yang terjadi di Undip, kini kampus tersebut justru mengakui adanya tindakan bullying.
Hal ini dibenarkan langsung oleh Direktur Operasional RSUP dr Kariadi Semarang, Mahabara Yang Putra.
Terungkapnya tindakan perundungan tersebut selepas perwakilan Komisi IX DPR RI bertemu dengan sejumlah pengelola RSUP dr Kariadi Semarang.
Namun, meski telah mengakui adanya tindakan yang diduga penjadi salah satu penyebab utama tewasnya dr Aulia Risma, RSUP dr Kariadi Semarang belum mengetahui siapa oknum yang melakukan hal tersebut.
"Kasus perundungan memang ada, oknumnya siapa sedang dicari," ujar Mahabara Yang Putra, Jumat (13/9/2024) dikutip dari Tribun Jateng.
Pihaknya menyebut, oknum tersebut masih dicari melalui penyelidikan kepolisian.
"Oknum itu melakukan perundungan dengan memanfaatkan posisinya. Lalu melakukan kekerasan terhadap adik kelasnya," imbuh dr Abba, sapaan keseharian Mahabara Yang Putra.
Selepas ditemukannya adanya perundungan, dr Abba mengungkapkan pihaknya akan melakukan evaluasi dari proses seleksi yang dilakukan bersama instansi pendidikan.
Terkait penghentian sementara PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang, dia menyebut jika hal itu dilakukan agar kepolisian dapat melakukan penyelidikan secara optimal tanpa bias.
"Dihentikan sampai kapan? Ya sampai kepolisian menemukan siapa yang melakukan perundungan," jelasnya.
Pihaknya pun menjamin selama proses penghentian sementara tak akan menganggu proses pelayanan rumah sakit.
"Ada lebih dari 20 dokter spesialis (anestesi) dilihat jumlah kamar dan jam shift masih cukup," ungkapnya.
Begitupun soal penghentian praktik sementara Dekan Fakultas Kedokteran Undip dr Yan Wisnu Prajoko di RSUP dr Kariadi Semarang.
Pihak rumah sakit melakukan hal itu untuk kepentingan penyelidikan kepolisian.
"dr Yan itu menjabat dua posisi penting sebagai dekan dan dokter di RSUP dr Kariadi Semarang."
"Jadi biar tidak ada konflik kepentingan dan penyelidikan polisi berjalan lancar, maka praktiknya dihentikan," ujar dr Abba.
Selain itu, Abba membantah soal adanya kerja overtime yang dialami mahasiswa PPDS.
Pihaknya mengatakan, istilah 24 jam merupakan pelayanan seperti IGD.
Artinya, mahasiswa PPDS tidak bekerja selama 24 jam, hanya pelayanan.
"Tidak ada itu kerja overtime."
"Namun akan kami evaluasi antara jam belajar dengan jam pelayanan PPDS," bebernya.
Anggota Komisi IX DPR RI Buka Suara
Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani mengatakan, perundungan memang menimpa dr Aulia Risma Lestari.
Pihaknya meminta Undip dan RSUP dr Kariadi Semarang mengakui hal tersebut.
"Tidak boleh saling lempar."
"Harus diselesaikan masalah ini secara bersama-sama demi kebaikan lembaga pendidikan dan rumah sakit," terangnya.
Irma pun meminta para dokter tidak bersikap elitis dan esklusif agar akar persoalan ini dapat diselesaikan.
Menurut dia, sikap elitis dari para dokter inilah yang menyebabkan persoalan ini tak kunjung ketemu ujung pangkalnya.
"Para dokter eletis sekali, jadi tutup menutupi, tidak ada satupun persoalan di kedokteran yang selesai karena mereka saling tutup menutupi," katanya.
Dia menambahkan, pertemuan ini bakal dibawa ke rapat Komisi IX DPR RI.
"Rencana kami ada pemanggilan kepada pihak RSUP dr Kariadi dan Undip Semarang," bebernya.
Senior dan Kaprodi Dilaporkan ke Polisi
Ibu dokter Aulia, Nuzmatun Malinah, melaporkan dugaan perundungan, pemerasan, dan intimidasi yang dialami buah hatinya selama menjadi mahasiswa PPDS Undip dan menjalani residen di RSUP Kariadi.
Dalam kasus ini, keluarga melaporkan sejumlah senior dokter Aulia di PPDS juga kepala prodi (Kaprodi) atau jurusan Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Undip Semarang.
Malinah datang ke Polda Jateng ditemani adik dokter Aulia, dokter Nadia, dan kuasa hukum keluarga, Misyal Achmad.
Laporan itu pun diterima Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jateng dan teregistrasi dalam nomor LP/B/133/IX/2024/Spkt/Polda Jawa Tengah.
Pembuatan laporan itu memakan waktu sekitar 8 jam.
Pukul 18.00 WIB, mereka baru keluar dari ruang SPKT Polda Jateng.
Hanya saja, saat ditemui wartawan, Malinah enggan memberi keterangan.
Dia masih syok setelah kehilangan anak dan suaminya dalam waktu berdekatan.
Kondisi Malinah yang masih terguncang pula yang membuat keluarga baru bisa melapor ke polisi beberapa pekan setelah kejadian.
"Kami berjam-jam di dalam untuk bikin laporan, sambil menyerahkan bukti-bukti. Besok (Kamis, 5 September), kami kembali lagi ke sini untuk dimintai keterangan," kata kuasa hukum keluarga dr Aulia, Misyal Achmad, di SPKT Polda Jateng.
Dalam pelaporan itu, Misyal mengatakan, pihaknya juga menyerahkan bukti chatting Whatsapp dan bukti transfer bank untuk menguatkan dugaan perundungan, intimidasi, dan ancaman yang dialami dokter Aulia selama menjadi mahasiswa PPDS Anestesi Undip.
"Untuk yang dilaporkan siapa, kami belum berani sebut nama. Yang jelas, laporan terkait pengancaman, intimidasi, pemerasan, dan hal-hal lain," sambung Misyal.
Misyal mengatakan, pihak yang dilaporkan adalah para senior mendiang dokter Aulia Risma.
Termasuk, kepala prodi (kaprodi) jurusan tempat dokter Aulia menimba ilmu spesialis.
"Terlapor lebih dari satu orang, semua seniornya."
"Kami laporkan mereka karena ada pembiaran dan tidak ada penanganan maksimal dari guru (dosen)," jelas Misyal.
Misyal yang juga kuasa hukum dari Kementerian Kesehatan ini menambahkan, pembiaran yang dilakukan para senior korban di antaranya jam kerja yang overtime atau hampir 24 jam dalam sehari, yakni mulai dari jam 03.00 WIB hingga pukul 01.30 WIB keesokan hari.
Menurut Misyal, korban telah menyampaikan keluhan soal jam kerja ini melalui ibunya ke pihak kampus, yakni kepada kaprodi.
Namun, keluhan itu tidak ditanggapi secara serius.
"Keluarga telah memberitahu kepada kepala prodi sejak tahun 2022 tapi tidak ditanggapi."
"Ibu almarhumah telah melaporkan hal itu berkali-kali," jelasnya.
Pihaknya berharap, laporan ini bisa menjadi pemicu korban lain berani buka suara.
Dia ingin, kejadian ini menjadi bola salju. Artinya, semakin banyak korban yang ikut berani melapor.
"Korban lain harus berani mengadu supaya dunia kesehatan tidak terkontaminasi hal-hal negatif. Dokter itu harus bermental santun, bukan main gaya preman," katanya.
| Alasan 3 Tersangka Kasus Bullying PPDS Undip Semarang Tidak Ditahan, Padahal Korban Tewas |
|
|---|
| Profil Zara, Dokter Senior Undip Jadi Tersangka Kasus Kematian Dokter Aulia, Sering Maki Korban |
|
|---|
| Peran 3 Dokter Tersangka Pemerasan Almarhumah Dokter PPDS Undip Aulia Risma Lestari, Minta Uang BOP |
|
|---|
| Terkuak Peran 3 Tersangka Bully Aulia Risma Dokter PPDS Undip Berujung Tewas di Kamar Kos |
|
|---|
| Kampus Sempat Bantah Bullying Kasus Aulia Risma PPDS, Kini Dosen dan Mahasiswi Undip Jadi Tersangka |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Babak-Baru-Kasus-Bullying-Aulia-Risma-Dokter-PPDS-Undip-yang-Tewas-di-Kamar-Kosnya.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.