Pembunuhan di Bengkulu Tengah

Nestapa Istri Pembunuh Anak Tiri di Bengkulu Tengah, Suami Benci Anaknya, Makanan Pun Disembunyikan

Terungkap nestapa istri pembunuh anak tiri di Bengkulu Tengah saat rekonstruksi yang digelar Rabu (19/11/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.

|
Penulis: Suryadi Jaya | Editor: Ricky Jenihansen
TribunBengkulu.com/Suryadi Jaya
REKONSTRUKSI PEMBUNUHAN - Pelaku Sa saat rekonstruksi yang digelar Rabu (19/11/2025) sekitar pukul 13.30 WIB di Desa Talang Empat, Bengkulu Tengah. Istri pelaku buka suara: Suami benci anaknya, makanan pun disembunyikan. 
Ringkasan Berita:
  1. Fe (30) tewas dibacok ayah tirinya, Sa (52), di Desa Talang Empat, Bengkulu Tengah.
  2. Istri pelaku, Heri Susilawani, mengungkap suaminya lama tidak suka dengan anak tirinya dan menyembunyikan lauk.
  3. Pada pagi kejadian, Heri sempat menyiapkan pakaian dan mengajak anaknya pergi, tapi korban menolak.
  4. Pelaku masuk ke kamar korban, terjadi perkelahian fisik, dan akhirnya korban dibacok hingga tewas.
  5. Rekonstruksi memperlihatkan 28 adegan sejak pagi, mengungkap awal mula pertikaian hingga tragedi maut.

 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Suryadi Jaya

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU TENGAH – Nestapa Heri Susilawani (50), istri pembunuh anak tiri di Desa Talang Empat, Kecamatan Karang Tinggi, Kabupaten Bengkulu Tengah, terkuak saat rekonstruksi yang digelar Rabu (19/11/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.

Fe (30), anak tiri pelaku berinisial Sa (52), tewas bersimbah darah di teras rumahnya setelah dibacok ayahnya sendiri pada Rabu (5/11/2025) lalu.

Peristiwa tragis itu bahkan disaksikan langsung oleh ibu korban dan adik perempuannya, yang sempat histeris dan meminta pertolongan warga sekitar.

Dalam rekonstruksi yang digelar Satreskrim Polres Bengkulu Tengah, terungkap bahwa hubungan pelaku dengan anak tirinya sudah lama tegang.

Heri Susilawani mengungkapkan rasa nestapa yang ia rasakan selama ini.

“Suami saya itu tidak suka dengan korban, jadi jarang ngomong, bahkan makan pun korban tidak pernah ditawari. Kondisi seperti ini sudah terjadi cukup lama,” ungkap Heri dengan suara bergetar.

Ia menceritakan, pelaku sudah lama tidak mau bicara dengan anaknya.

Suaminya bahkan enggan berbagi makanan dengan korban. 

Pelaku sering menyembunyikan lauk untuk anak tirinya, menaruhnya di kamar, lemari, bahkan di bawah tempat tidur.

"Waktu saya pulang dari kebun, atau dari ngantar anak sekolah, saya lihat lauk sudah disembunyikan," katanya.

“Saya lihat beberapa kali ada lauk yang disimpan di bawah tempat tidur. Waktu saya tanya, ‘Kenapa lauk ini ada di sini?’ suami saya selalu jawab, ‘Tidak tahu mak, tidak tahu pokoknya’. Tapi saya diam saja,” lanjut Heri.

Heri sedih dengan kelakuan suaminya tersebut yang tidak mau bicara dan bahka enggan berbagi dengan korban.

"Sering saya nasehati, karena makanan hanya sebatas tenggorokan saja, kejadian ini sudah terjadi sejak seminggu terakhir sebelum kejadian," kenang Heri dengan terisak.

Pada pagi kejadian, lanjutnya, suaminya sempat marah dan menyindir anaknya ketika sedang memperbaiki mesin air.

"Waktu ketemu di sumur setelah memperbaiki mesin air itu, suami saya bilang, 'lihat dulu colokan mesin air tu, nanti dicolok sama c*kkl*wai (kata kasar) tu'," ujarnya.

"Saya langsung kaget, kok marah betul ini."

Ia lantas menyiapkan pakaian dan mengajak anaknya pergi dari rumah, berharap bisa meredam amarah suaminya.

"Makanya sayang langsung masuk ke dalam rumah, merapihkan pakaian dan mengajak anak saya pergi," lanjutnya.

Namun, Fe menolak.

“Saya sedih waktu itu. Niat saya, pakaian yang sudah dirapihkan dan dimasukkan ke dalam tas itu, untuk menggertak suami saya agar tidak marah lagi dan mau berkomunikasi dengan anak saya," kata Heri, mengenang peristiwa tragis tersebut.

"Ternyata (suaminya) malah masuk kamar dan berkelahi dengan anak saya."

Rekonstruksi memperlihatkan, Sa marah saat melihat istrinya merajuk. Ia masuk ke kamar korban dengan nada tinggi, kemudian terjadi pertikaian fisik.

Pelaku mengklaim korban sempat mengancam dan memukulnya, sebelum akhirnya ia mencabut parang dan membacok leher kiri Fe.

Korban kemudian terjatuh di teras dan meninggal dunia.

Polres Bengkulu Tengah memastikan korban telah diautopsi di RS Bhayangkara Bengkulu, sementara pelaku langsung diburu pihak kepolisian.

Kisah ini membuka sisi gelap di balik tragedi keluarga, memperlihatkan betapa dendam dan kebencian yang terpendam bisa berakhir dengan nestapa yang tak terbayangkan bagi seluruh anggota keluarga.

Baca juga: Rekonstruksi 28 Adegan Pembunuhan Anak Tiri di Bengkulu Tengah, Banyak Keterangan Pelaku Janggal

AYAH TIRI - Kolase foto korban tewas (kiri) dan penangkapan pelaku Sa (kanan). Sang ayah tiri tega menghabisi nyawa anak tirinya sendiri.
AYAH TIRI - Kolase foto korban tewas (kiri) dan penangkapan pelaku Sa (kanan). Sang ayah tiri tega menghabisi nyawa anak tirinya sendiri. (TribunBengkulu.com/Suryadi Jaya)

Rekonstruksi Kejadian

Pada saat rekonstruksi, pelaku memeragakan 28 adegan saat kejadian sejak pagi hari, termasuk aksi pembacokan sebelum korban melarikan diri.

Istri pelaku diperagakan tengah mengantar anak sekolah dengan sepeda motor dan meminta tersangka memperbaiki mesin air di rumah.

Setelah sang istri pergi, pelaku memperbaiki mesin air.

Ketika kembali dari mengantar sekolah, istri pelaku mengecek mesin air dan bertemu suaminya di sumur.

Di sini, pelaku sempat melontarkan umpatan kasar terkait korban.

Menurut Heri Susilawani (50), istri pelaku, suaminya memang sudah lama tidak suka dengan anak kandungnya (anak tiri pelaku).

Puncaknya pada hari itu, pelaku terlihat sangat kesal dan marah dengan anak tirinya, Fe.

Melihat gelagat Su tersebut, Heri lantas merajuk dan berniat ingin pergi dari rumah bersama anaknya.

Istri pelaku kemudian masuk ke dalam rumah dan memasukkan pakaian ke dalam tas, berniat pergi dari rumah bersama korban.

Ia sempat bertemu anak perempuannya lalu menyampaikan rencana untuk pergi ke Kabupaten Kepahiang.

Sang istri lalu masuk ke kamar korban.

Di sana ia mengajak korban ikut pergi, namun korban menolak dan memilih tetap tinggal.

Heri saat itu mengaku sedih karena anaknya, Fe, tidak mau diajak pergi dari rumah menuju Kepahiang.

Pertikaian Berujung Maut

Melihat istrinya yang merajuk dan ingin pergi dari rumah tersebut, pelaku kemudian masuk ke kamar korban sambil berkata dengan nada tinggi, “Ada apa ribut-ribut?”

Melihat suaminya marah, Heri lantas pergi keluar rumah dan meminta bantuan tetangga.

Dalam adegan yang diperagakan, pelaku mengaku bahwa korban langsung berdiri, mengancam akan membunuhnya, dan memukul bahu kirinya.

Pelaku mengklaim ia sempat menghindar dan menerima dua pukulan sambil mendengar ancaman korban sebanyak tiga kali.

Setelah itu, pelaku mencabut parang dari pinggangnya dan membacok bagian leher kiri korban.

Pelaku kemudian berlari keluar kamar menuju halaman rumah, sementara korban masih berusaha mengejar hingga akhirnya terjatuh di teras dan tidak sadarkan diri.

Banyak Kejanggalan

Namun demikian, dari rangkaian rekonstruksi tersebut, terdapat sejumlah kejanggalan dari pengakuan pelaku Su.

Kasatreskrim Polres Bengkulu Tengah, AKP Junairi, membenarkan adanya ketidaksesuaian antara pengakuan pelaku dalam pemeriksaan sebelumnya dengan adegan di rekonstruksi.

“Rekonstruksi tadi sudah cukup, tetapi ada beberapa hal yang tidak sesuai. Ini akan kita dalami kembali,” ujar Junairi.

Junairi mencontohkan beberapa perbedaan keterangan:

• Sebelumnya pelaku mengaku korban menyerang menggunakan cangkul, lalu berubah menjadi kayu, namun saat rekonstruksi diperagakan dengan tangan kosong.

• Arah pelaku melarikan diri setelah menikam korban juga berubah-ubah.

• Posisi pelaku dan korban saat penikaman tidak sesuai dengan hasil visum maupun luka yang dialami korban.

“Kemudian posisi pelaku dan korban, cara pelaku membacok, lalu arah dia kabur dari kamar kemudian keluar rumah juga berbeda. Sehingga kurang meyakinkan, tentu akan kita dalami kembali,” jelasnya.

Penyidik masih akan mengumpulkan keterangan tambahan sebelum menetapkan jadwal rekonstruksi lanjutan atau gelar perkara berikutnya.

Pelaku Sempat Merasa Was-Was

Sebelumnya, Junairi juga mengungkapkan bahwa pelaku berinisial Sa (52) sempat merasa was-was dan ketakutan beberapa hari sebelum peristiwa berdarah itu terjadi.

Menurut Junairi, pelaku bahkan selalu membawa parang ke mana pun pergi, termasuk saat tidur, karena merasa tidak aman di rumahnya sendiri.

“Dari hasil pemeriksaan, diketahui pelaku selalu membawa parang ke mana pun, bahkan saat tidur. Hal itu dilakukan karena pelaku merasa waspada terhadap korban,” ungkap AKP Junairi kepada TribunBengkulu.com, Selasa (11/11/2025).

Sebelum pembunuhan terjadi, antara pelaku dan korban memang sempat terjadi ketegangan dan keributan kecil di rumah.

Pelaku mengaku ada kesalahpahaman antara dirinya dan korban yang membuat hubungan keduanya tidak harmonis.

“Ada kesalahpahaman antara pelaku dan korban. Karena itu, pelaku membawa parang ke mana pun untuk berjaga-jaga dan merasa aman,” lanjut AKP Junairi.

Parang yang selalu dibawa itulah yang akhirnya digunakan pelaku saat insiden pembunuhan terjadi pada Rabu (5/11/2025).

Hingga kini, pihak kepolisian masih mendalami lebih jauh motif dan latar belakang hubungan antara pelaku dan korban untuk memastikan penyebab utama terjadinya tindak pidana tersebut.

“Penyelidikan masih berlanjut. Kita juga akan melakukan pendalaman lanjutan terhadap saksi dan hasil olah TKP,” tutupnya.

Perkelahian Berdarah

Sebelumnya diberitakan, ayah tiri berinisial Sa (52) di Desa Talang Empat, Kecamatan Karang Tinggi, Kabupaten Bengkulu Tengah, melakukan pembunuhan terhadap anak laki-lakinya pada Rabu (5/11/2025) sekitar pukul 08.00 WIB.

Dari data yang berhasil dihimpun, aksi pembunuhan ini terjadi di kediaman korban.

Saat itu, korban sedang berada di dalam kamar.

Korban yang berinisial Fe (30) mengalami sejumlah luka akibat perkelahian tersebut hingga darah memenuhi kamar.

Ibu dan adik perempuan korban yang melihat kejadian itu langsung histeris dan memanggil warga sekitar untuk meminta pertolongan.

Warga yang mendengar teriakan itu segera mendatangi lokasi dan melihat korban sudah terduduk lemah di teras rumah.

Mereka kemudian menghubungi pihak kepolisian untuk melakukan evakuasi.

Saat tiba di lokasi kejadian, korban telah dalam kondisi tidak bernyawa.

Kapolres Bengkulu Tengah, AKBP Totok Handoyo, melalui Kasat Reskrim AKP Junairi, membenarkan peristiwa tersebut.

"Benar, saat ini jenazah korban telah dibawa ke RS Bhayangkara Bengkulu untuk diautopsi," ujar Junairi.

Pihak kepolisian langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku yang melarikan diri.

"Sekarang kita sedang mengejar keberadaan terduga pelaku, tadi kita lihat memang korban mengalami luka di bagian pundak," sampainya.

Penangkapan Pelaku

Setelah dua hari buron, pelaku pembunuhan anak tiri di Desa Talang Empat, Kecamatan Karang Tinggi, Kabupaten Bengkulu Tengah akhirnya berhasil ditangkap. 

Pelaku berinisial Su dibekuk jajaran Polres Bengkulu Tengah dibantu warga sekitar di areal perkebunan tak jauh dari lokasi kejadian. 

Kapolres Bengkulu Tengah, AKBP Totok Handoyo, melalui Kasat Reskrim AKP Junairi, membenarkan penangkapan tersebut. 

“Benar, pelaku telah ditangkap. Saat ini sedang kita minta keterangan lebih lanjut,” ujar AKP Junairi kepada TribunBengkulu.com, Jumat (7/11/2025). 

Dari informasi yang diterima, pelaku ditemukan dalam kondisi lemah. Ia diduga kelaparan setelah dua hari melarikan diri usai menghabisi nyawa anak tirinya, Fe (30), pada Rabu pagi (5/11/2025). 

Saat ditangkap, pelaku tidak melakukan perlawanan. Petugas kemudian langsung mengamankannya untuk pemeriksaan lebih lanjut di Mapolres Bengkulu Tengah

“Pelaku ditangkap di sekitar areal perkebunan. Saat diamankan, kondisinya lemah, kemungkinan karena dua hari bersembunyi tanpa makan,” tambah AKP Junairi.

Gabung grup Facebook TribunBengkulu.com untuk informasi terkini

Sumber: Tribun Bengkulu
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved