Dalam hal ini, Dessy ingin membuat pesepakbola-pesepakbola asal DIY dapat membela Timnas Indonesia di masa depan.
"Visi itu kami ingin realisasikan melalui pengelolaan organisasi yang baik, kompetisi berjalan berkelanjutan, pengembangan bakat pemain usia dini, dan pengembangan bisnis. Selain itu tentu saja sinkronisasi kegiatan dengan PSSI pusat, pemerintah, kepolisian, KONI, Pemda, dan Askab/Askot," kata Dessy kepada Tribun Jogja belum lama ini.
Pengembangan pemain usia muda menjadi kata kunci bagi kepengurusan Asprov PSSI di setiap daerah.
Untuk itu Dessy menyebut, ini memerlukan pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan.
"Pembinaan pemain di daerah itu selalu dimulai dari akar rumput. Untuk meningkatkan kualitasnya makan memerlukan kompetisi. Dan kompetisi tidak harus inisiasinya dari Asprov saja, bisa bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu. Misal banyak saat ini, ada Liga Top Skor, Liga Anak Nusantara dan lainnya. Kami juga akan mendorong pihak-pihak tertentu itu untuk bekerja sama dengan tujuan pembinaan pemain usia dini. Harapannya tentu bukan hanya orientasi bisnis saja, tapi pengembangan pemain usia mudanya juga jalan," beber dia.
Saat ini menurut Dessy, kuantitas pemain muda di DIY sangat banyak, hanya saja pemain-pemain yang terintegrasi dengan SSB atau akademi masih sedikit.
Hal inilah yang membuat bibit-bibit pemain tersebut tidak tereksplor hingga tidak muncul ke permukaan.
Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas kompetisi di DIY adalah langkah nyata untuk melahirkan pemain-pemain yang bisa bersaing di ajang internasional maupun nasional.
"Talent scouting itu akan sangat baik dilakukan di kompetisi, bukan seleksi. Mungkin dari Porda atau kompetisi lain. Misal pada usia 20 di kompetisi Soeratin itu tidak ada, maka kami harus buat kompetisi untuk mereka, kita rujukannya ke sana, jangan sampai pembinaan ini terputus," tukasnya.
Dessy melanjutkan, selain fokus pembinaan pemain, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) akan menjadi salah satu yang digarap ika dirinya terpilih sebagai Ketua Umum untuk periode mendatang.
Menurutnya untuk meningkatkan mutu sepak bola DIY maupun Indonesia tidak hanya berbicara pemain dan pelatih, ada juga wasit, dokter tim, fisioterapi, hingga panitia pelaksana.
"Yang terpenting di Yogyakarta ini pengembangan SDM dulu, manakala bisa ditingkatkan insyaallah akan baik. Di sepak bola tidak hanya pemain dan pelatih saja," tandas dia.