Santri di Kediri Tewas Dianiaya
Sosok Gus Fatihunnada Pengasuh Ponpes di Kediri, Cengengesan Antar Jasad Santri-Larang Buka Kafan
Gus Fatihunnada dinilai cengengesan padahal sedang mengantar jenazah salah satu santri dan bertemu dengan keluarga duka.
"Dia ngaku sempat mukul Bintang di bagian-bagian tubuhnya," ujar Suyanti.
Motif AF
Terungkap motif AF (16) salah satu tersangka yang mengeroyok Bintang Balqis Maulana (14) santri asal Banyuwangi hingga tewas di pesantren Al Hanifiyah Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur adalah sepupu korban.
AF dan BBM sama-sama belajar di pesantren tersebut namun beda kelas. Meski demikian keduanya tinggal di kamar yang sama.
Kuasa hukum para tersangka, Rini Puspitasari, membenarkan bahwa AF adalah sepupu korban.
AF menganiaya BBM karena jengkel dengan sikap korban yang dianggapnya susah dinasihati.
Nasihat itu terutama berkenaan dengan perilaku korban yang tidak mengikuti aktivitas pesantren.
“Mungkin karena ada ikatan keluarga akhirnya menasihati. Terutama soal shalat jamaah, tapi saat dinasihati jawabnya (korban) enggak nyambung,” ujar Rini Puspitasari saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/2/2024).
Hal lain yang membuat AF jengkel, masih kata Rini, karena korban pernah mengadukan AF ke orangtuanya. Aduan itu tentang korban yang merasa masih sakit di pesantren tetapi tetap disuruh bekerja.
Padahal yang dimaksud pelaku bekerja adalah piket membersihkan kamar seperti menyapu maupun tugas yang lainnya.
“Dia merasa korban ngadu-ngadu yang enggak benar. Katanya disuruh kerja padahal itu piket,” ujar Rini.
Saat AF mengklarifikasi korban perihal aduan itu, dia merasa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Serangkaian sikap korban itu akhirnya membuat AF hilang kesabaran dan terjadilah pemukulan.
“Akhirnya emosi. Lalu dipukul. Dipukul itu ternyata meninggal itu,” lanjut Rini.
Rini menambahkan, pelaku sendiri tidak menyangka akibat pemukulan itu korban meninggal dunia.
“Pelaku enggak sampai berpikir akibat dari perbuatannya itu si korban meninggal.” pungkasnya
Skenario AF
Skenario AF sepupu korban salah satu dari 4 tersangka penganiaya Bintang Balqis Maulana (14) santri asal Banyuwangi hingga tewas di Ponpes Kediri.
Sepupu Bintang Balqis Maulana, berinisial AF (16) tersebut ikut memukuli korban di Ponpes Al Hanifiyah Kediri.
Diketahui Bintang Balqis Maulana meninggal dunia setelah dianiaya oleh AF, dan tiga santri lain berinisial MN (18), MA (18), dan AK (17).
Ibunda Bintang Balqis Maulana, Suyanti (38) menyebut AF mengaku kepadanya, ia ikut memukuli Bintang Balqis Maulana.
AF memukul pundak, dada dan dagu remaja tersebut.
"Dia memang mengaku kepada saya malam itu. kalau dia juga yang mukuli," kata Suyanti.
Tak cuma memukul, AF juga menutupi kematian Bintang Balqis Maulana.
Bintang Balqis Maulana tewas setelah dianiaya.
AF dan ketiga pelaku lalu membawa jasad Bintang Balqis Maulana ke rumah sakit menggunakan sepeda motor.
Namun pihak rumah sakit menolak karena Bintang Balqis Maulana sudah meninggal dunia.
Setelah itu, jasad Bintang yang penuh dengan luka itu kemudian ditidurkan di kamar asrama tersangka AF selama semalam.
Pagi harinya, Kamis (22/2/2024), jenazah Bintang dimandikan.
Lalu pada Jumat (23/2/2024), jenazah Bintang dibawa ke rumahnya di Banyuwangi.
Kejatahan AF tak hanya berhenti sampai di sana.
Sesampainya di rumah keluarga Bintang, AF melarang jenazah korban dibuka dengan alasan sudah dimandikan.
Kepada keluarga Bintang, AF lalu menyebut korban meninggal dunia karena jatuh di kamar mandi.
Namun keluarga tak percaya begitu saja, pasalnya dari jasad Bintang menetes darah.
Setelah kain kafannya dibuka, keluarga terkejut melihat jasad bintang dipenuhi luka.
Awal Kecurigaan Keluarga Korban Tewas Dianiaya
Kondisi Jenazah Bintang Balqis Maulana (14) santri asal Banyuwangi yang tewas dianiaya di Pondok pesantren di Kediri, penuh luka hingga darah berceceran dari keranda.
Kakak Balqis, Mia Nur Khasanah menjelaskan, kecurigaan keluarga berawal dari adanya ceceran darah dari keranda yang dipakai untuk membawa Bintang.
Keluarga pun meminta agar kain kafan pembungkus tubuh korban dibuka.
Saat membuka kain kafan, keluarga korban terperangah. Kondisi jenazah korban penuh dengan luka dan lebam. Luka banyak terlihat di bagian wajah dan dada.
Mia menjelaskan, kondisi lain adiknya, yakni terlihat luka seperti bekas jeratan leher. Tulang hitung korban juga terlihat seperti patah.
Ada juga luka yang mirip dengan bekas sudutan rokok pada kaki korban.
"Ini pasti bukan karena jatuh, tapi dianiaya," tambahnya
Isi Chat Korban Minta Dijemput Ibu
Terungkap isi chat Bintang Balqis Maulana (14) Santri asal Banyuwangi ke ibunda sebelum tewas dianiaya di Pondok pesantren Kota Kediri.
Sebelum tewas, BBM ternyata sempat minta dijemput oleh ibunya, Suyanti (38).
Permintaan itu disampaikan korban melalui pesan lewat aplikasi WhatsApp (WA) sekira seminggu sebelum tewas.
Dalam pesan itu, korban juga mengungkapkan ketakutannya saat berada di pondok pesantren.
"Sini jemput bintang. Cepat ma ke sini. Aku takut ma, maaaa tolonggh. Sini cpettt jemput," kata korban yang disampaikan melalui tulisan pesan WA kepada ibunya, dikutip Kompas.com, Senin (26/2/2024).
Suyanti mengungkapkan, beberapa hari sebelum meninggal dunia, sang anak kerap menghubunginya.
Dalam komunikasi itu, BBM meminta untuk dijemput.
Namun, korban tak menjelaskan alasan mengapa ingin segera dijemput orang tuanya.
"Dia minta dijemput. Tak tanya alasannya kenapa, ndak disebutkan. Intinya minta dijemput gitu," ungkap Suyanti.
Bahkan, kata Suyanti, anaknya itu juga sempat melakukan panggilan video.
Menanggapi keinginan anaknya itu, Suyanti hanya meminta BBM bersabar hingga bulan Ramadhan.
Namun, BBM menolak dan tetap minta untuk dijemput.
"Sabar tunggu Ramadhan enggak bisa ta nak? Enggak, kata dia. Begitu jawabnya singkat dalam pesan WA yang saya terima," terang Suyanti.
Suyanti menjawab pesan tersebut ke sang anak demikian, karena posisi saat itu sedang berada di Bali.
Sebut Terima Laporan Terpeleset di Kamar Mandi
Pondok pesantren akui tidak tahu bahwa santri asal Banyuwangi tewas dianiaya sebut terima laporan terpeleset di kamarmandi
Pihak Ponpes Al Hanafiyah pun tidak mengetahui terkait adanya penganiayaan tersebut.
Pengasuh Ponpes Al Hanifiyah, Fatihunada mengungkapkan pihkanya hanya mengetahui bahwa penyebab tewasnya BBM lantaran jatuh terpeleset di kamar mandi.
"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi," katanya, Senin.
Sosok yang karib disapa Gus Fatih itu juga mengatakan, setelah pihaknya mengetahui ada santri yang meninggal dunia, maka langsung dibantu pengupayaan untuk memulangkan jenazah ke Banyuwangi.
"(perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lawong dari awal bilangnya terpeleset,” pungkasnya.
Motif Penganiayaan
Motif santri asal Banyuwangi dianiaya di Ponpes Kediri hingga tewas hanya perkara salah paham
Pihak kepolisian dari Satreskrim Polres Kediri Kota pun langsung melakukan pemeriksaan terhadap saksi dan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Dikutip dari Tribun Jatim, polisi telah menetapkan empat tersangka dari kasus penganiayaan ini.
Mereka adalah kakak kelas korban berinisial MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar, dan AK (17) asal Surabaya.
"Minggu malam kami telah mengamankan 4 orang dan kita tetapkan sebagai tersangka dan kita lakukan penahanan untuk proses penyidikan lebih lanjut," ujar Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji kepada wartawan, Senin (26/2/2024).
Bramastyo menyebut motif para tersangka menganiaya korban lantaran kesalahpahaman.
Namun, sambungnya, penyidik masih tetap melakukan penyidikan.
Lalu, terkait adanya luka sundutan rokok di tubuh BBM, Bramastyo juga mengatakan penyidik masih terus melakukan pendalaman.
"Kita juga masih dalam keterangan saksi-saksi, termasuk saksi dokter yang menerima jenazah di Banyuwangi," katanya dikutip dari Kompas.com.
Pesan Pilu Bintang ke Sang Ibu Sebelum Tewas
Pesan pilu Santri asal Banyuwangi ke ibunda sebelum wewas dianiaya di Pondok pesantren Kota Kediri.
Menurut Suyanti, Bintang menyampaikan keinginan lewat pesan WA untuk pulang ke Banyuwangi sejak Senin (19/2/2024). Bahkan korban sempat video call.
Pesan tulisan yang disampaikan lewat WA itu pun tak banyak. Sangat singkat yang diminta anaknya itu hanya ingin dijemput dari pondok.
"Bintang ini anaknya pendiam. Yang diminta hanya dijemput," ujar Suyanti.
Menanggapi curahan hati anaknya itu, Suyanti hanya meminta Bintang bersabar hingga bulan Ramadhan. Namun sang anak menolak dan kekeuh untuk dijemput.
"Sabar tunggu ramadhan gak bisa ta nak? 'Gak, kata dia (Bintang). Begitu jawabnya singkat dalam pesan WA yang saya terima," cetus Suyanti sambil menunjukkan isi pesan WA Bintang.
Suyanti menjawab pesan tersebut ke sang anak demikian, karena posisi saat itu sedang berada di Bali. Suyanti tengah bekerja bersama kakak Bintang.
"Terus ketika mau saya jemput sehari setelahnya, katanya tidak usah. Sudah enak dan nyaman begitu katanya," terang Suyanti.
Untuk menguatkan hati sang anak, Suyanti meminta Bintang membaca Al-Qur'an. Dia juga meminta Bintang melaporkan kepada pengasuh pondok, jika terjadi apa-apa.
"Sabar ya nak banyak baca Al-quran, kamu ini anak yang kuat. Kalau ada apa-apa lapor kepada kiai," ucap Suyanti.
Suyanti juga mentransfer sejumlah uang kepada Bintang lewat rekeningnya, untuk keperluan berobat. Karena sebelumnya sempat mengeluh sakit.
Untuk memacu semangat sang anak menuntut ilmu di pondok pesantren, Suyanti bahkan juga menjanjikan Bintang sebuah motor.
"Saya janjikan motor biar si Bintang ini semangat mondok," kata Suyanti.
Suyanti mengaku tak menyangka anak bungsunya itu pergi dengan begitu cepat. Dia bahkan tak kuasa membendung tangis saat anaknya itu pulang dalam kondisi mengenaskan.
Pihak keluarga menduga, Bintang meninggal dunia karena dianiaya dan karena terjatuh dari kamar mandi seperti yang disampaikan pihak pondok pesantren.
"Ada luka lebam dan sundutan rokok di sekujur tubuh, ditambah ada luka seperti jeratan di leher."
"Hidungnya juga terlihat patah. Ini sudah pasti bukan jatuh tapi dianiaya," kata Mia Nur Khasanah (22), kakak kandung korban.
4 Santri Jadi Tersangka
Kasus Bintang Balqis Maulana (14) santri Asal Banyumas tewas di Pondok Pesantren di Kediri, Jumat (23/2/2024), 4 orang ditetapkan sebagai tersangka.
Keempat santri tersebut diduga melakukan aksi pengeroyokan yang menyebabkan korban tewas.
Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengungkapkan, peristiwa penganiayaan itu terjadi di lingkungan pesantren dan dilakukan oleh empat orang santri.
"Empat orang kita tetapkan sebagai tersangka dan kita laksanakan penahanan lebih lanjut,” ujar Bramastyo di hadapan awak media, Senin (26/2/2024).
Keempat tersangka itu adalah MN (18) seorang pelajar kelas 11 asal Sidoarjo, MA (18) pelajar kelas 12 asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar, serta AK (17) asal Kota Surabaya.
Pengungkapan itu setelah ada laporan dari pihak keluarga korban ke Polsek Glenmore, Banyuwangi, pada 24 Februari, diikuti koordinasi ke Polres Kediri Kota.
Dari koordinasi itu, pihaknya lantas melakukan olah tempat kejadian perkara di Kediri dan pemeriksaan para saksi, hingga kemudian menetapkan status tersangka pada keempat orang pada 25 Februari.
Tangis Histeris Ibu Korban
Tangis histeris Suyanti melihat sang putra yang ia titipkan di pondok pesantren kawasan Kediri, Jawa Timur tewas diduga akibat dianiaya.
Anak kesayangannya, Bintang Balqis Maulana (14) dinyatakan meninggal dunia secara tiba-tiba.
Terlebih sebelumnya, Suyanti tak diberikan kabar apapun soal kondisi Bintang saat jenazah korban diantar.
Hingga pada Jumat (23/2/2024) pukul 23.00 Wib, tangis Suyanti meledak kala melihat kondisi jasad sang putra.
Pun dengan keluarga Suyanti di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur, mereka terkejut melihat kedatangan pengurus pondok pesantren yang membawa jenazah Bintang.
"Kok pulang-pulang tahunya sudah kayak gini toh pak. Pengawasannya kayak gimana," ungkap Suyanti dalam video viral yang terekam, dilansir TribunnewsBogor.com dari Instagram @memomedsos, Senin (26/2/2024).
Punya firasat buruk soal nasib sang putra, Suyanti pun kian syok saat melihat kondisi jasad Bintang.
Rupanya jenazah Bintang dipenuhi luka tak masuk akal.
Awalnya diakui Suyanti, ia sempat dilarang oleh pengurus pondok pesantren untuk melihat jenazah Bintang.
Kata pihak pengurus pesantren, jasad Bintang sudah disucikan jadi tidak diperbolehkan untuk dilihat.
Tak terima, Suyanti pun memaksa mengecek jasad sang putra.
"Keadaan anak saya itu darah udah netes-netes sampai di pintu. Katanya dibilang 'jangan dibuka, sudah disucikan, sudah dimandikan di sholatkan'," kata Suyanti dilansir dari youtube televisi Banyuwangi.
Hingga akhirnya, Suyanti pun syok saat menyaksikan sendiri kondisi jasad Bintang.
Ternyata jenazah Bintang sangat memprihatinkan.
"Saya ingin mencium anak saya, ternyata mukanya udah hancur, matanya udah bengkak, ini (leher) seperti berlubang, sekujur tubuhnya dan paha banyak sundutan rokok, tangannya lebam-lebam," ungkap Suyanti.
Terkait kondisi pilu sang putra, Suyanti pun bertanya ke pengurus pondok pesantren.
Namun saat itu sang pengurus menyebut Bintang tewas karena jatuh dari kamar mandi.
"Saya ingin mencium anak saya, ternyata mukanya udah hancur, matanya udah bengkak, ini (leher) seperti berlubang, sekujur tubuhnya dan paha banyak sundutan rokok, tangannya lebam-lebam," pungkas Suyanti.
Tidak lantas percaya, Suyanti dan keluarga pun mendesak pengurus pondok pesantren tersebut untuk jujur.
Hingga akhirnya ia pun bercerita bahwa Bintang meninggal dunia akibat dikeroyok dan dianiaya.
Minta Bantuan Hotman Paris
Atas kasus kematian sang putra, Suyanti pun memviralkannya di media sosial.
Tak cuma itu, Suyanti juga minta bantuan ke pengacara kondang Hotman Paris.
Sembari menangis, Suyanti mengurai curhatan ke Hotman Paris lewat video singkat.
"Assalamualaikum Bang Hotman Paris, saya ibunya BBM, korban pengeroyokan di pondok pesantren hingga menyebabkan meninggal dunia anak saya. Tolong bantuannya untuk diusut tuntas supaya mendapatkan keadilan anak saya," imbuh Suyanti.
Diungkap Suyanti, hingga kini pihak pondok pesantren belum ada yang menghubunginya.
Suyanti masih menunggu itikad baik dan penjelasan dari pihak pesantren untuk menjelaskan penyebab sang putra tewas mengenaskan.
"Pihak pondok tidak ada yang menghubungi saya, enggak ada kata maaf sama sekali ke saya, hanya melalui kakak saya. Tolong saya bapak Hotman Paris, tolong saya," ujar Suyanti.
Pesan dan permintaan tolong yang dilayangkan Suyanti rupanya telah didengar Hotman Paris.
Melalui unggahan terbarunya, Hotman Paris pun mengaku akan segera membantu Suyanti dan keluarga guna mengusut penyebab kematian Bintang.
"Halo Kapolres Kediri gimana ini??? Anaknya menjadi korban penganiayaan hingga meninggal, di salah satu Pondok Pesantren di Kediri. Tapi pihak Pondok Pesantren terkesan tdk peduli tdk bertanggungjawab dan tdk menghubungi ibu Korban.? Apa benar begini???" tulis Hotman Paris.
Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunTrends.com
Dapatkan informasi lainnya di GoogleNews: Tribun Bengkulu
Ikuti saluran WA TribunBengkulu.com
Santri Kediri Tewas
Santri Ponpes Kediri Tewas
Santri di Kediri Tewas Dianiaya
Santri Tewas
Viral X
berita viral
viral
viral di media sosial
| Nasib Gus Fatihunnada Pengasuh Ponpes di Kediri yang Cengengesan Antar Jasad Santri Bakal Diperiksa |
|
|---|
| Senyuman Gus Fatihunnada Pengasuh di Ponpes Kediri Saat Antar Jasad Santri, Sempat Bohongi Polisi |
|
|---|
| Kepanikan Penganiaya Santri Hingga Tewas di Ponpes Kediri, Sempat Bawa Korban ke RS Usai Dikeroyok |
|
|---|
| Tangis Kakek Santri yang Tewas Dianiaya Cucu Lainnya di Ponpes Kediri, Padahal Diminta Jaga Korban |
|
|---|
| Motif AF Sepupu Aniaya Santri di Ponpes Kediri Hingga Tewas, Gegara Jengkel Diadukan ke Orangtua |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Kolase-Gus-Fatihunnada-kiri-dan-Jenazah-Bintang-saat-Tiba-di-Rumah-Duka-Kanang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.