Berita Khusus Ekonomi Bisnis

Cabai Merah Tembus Rp 100 Ribu per Kilogram, Langsung Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar di Bengkulu

Angka inflasi 0,30 persen ini jauh lebih tinggi jika dibanding November 2022 lalu, yang hanya sebesar 0,05 persen.

Penulis: Romi Juniandra | Editor: Yunike Karolina
Romi Juniandra/TribunBengkulu.com
Cabai merah, bersama komoditas makanan dan minuman seperti beras, cabai rawit, dan tembakau memberikan andil 0,26 persen terhadap inflasi di Bengkulu. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Romi Juniandra

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Badan Pusat Statistik (BPS) Bengkulu mencatat inflasi di Bengkulu pada bulan November 2023 sebesar 0,30 persen month to month (m-t-m).

Angka inflasi 0,30 persen ini jauh lebih tinggi jika dibanding November 2022 lalu, yang hanya sebesar 0,05 persen.

Cabai merah, bersama komoditas makanan dan minuman seperti beras, cabai rawit, dan tembakau memberikan andil 0,26 persen terhadap inflasi di Bengkulu.

"Ini bobotnya cukup besar, terhadap gejolak inflasi yang ada," kata Kepala BPS Bengkulu, Win Rizal kepada TribunBengkulu.com, Jumat (1/12/2023).

Sementara, untuk inflasi tahunan (y-t-y), Bengkulu ada di angka 3,08 persen.

Untuk y-t-y ini, penyumbang inflasi juga masih disebabkan oleh beras, rokok kretek filter, cabai merah, angkutan udara, dan mobil.

BPS sendiri menilai jika inflasi di Bengkulu masih cukup moderat, jika dibandingkan beberapa daerah lain di Indonesia.

Angka inflasi sendiri ditargetkan antara 2 sampai 4 persen tahun 2023. Jika inflasi Bengkulu yang kini ada di angka 2,85 persen tahun kalender, maka inflasi bisa ditekan dibawah 3 persen.

"Angka 2 sampai 3 persen itu masih dianggap baik," ujar Win Rizal.

Sebelumnya, pantauan TribunBengkulu.com ke beberapa pedagang di Pasar Pematang Gubernur, Kota Bengkulu pada Rabu (30/11/2023), harga cabai merah bervariasi di tiap pedagang.

Namun, harga tertinggi mencapai Rp 100 ribu per kilogram. Sementara, beberapa pedagang lain ada yang menjual Rp 90 ribu, per kilogram.

Salah satu pedagang, Rendi Prayoga mengatakan kenaikan lonjakan harga ini sudah terjadi sekitar 1 atau 2 minggu belakangan.

"Sebelumnya, masih bisa dijual ke pembeli dengan harga Rp 60 ribu atau Rp 70 ribu per kilogram. Sekarang, Rp 90 ribu, beberapa pedagang lain lebih tinggi lagi," kata Rendi kepada TribunBengkulu.com.

Penyebab kenaikan sendiri tidak diketahui pedagang. Namun, biasanya karena ada kekosongan di tingkat petani, karena panen juga sedikit.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved