“Siapa tahu ada yang melihat atau tahu sesuatu, jangan takut melapor. Tolong bantu kami. Kami percaya banyak orang baik yang mau membantu, demi keadilan anak kami,” pungkas Eli.
Terakhir, apa doa dan harapan Bapak/Ibu terkait kasus ini?
Mungil dan Eli, bersama keluarga besar, berharap agar Reta bisa beristirahat dengan tenang. Doa terus mereka kirimkan untuk almarhumah.
Mereka juga berharap pelaku pembunuhan segera ditangkap dan diadili seadil-adilnya.
Wawancara Tambahan
Selain itu, wartawan TribunBengkulu.com juga menanyakan sejumlah hal lain, termasuk kecurigaan keluarga.
Menurut mereka, pelaku kemungkinan besar adalah orang yang dikenal korban.
“Tidak mungkin Reta membuka pintu untuk orang asing. Bahkan terhadap saudara yang tidak terlalu dekat, dia sering enggan membukakan pintu,” ujar Eli.
Karena itu, keluarga menduga pelaku bisa saja teman atau kenalan Reta sendiri.
Namun, mereka heran penyidik belum menelusuri hal itu lebih dalam, melainkan lebih banyak memeriksa teman-teman kakaknya.
Ada pula sejumlah kejanggalan yang membuat keluarga semakin curiga.
Dari rekaman CCTV, terlihat sosok mencurigakan bolak-balik di sekitar rumah korban.
Orang itu bahkan diduga memakai celana milik kakak Reta yang hilang.
Sayangnya, rekaman tersebut buram sehingga wajah maupun nomor kendaraan tidak terlihat jelas.
Terlihat pula perbedaan celana yang dikenakan saat datang dan saat pergi.
“Iya, tapi kakaknya juga tidak kenal siapa orang itu. Rekaman CCTV ada di beberapa titik, tapi memang tidak jelas,” lanjut Eli.
Kejanggalan lain terjadi di makam Reta. Suatu ketika, seorang pria tak dikenal terlihat mondar-mandir di sekitar makam.
“Ada orang yang seperti mencari sesuatu di makam. Saat ditanya pak imam masjid, dia langsung lari. Beberapa hari kemudian, makam anak kami sempat ditemukan berlubang. Pria itu pun terlihat lagi. Itu sudah kami laporkan ke polisi, tapi belum ada kabar,” ungkap Mungil.
Selain itu, keluarga juga menemukan percakapan terakhir Reta yang dianggap janggal.
Dalam pesan singkat, Reta menulis kepada seseorang dengan kalimat, “Ado abang samo kawan-kawannyo.”
Padahal, selama ini Reta tidak pernah menyebut kakaknya dengan panggilan “abang”, melainkan selalu “kakak”.
Baca Berita TribunBengkulu.com Lainnya di Google News