Berita Bengkulu

Ribuan Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan, Pengendara Motor Harus Waspadai Blind Spot Kendaraan Besar

Ribuan Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan, PO. SAN Tekankan Bahaya Blind Spot dan Jarak Aman

|
Penulis: Beta Misutra | Editor: Ricky Jenihansen
Beta Misutra/TribunBengkulu.com
KAMPANYE KESELAMATAN TRANSPORTASI - Seminar dan kampanye keselamatan lalu lintas, yang berlangsung di pool pusat PO. SAN Bengkulu pada Selasa (18/11/2l2025). Banyak kecelakaan terjadi karena faktor kelalaian pengendara, terutama pengemudi kendaraan kecil seperti sepeda motor yang tidak memahami risiko jarak aman dan titik buta atau blind spot kendaraan besar. 

Ringkasan Berita:
  1. Korlantas Polri mencatat 70.749 kecelakaan dan 11.262 kematian pada Januari–Juni 2025.
  2. Meski turun 2,6 persen dari 2024, jumlah korban tetap dinilai mengkhawatirkan.
  3. Kampanye keselamatan jalan digelar di Bengkulu untuk memperkuat edukasi publik.

 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Beta Misutra

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU –Berdasarkan data terbaru Korlantas Polri mencatat 70.749 kejadian kecelakaan terjadi sepanjang Januari hingga Juni 2025. 

Dari angka tersebut, 11.262 orang meninggal dunia, menjadikan keselamatan lalu lintas sebagai isu yang mendesak untuk ditangani secara komprehensif. 

Meski jumlah kasus mengalami penurunan 2,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024, kondisi ini tetap menggambarkan bahwa ribuan nyawa masih melayang sia-sia setiap tahunnya.

Hal itu terungkap saat PT SAN Putra Sejahtera selaku pemilik Perusahaan Otobus Siliwangi Antar Nusa (PO. SAN) menggelar seminar dan kampanye keselamatan lalu lintas, yang berlangsung di pool pusat PO. SAN Bengkulu pada Selasa (18/11/2l2025).

Direktur Utama PT SAN Putra Sejahtera, Kurnia Lesani Adnan atau yang akrab disapa Sani, menegaskan bahwa budaya keselamatan lalu lintas adalah fondasi utama dalam menekan angka kecelakaan. 

Ia menyebut banyak kecelakaan terjadi karena faktor kelalaian pengendara, terutama pengemudi kendaraan kecil seperti sepeda motor yang tidak memahami risiko jarak aman dan titik buta atau blind spot kendaraan besar.

"Bus memiliki bodi besar dan blind spot yang banyak. Jika ada pengendara berhenti mendadak di depan bus, risikonya sangat tinggi. Jarak pengereman bus minimal 5–10 meter, kalau pengendara memotong tanpa jarak aman, kecelakaannya bisa fatal," ungkap Sani, Selasa (18/11/2025).

Data Korlantas Polri menunjukkan bahwa sepeda motor menjadi kendaraan yang paling banyak terlibat kecelakaan, yaitu mencapai 94.339 unit sepanjang semester pertama tahun 2025.

Salah satu perilaku berbahaya yang memicu kecelakaan adalah tidak menjaga jarak aman, memotong tanpa perhitungan, hingga melaju tanpa memperhatikan posisi blind spot dari kendaraan besar.

Menurut Sani, faktor lain yang memperburuk situasi adalah maraknya pengendara di bawah umur, baik yang menggunakan sepeda motor maupun sepeda listrik. 

Kurangnya kemampuan teknis, ketidaktahuan aturan, dan minimnya penggunaan perlengkapan keselamatan membuat kelompok usia ini sangat rentan mengalami kecelakaan.

"Ketidakpatuhan di jalan raya ini sering berujung pada kecelakaan fatal," ujar Sani.

Melalyui kampanye keselamatan ini diharapkan dapat memperkuat gerakan nasional dalam membangun budaya tertib berlalu lintas. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved