Berita Kepahiang
Efek Pemasangan Stiker Keluarga Miskin! 764 Penerima Bansos di Kepahiang Diusulkan Dihapus dari DTKS
Sebanyak 764 keluarga penerima manfaat bantuan sosial (bansos) di Kepahiang, Bengkulu, kini resmi diusulkan untuk dihapus.
Penulis: Romi Juniandra | Editor: Hendrik Budiman
Ringkasan Berita:
- 764 keluarga penerima manfaat bantuan sosial (bansos) di Kepahiang, Bengkulu, kini resmi diusulkan untuk dihapus
- Helmi mengatakan pihaknya sudah menempelkan stiker keluarga miskin di 1.000 rumah penerima manfaat, di berbagai desa dan kelurahan yang ada di Kepahiang.
- Dengan penempelan 1.000 stiker ini, Helmi berencana masih akan melanjutkan program ini ke depannya.
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Romi Juniandra
TRIBUNBENGKULU.COM, KEPAHIANG - Sebanyak 764 keluarga penerima manfaat bantuan sosial (bansos) di Kepahiang, Bengkulu kini resmi diusulkan untuk dihapus dari DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial).
Kadinsos Kepahiang, Helmi Johan mengatakan berkat penempelan stiker keluarga miskin di rumah-rumah penerima manfaat, banyak yang kemudian mengundurkan diri.
Semua yang mundur ini dikatakan sudah cukup mampu dan tidak layak lagi untuk mendapatkan bansos dari pemerintah.
"Dan kita usulkan penghapusan ke Kemensos RI, karena hanya Kemensos yang bisa menghapus," ujar Helmi kepada TribunBengkulu.com, Kamis (20/11/2025) pukul 16.29 WIB sore.
Sejauh ini, Helmi mengatakan pihaknya sudah menempelkan stiker keluarga miskin di 1.000 rumah penerima manfaat, di berbagai desa dan kelurahan yang ada di Kepahiang.
Penempelan stiker ini juga tidak mudah, karena rumah penerima manfaat terkada berada jauh dari jalan utama.
Baca juga: Dipasangi Stiker Keluarga Miskin, Ratusan Penerima Bansos di Kepahiang Langsung Mundur Ketahuan Kaya
"Kami dan tim kadang harus berjalan 700 meter, ke rumah warga. Jadi, prosesnya tidak mudah dan melelahkan. Tapi, ini niat baik kami, agar bansos tepat sasaran," ujarnya.
Dengan penempelan 1.000 stiker ini, Helmi berencana masih akan melanjutkan program ini ke depannya.
Namun, jika anggaran di dinsos tidak mencukupi, dia meminta pihak desa dan kelurahan juga melakukan hal yang sama, dalam bentuk lain.
"Baru 1.000 rumah yang kita tempel. Di Kepahiang, ada sekitar 20 ribu keluarga penerima bansos, dikurangi yang mengundurkan diri," ungkapnya.
Shock Therapy
Helmi Johan sebelumnya mengatakan pihaknya akan terus melakukan penempelan stiker 'Keluarga Miskin' di rumah penerima bantuan sosial (banso) di Kepahiang.
Ditegaskan Helmi, penempelan ini bertujuan untuk transparansi, memastikan bahwa hanya keluarga yang benar-benar tidak mampu yang mendapatkan bansos.
Bagi keluarga yang sudah mampu, penempelan stiker ini akan memberikan shock therapy, dan sekaligus mengedukasi mereka.
"Jadi, tidak ada lagi keluarga mampu, yang tidak layak mendapatkan bansos, masih mendapatkan bansos," kata Helmi kepada TribunBengkulu.com, Kamis (30/10/2025) pukul 15.30 WIB sore.
Penempelan stiker ini juga akan memberikan transparansi dan keterbukaan kepada masyarakat.
Masyarakat bisa melihat, dan mengawasi jika ada keluarga mampu tapi masih mendapatkan bansos, atau keluarga tidak mampu, tapi tidak mendapatkan bansos.
Saat keluarga mampu ditempelkan stiker ini, akan lebih berdampak psikologis, merasa malu sendiri, dibandingkan mereka yang tidak mampu, dan benar-benar layak mendapatkan bansos.
"Tapi, ini masih sosialisasi. Kedepannya, kita buat mana yang lebih baik," ujar Helmi.
Diberitakan sebelumnya, rumah-rumah warga penerima manfaat bantuan sosial (bansos) di Kepahiang, Bengkulu, kini ditempelkan stiker 'Keluarga Miskin'.
Stiker ini memiliki ukuran sekitar 40x50 cm, dengan tulisan 'Keluarga Miskin' dengan tulisan tebal dan besar berwarna merah.
Stiker ini ditempelkan di depan rumah penerima manfaat, di samping pintu atau di atas jendela.
Perasaan penerima manfaat sendiri beragam, namun kebanyakan mengaku menerima dan pasrah rumah mereka ditempel stiker 'Keluarga Miskin' ini.
Salah satu penerima manfaat di Kelurahan Pensiunan Kepahiang, Sri Mulyati mengaku tidak masalah jika rumahnya ditempelkan stiker ini.
Menurut Sri, dirinya hanya seorang ibu rumah tangga, janda, dan kini hidup dengan seorang anak.
Kebutuhan hidup sehari-hari dipenuhi sang anak, yang bekerja mengelola odong-odong atau wahana permainan anak-anak di Pasar Kepahiang. Penghasilan sang anak tidak menentu, dan hanya cukup untuk makan sehari-hari.
"Jadi, ibuk tidak masalah. Memang keadaan kita seperti ini. Tidak keberatan," kata Sri kepada TribunBengkulu.com, Selasa (28/10/2025) pukul 13.45 WIB siang.
Masih di kawasan Kelurahan Pensiunan, warga penerima manfaat lain, Nur Asmara juga mengatakan menerima ditempelkan stiker 'Keluarga Miskin' di dinding rumahnya.
Hanya saja, di dalam hati, Nur mengakui ada perasaan malu dan sedih. Apalagi, dirinya juga sempat jadi bahan ejekan oleh beberapa kenalan.
Akan tetapi, karena dirinya janda, dan penghasilannya berasal dari berjualan kecil-kecilan dengan pendapatan tidak menentu, Nur harus menahan rasa malu dan sedih ini.
Ditambah, ada anaknya yang masih sekolah, dan membutuhkan biaya besar, sehingga bansos dari pemerintah ini masih sangat dibutuhkan
"Banyak kawan-kawan yang mengejek, biarlah. Karena kita memang butuh, memang menerima," ujar Nur.
Berbeda dengan Sri dan Nur, salah satu penerima manfaat lain di Kelurahan Pensiunan ini mengaku tersinggung, dan merasa dipermalukan.
Warga penerima manfaat yang minta tidak disebutkan namanya ini mengatakan bahwa kebijakan penempelan stiker ini cukup baik, untuk menjaga bansos tepat sasaran.
Tapi, dia merasa tersinggung dengan tulisan 'Keluarga Miskin', dan stiker besar yang wajib ditempelkan depan rumah. Dua hal ini menurut dia sangat mempermalukan mereka.
"Kenapa tidak sekalian spanduk besar saja pasang depan rumah, agar semua orang tahu kami orang miskin," kata dia.
Warga penerima manfaat ini berharap pemerintah lebih bijak, dan membuat cara lain yang lebih efektif menjaga bansos tepat sasaran, namun tetap menjaga harga diri mereka.
"Misalnya tulisannya diperhalus, dan stikernya tidak perlu sebesar itu," ungkap dia.
Ramai-ramai Mundur
Sebelumnya diberitakan, penerima bantuan sosial (bansos) di Kepahiang, Bengkulu ramai-ramai mengundurkan diri saat akan ditempelkan stiker 'Keluarga Miskin' di depan rumah mereka.
Kadinsos Kepahiang, Helmi Johan mengatakan kejadian ini terjadi saat dirinya dan tim dari dinsos mendatangi rumah-rumah penerima bansos.
Saat akan memasang stiker, para warga penerima bansos ini kemudian memutuskan untuk mundur, dan secara otomatis akan dihapus dari data penerima manfaat bansos.
"Mereka ada yang mundur saat akan ditempeli stiker oleh kita. Ada juga yang datang langsung ke kantor, dan ada yang melalui pihak desa. Totalnya mendekati ratusan," kata Helmi kepada TribunBengkulu.com, Rabu (22/10/2025) pukul 13.57 WIB siang.
Penyebab banyaknya penerima bansos ini mundur, kata Helmi, ada berbagai faktor.
Dia tidak menampik adanya penerima bansos yang malu akibat ditempeli stiker 'Keluarga Miskin'.
Lalu, ada yang dengan kesadaran sendiri, merasa sudah mampu, dan mengundurkan diri.
"Kita hargai, mereka yang mundur. Nanti kita alihkan ke warga lain," ujar Helmi.
Kedepannya, Helmi mengatakan data penerima manfaat bansos akan terus diperbaharui tiga bukan sekali. Dengan demikian, tidak ada lagi kasus salah sasaran penerima bansos.
Diberitakan sebelumnya, salah satu penerima bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) mengundurkan diri saat akan ditempel stiker Keluarga Miskin oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kepahiang.
Dari video yang TribunBengkulu.com terima dari Kadinsos Helmi Johan, tim dari Dinsos Kepahiang dipimpin Helmi mendatangi rumah-rumah penerima bantuan untuk ditempelkan stiker ini, Senin (20/10/2025) pagi.
Di salah satu rumah penerima manfaat di Kelurahan Padang Lekat, rumah yang didatangi tampak cukup baik dan besar, dan dilengkapi garasi.
Di dalam garasi, juga tampak terparkir sebuah mobil berwarna hitam.
Kepada pemilik rumah penerima manfaat, Helmi menegaskan pihaknyan akan menempel stiker Keluarga Miskin ini di depan rumah.
Dia menegaskan stiker ini tidak boleh dicopot, ditutupi, atau dihilangkan. Jika stiker ini dicopot atau ditutup, maka pemilik manfaat dianggap mengundurkan diri.
"Kami pasang ini buk. Kalau ibuk mundur, kami tidak jadi pasang," ujar Helmi.
Pemilik rumah kemudian memutuskan mundur, dan secara otomatis dikeluarkan dari program bansos.
"Mundur bae (saja) kalau begitu," ujarnya.
Penerima Bansos Malu
Sementara itu, salah satu penerima manfaat di Kelurahan Pensiunan, Sri Mulyati, mengaku tidak masalah jika rumahnya ditempelkan stiker tersebut.
Menurut Sri, dirinya hanya seorang ibu rumah tangga, janda, dan kini hidup bersama seorang anak.
Kebutuhan hidup sehari-hari dipenuhi sang anak, yang bekerja mengelola odong-odong atau wahana permainan anak-anak di Pasar Kepahiang. Penghasilan sang anak tidak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari.
"Jadi, ibuk tidak masalah. Memang keadaan kita seperti ini. Tidak keberatan," kata Sri kepada TribunBengkulu.com, Selasa (28/10/2025) pukul 13.45 WIB.
Masih di kawasan Kelurahan Pensiunan, warga penerima manfaat lain, Nur Asmara, juga mengaku menerima stiker 'Keluarga Miskin' di dinding rumahnya.
Hanya saja, di dalam hati, Nur mengakui ada perasaan malu dan sedih. Apalagi, dirinya sempat menjadi bahan ejekan oleh beberapa kenalan.
Akan tetapi, karena dirinya janda, dan penghasilannya berasal dari berjualan kecil-kecilan dengan pendapatan tidak menentu, Nur harus menahan rasa malu dan sedih ini.
Ditambah, ada anaknya yang masih sekolah dan membutuhkan biaya besar, sehingga bansos dari pemerintah masih sangat dibutuhkan.
"Banyak kawan-kawan yang mengejek, biarlah. Karena kita memang butuh, memang menerima," ujar Nur.
Berbeda dengan Sri dan Nur, salah satu penerima manfaat lain di Kelurahan Pensiunan mengaku tersinggung dan merasa dipermalukan.
Warga penerima manfaat yang minta namanya tidak disebutkan ini mengatakan bahwa kebijakan penempelan stiker cukup baik untuk menjaga bansos tepat sasaran.
Namun, dia merasa tersinggung dengan tulisan 'Keluarga Miskin' dan stiker besar yang wajib ditempelkan di depan rumah. Dua hal ini menurut dia sangat mempermalukan mereka.
"Kenapa tidak sekalian spanduk besar saja pasang depan rumah, agar semua orang tahu kami orang miskin," kata dia.
Warga ini berharap pemerintah lebih bijak dan membuat cara lain yang lebih efektif menjaga bansos tepat sasaran, namun tetap menjaga harga diri penerima manfaat.
"Misalnya tulisannya diperhalus, dan stikernya tidak perlu sebesar itu," ungkap dia.
| Sertijab Kadis Kominfo Kepahiang, Kushadi Cahyadi Targetkan Penguatan Digitalisasi dan Keterbukaan |
|
|---|
| Butuh Uluran Tangan, Anak di Kepahiang dengan Jantung Bocor Perlu Penanganan Segera |
|
|---|
| Mutasi Eselon II Pemkab Kepahiang Bengkulu, Ini Daftar Nama 9 Kepala OPD yang Baru |
|
|---|
| TPP ASN Kepahiang Tahun 2026 Aman! Pemkab Pastikan Anggaran Tak Dipangkas |
|
|---|
| Dana Transfer Dipangkas, Revitalisasi Taman Santoso dan Pusat Kota Kepahiang Tetap Prioritas di 2026 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Penempelan-stiker-Keluarga-Miskin-di-Kepahiang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.