Bayi Tewas di Rejang Lebong

Nasib Ayah Diduga Bunuh Bayi Sendiri di Rejang Lebong Bengkulu: Serahkan Diri, Takut Diamuk Warga

Ayah di Rejang Lebong menyerahkan diri usai diduga aniaya bayi 5 bulan hingga tewas, takut diamuk warga, Senin (10/11/2025)

|
TribunBengkulu.com/M Rizki Wahyudi
AYAH ANIAYA BAYI - Ayah di Rejang Lebong menyerahkan diri usai diduga aniaya bayi 5 bulan hingga tewas, takut diamuk warga, Senin (10/11/2025) 
Ringkasan Berita:
  1. Ayah berinisial Ro (40) di Rejang Lebong diduga aniaya bayi kandung hingga tewas.
  2. Ro menyerahkan diri ke Polres Rejang Lebong pada Senin (10/11/2025) karena takut diamuk warga.
  3. Korban, bayi H (5 bulan), ditemukan dengan lebam dan tangan diduga patah.
  4. Ibu korban juga mengalami kekerasan dan telah mendapat pendampingan UPTD PPA.
  5. Polisi masih menyelidiki penyebab pasti kematian bayi dan memeriksa saksi.

Laporan Wartawan TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG – Ayah di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu yang diduga menganiaya bayi sendiri usia 5 bulan hingga tewas, menyerahkan diri ke polisi karena takut diamuk warga.

Pelaku berinisial Ro (40) menyerahkan diri ke Polres Rejang Lebong pada Senin (10/11/2025) petang karena takut diamuk warga setelah kematian tragis bayi berusia lima bulan di Desa Sinar Gunung, Kecamatan Sindang Dataran, Rejang Lebong, Bengkulu.

Bayi malang berinisial H itu diduga menjadi korban penganiayaan atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri.

Kasus ini kini tengah ditangani oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Rejang Lebong.

Informasi yang diterima TribunBengkulu.com menyebutkan, sebelum insiden tragis tersebut, orang tua korban, pasangan R dan U, sempat terlibat pertengkaran hebat pada Jumat (7/11/2025).

Saat itu, sang ibu berniat meninggalkan rumah dan pulang ke kediaman orang tuanya sambil membawa dua anaknya, termasuk bayi H.

Pasangan ini diketahui memiliki tiga orang anak.

Namun di tengah perjalanan, sang ibu mengurungkan niatnya dan kembali ke rumah untuk menyerahkan bayi itu kepada suaminya.

Ia sempat berkata kepada suaminya, “uruslah anak kau.”

Tak disangka, saat itu pula sang ibu mengaku mengalami tindakan kekerasan.

Ia dipukul di bagian wajah hingga mengalami luka.

Setelah kejadian tersebut, sang ibu memutuskan pergi meninggalkan rumah dan kembali ke rumah orang tuanya.

Keesokan harinya, atau tepatnya pada Minggu (9/11/2025), bayi H dilaporkan meninggal dunia.

Tubuhnya ditemukan dalam kondisi memprihatinkan, dengan tangan diduga patah atau remuk, serta terdapat lebam di beberapa bagian tubuh.

Sebelumnya, bayi tersebut sempat mengalami demam tinggi.

Dalam keterangannya, sang ayah mengaku sempat mencengkeram tangan bayi saat rewel hingga menyebabkan patah atau remuk.

Ia kemudian mengaku panik karena demam tinggi yang dialami anaknya, lalu membawa sang bayi ke tukang urut untuk berobat.

Namun upaya tersebut tidak berhasil menyelamatkan nyawa buah hatinya.

Jenazah bayi H dimakamkan pada hari yang sama.

Kasus ini kemudian dilaporkan ke pihak kepolisian sehari setelahnya, tepatnya pada Senin (10/11/2025).

Saat ini, kepolisian tengah melakukan pendalaman dan penyelidikan untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban.

Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Rejang Lebong juga telah memberikan pendampingan kepada ibu korban yang turut menjadi korban KDRT.

Kepala UPTD PPA Rejang Lebong, Titin Verayensi, membenarkan adanya kejadian tersebut.

Ia menyebut pihaknya telah melakukan pendampingan dan berkoordinasi dengan Unit PPA Satreskrim Polres Rejang Lebong.

"Iya, diduga kasus KDRT, korbannya ibu dan anak, anaknya meninggal," kata Titin.

Kepala Desa Sinar Gunung, Firman, juga membenarkan adanya kejadian itu.

Namun hingga kini, ia mengaku belum mengetahui secara pasti motif di balik peristiwa tersebut.

"Iya ada, tapi kita kurang tahu juga untuk motifnya karena apa," singkat Firman.

Takut Diamuk Warga

Setelah sempat membuat heboh, pihak kepolisian akhirnya menahan sang ayah.

Ro ditahan setelah pihak keluarga menyerahkannya ke Polres Rejang Lebong pada Senin (10/11/2025) petang karena takut Ro diamuk warga.

Bayi berinisial H ditemukan dengan kondisi tubuh penuh lebam dan tangan diduga patah.

Kasus ini kini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Rejang Lebong.

Bayi malang tersebut diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri, Ro (40).

Kejadian itu telah dilaporkan dan kini dalam penyelidikan Unit PPA Satreskrim Polres Rejang Lebong.

Kasi Humas Polres Rejang Lebong, AKP Sinar Simanjuntak, mengatakan laporan tersebut saat ini masih ditindaklanjuti.

Dugaan kasus KDRT itu dilaporkan oleh istri terlapor, Ul (34). Hingga kini, penyebab pasti kematian bayi tersebut masih belum diketahui.

Sedangkan sang istri mengalami luka di bagian bibir akibat dipukul.

"Benar, masih proses penyelidikan oleh Unit PPA. Terkait penyebab kematian bayinya, masih belum diketahui," jelas Sinar.

Sinar menambahkan, pihak kepolisian tengah mencari saksi dan mengumpulkan bukti petunjuk lainnya.

Sementara itu, terduga pelaku KDRT telah diamankan di Polres Rejang Lebong dan kini masih menjalani pemeriksaan intensif.

"Untuk terduga pelaku atau terlapornya, sudah diamankan, diserahkan pihak keluarganya," tutup Sinar.

Sosok Pelaku

Ironisnya, Ro dikenal sebagai sosok pendiam dan baik oleh warga sekitar.

Tak pernah sekalipun warga mendengar adanya keributan atau masalah di rumah tangganya.

Karena itu, kabar bahwa ia diduga menganiaya anaknya sendiri hingga meninggal dunia benar-benar mengejutkan warga desa.

Kepala Desa Sinar Gunung, Firman, mengatakan keluarga tersebut selama ini dikenal tertutup namun hidup rukun dan tidak pernah menimbulkan masalah di lingkungan.

Bahkan, terduga pelaku merupakan orang yang selama ini baik.

“Selama ini orangnya pendiam, ramah dan terlihat baik. Tidak pernah ada masalah, jadi kami semua kaget waktu dengar kabar ini,” ungkap Firman kepada TribunBengkulu.com pada Rabu (12/11/2025).

Peristiwa itu membuat warga geger, terutama setelah beredar kabar bahwa bayi tersebut meninggal akibat dugaan KDRT.

Firman menduga, pelaku terbawa emosi sehingga tak dapat mengontrol perbuatannya.

“Kejadiannya benar-benar mengejutkan. Saat tahu bayinya meninggal, warga langsung heboh. Apalagi setelah muncul dugaan ada kekerasan,” tambahnya.

Salah satu warga yang namanya enggan disebutkan mengaku tidak pernah mendengar adanya pertengkaran dari rumah keluarga itu.

Ia baru mengetahui kejadian tersebut setelah informasi menyebar lewat media sosial dan warga lainnya.

“Kami tahunya setelah ramai dibahas di dusun, Pak. Sebelumnya tidak pernah dengar mereka ribut atau bertengkar. Selama ini suaminya kelihatan baik dan ramah,” kata sumber.

Sementara itu, pihak kepolisian masih mendalami dugaan KDRT yang menyebabkan kematian bayi tersebut.

Beberapa saksi telah dimintai keterangan untuk mengungkap kronologi pasti kejadian.

Gabung grup Facebook TribunBengkulu.com untuk informasi terkini

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved