Judi Online di Bengkulu

Cerita Pria di Rejang Lebong Kecanduan Judi Online, Awal Coba-coba, Harta Terkuras-Niat Akhiri Hidup

Pengakuan pria di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu kecanduan judi online, bermula dari coba-coba.

Penulis: M Rizki Wahyudi | Editor: Yunike Karolina
Kolase TribunBengkulu.com
Kasi Humas Polres Rejang Lebong AKP Sinar Simanjuntak menyebut judi online sangat berbahaya dan memiliki dampak buruk. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi 

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG - Pengakuan pria di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu kecanduan judi online, bermula dari coba-coba.

Pria berusia 35 tahun inisial G ini mengaku pada awalnya bermain judi online karena penasaran melihat temannya.

Ia pun akhirnya coba-coba hingga akhirnya kecanduan. Mudahnya akses membuat akun dan berbagai permainan yang ditawarkan membuatnya kerap bermain slot.

"Awalnya coba-coba, penasaran liat teman, kayak mudah banget menangnya dan dapat uang lebih," ungkap G.

Pada awalnya ia mendapatkan keuntungan yang cukup besar.

Uang itu digunakannya untuk berfoya-foya baik membeli mobil, sepeda motor, handphone hingga mentraktir teman-temannya.

Hanya saja karena semakin lama ia bermain aktif, harta bendanya bahkan sudah habis tak bersisa dan utangnya cukup banyak. Gajinya pun bahkan sudah habis untuk membayar utang-utangnya.

"Saya pernah menang besar sekali, bahkan saya bisa beli mobil, dari situlah saya kecanduan bermain hingga habis semua," beber G.

Mudahnya akses untuk bermain judi online menjadi penyebab banyaknya yang bermain.

Juga karena bisa diakses melalui Handphone, pemain judi online tak mengenal waktu dan tempat.

Baik ketika sedang bekerja, sedang menongkrong maupun sedang berkegiatan lainnya.

Terkadang, kemenangan judi online menjadi sebuah kebanggaan dari para pemain. Meskipun kemenangan itu tak sebanding dengan uang para pemain yang habis.

Ia juga mengatakan, upaya untuk berhenti dari bermain judi online sangat susah. Apalagi ketika ia melihat pemain yang mendapatkan kemenangan besar hingga banyaknya iklan-iklan di sosial media.

"Saya kapok, saya ingin berhenti, tapi sulit sekali, perasaan kayak ingin bermain itu selalu saja muncul," lanjutnya.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved