Pilpres 2024

Pengakuan Anies Baswedan Soal Surat yang Ditulisnya untuk AHY, Sebut Bukan untuk Dipertontonkan

Anies Baswedan ceritakan surat yang ditulisnya untuk AHY agar menjadi pasangan calon wakil presiden di Pemilu 2024.

Penulis: Yuni Astuti | Editor: Kartika Aditia
Kolase TribunBengkulu.com dan Instagram Anies baswedan
Kolas foto Anies Baswedan. Anies Baswedan Ceritakan Surat yang Ditulisnya untuk AHY : 'Itu Bukan Surat yang Dipertontonkan' 

AHY juga menyinggung Anies yang dinilai telah berkhianat.

"Pertama-tama tentu dengan memberi maaf kepada siapapun yang telah menyakiti kita, baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga kita bisa memaafkan walupun tidak begitu saja melupakan,"ucapnya.

AHY juga menyatakan jika Demokrat sudah move on dan berdamai dan akan berkoalisi dengan partai lain.

"Mari kita buka lembaran baru kedepan, kita harus segera move on, hari ini kami keluarga partai demokrat dengan berbesar hati dengan kerendahan hati menyatakan move on dan siap menyongong peluang baik di depan,"ujar AHY.

Tak hanya itu saja, AHY juga menyinggung soal surat Anies Baswedan kala itu untuk dirinya.

"Jangan terjebak pada narasi dan isu yang bisa memecah belah sesama anak bangsa," jelasnya.

terkahir AHY juga mengucapkan selamat pada Anies dan Cak Imin yang telah mendeklarasikan sebagai capares dan cawapres 2024.

"Saya mengucapkan selamat kepada bapak Anies Rasyid Baswedan dan bapak Muhaimin Iskandar yang baru saja mendeklarasikan sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 2024. Semoga Sukses,"tutupnya.

Tanggapan AHY

Merespon duet Anies Baswedan-Cak Imin, ketua Umum (Ketum) partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY sebut para Kader demokrat kecewa bukan karena Ketum tak menjadi Calon Wakil Presiden.

AHY mengatakan jika kader demokrat kecewa lantaran perjuangan partai demokrat yang dilukai oleh mereka yang tidak jujur.

Hal ini disampaikan AHY saat melakukan konferensi pers, Senin (4/9/2023).

"Saya tau para Kader Demokrat marah dan kecewa bukan karena ketumnya tidak menjadi cawapres tapi karena perjuangan demokrat telah dilukai oleh mereka yang tidak jujur serta telah melanggar komitmen dan kesepakatan," ujar Agus Harimurti Yudhoyono dilansir dari Youtube Agus Yudhoyono, Senin (4/9/2023).

Dalam pidatonya tersebut AHY juga menyinggung jika pihak partai Nasdem memutuskan memilih Cak Imin sebagai Cawapres Anies baswedan secara sepihak.

"Lebih baik bersepakat untuk tidak bersepakat daripada dipaksa menerima keputusan yang kami sendiri tidak terlibat dalam prosesnya,"ujarnya.

Sebelumnya, Demokrat mengaku kecewa dan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) setelah Nasdem dan bakal calon presiden (capres) KPP Anies Baswedan membangun kesepakatan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk memilih Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).

Kekecewaan SBY atas Pengkhianatan Anies Baswedan

Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluapkan kekecewaannya pada Anies Baswedan.

Adapun kekecewaan tersebut dituangkan dalam rapat darurat bersama jajaran MTP Demokrat di kediamannya di Cikeas, Jawa Barat, Jumat (1/9/2023).

Seperti yag diketahui, kabar Anies baswedan memilih Cak Imin untuk menjadi Cawapres sangat tidak terduga.

Bahkan, penunjukan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres disebut tanpa sepengetahuan Demokrat dan PKS selaku mitra koalisi.

Kini PKB telah menyetujui tawaran duet Anies-Cak Imin tersebut. Deklarasi Anies-Cak Imin disebut bakal dilakukan hari ini di Surabaya, Jawa Timur.

Melalui rapat darurat yang dipimpin oleh SBY, Demokrat akhirnya secara resmi mencabut dukungan kepada Anies Baswedan.

SBY menjelaskan rapat yang dipimpinya di Cikeas itu sangat penting.

Pasalnya, dirinya tidak pernah menyangka Anies akan berkhianat.

"Pertemuan Majelis Tinggi Partai ini sangat penting. Ini sebuah emergency meeting karena terjadi peristiwa yang sangat mengejutkan dan tidak pernah kita bayangkan ini akan terjadi," ujar SBY dikutip TribunBengkulu.com dari Kompas.com, Sabtu (2/9/2023)

SBY menyampaikan, Demokrat harus menyikapi dan merespons perkembangan tersebut, yakni soal Anies menunjuk Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.

Berdasarkan AD/ART partai, Majelis Tinggi Partai Demokrat berwenang menentukan Demokrat berkoalisi dengan partai mana dalam pilpres, sekaligus juga menentukan siapa capres dan cawapres yang hendak diusung.

"Oleh karena itu tepat kalau kita segera mengambil sikap dan merespons apa yang terjadi 3-4 hari lalu itu," kata dia.

Meski begitu, SBY menyebut ada beberapa hal positif yang bisa diambil dari kejadian Anies usai memilih Cak Imin sebagai Cawapres.

"Meskipun kita dibeginikan oleh capres Anies dan mitra koalisi kita, sesungguhnya kita harus bersyukur. Bersyukur kepada Allah, mengapa?" kata SBY.

Pertama, meski telah ditingkung dan ditinggalkan Anies bersama NasDem, Demokrat masih punya banyak waktu untuk memiliki koalisi di Pemilu 2024.

“Bayangkan kalau ditelikungnya kita ini ditinggalkan kita satu dua hari sebelum batas pendaftaran ke KPU. Bayangkan seperti apa? Kita masih ditolong oleh Allah, diselamatkan oleh sejarah,” tegas SBY.

Kemudian SBY merasa beruntung lantaran diberi petunjuk untk batal memilih Anies Baswedan di Pemilu 2024.

Pasalnya, cara yang dilakukan Anies Baswedan telah menunjukan jika dirinya bukan pemimpin yang patut diteladani.

"Justru kita diselamatkan oleh Tuhan apa yang saya maksudkan? Kita tidak diizinkan oleh Allah untuk mendukung seseorang bermitra dengan orang yang yang kalau kita teladani akhlak pemimpin besar bagi yang beragama islam, akhlak Rasulullah," ujarnya.

“Yang kita rasakan sekarang ini mereka tidak sidik, tidak jujur, tidak amanah. Berarti tidak bisa dipercaya dan mengingkari hal-hal yang telah disepakati. Tidak memegang komitmen dan janji-janjinya,” tambah SBY.

Ia bahkan tak bisa membayangkan jika nantinya Demokrat jadi mendukung Anies Baswedan.

Sekarang saya tidak sidik, tidak amanah, bagaimana nanti kalau jadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar? Akan diapakan?” kata SBY.

Terakhir, SBY tidak membayangkan apabila koalisi yang dilakukan bersama Anies jadi dilakukan. Menurut SBY, Anies orang yang tidak mampu menjunjung tinggi keadilan, mengingkari kesepakatan.

“Bayangkan di masa depan punya mitra koalisi yang tidak tunduk dan patuh kesepakatan yang kita buat bersama. Apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain termasuk capres, memaksakan kehendak tidak menganggap yang lain saya kira bukan itu koalisi yang hendak kita bangun,” kata SBY.

Tanggapan Anies Baswedan Usai Dituding Sebagai Pengkhianat

Menanggapi hal tersebu, Anies baswedan justru meminta para relawan dan pendukungnya untuk tetap fokus dan bersetia pada narasi perubahan.

“Kepada seluruh relawan, mari kita terus berkonsentrasi pada usaha kita untuk melakukan perubahan."

"Kita ingin Indonesia yang lebih adil, maju, dan kita harus tetap fokus di situ."

"Dinamika yang terjadi saat ini jangan sampai mengganggu konsentrasi kita,” kata Anies dalam keterangannya, dikutip dari Tribunnews.com, Sabtu (2/9/2023).

Lebih lanjut, Anies Baswedan juga memastikan akan memberikan penjelasan soal pergerakan politiknya terkait dinamika koalisi hingga keputusannya memilih Cak Imin.

Kendati demikian tak diketahui kapan penjelasan tersebut akan diungkapkannya.

“Nanti pada waktunya akan ada penjelasan lengkap (respon dinamika koalisi), sekarang kita fokus untuk melakukan perubahan,” ujarnya.

Tak hanya itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengajak relawannya untuk ikhlas.

Tidak jatuh karena cacian dan juga terlena karena pujian.

“Dan ingat kita harus ikhlas, artinya dipuji tidak terbang dicaci tidak tumbang, kita jalani insya Allah ikhtiar kita akan dimudahkan jalannya,” kata Anies.

Ia juga meminta para relawan dan pendukungnya tetap solid, mengingat Pilpres 2024 semakin mendekat."

“Jaga semangat, terus solid (untuk semua khususnya relawan),” tutupnya.

Alasan Cak Imin Jadi Cawapres Anies Baswedan

Terpilihnya Cak Imin sebagai pasangan Anies Baswedan disebut menimbulkan guncangan politik terhadap peta koalisi Pemilu 2024 yang ada sejauh ini.

Adapun guncangan politik tersebut dirasakan blok-blok koalisi seperti Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) pengusung Anies dan Koalisi Indonesia Maju (KIM) pengusung Prabowo Subianto.

Bahkan saat ini Demokrat resmi mencabut dukungan untuk Anies Baswedan dan keluar dari koalisi perubahan.

Demokrat merasa dikhianati lantaran memilih Cak imin hanya dengan keputusan sepihak.

Apalagi menurut versi Demokrat Anies telah mengutarakan niatnya menjadikan AHY sebagai cawapresnya.

Namun secara mengejutkan Anies Baswedan berubah haluan dengan menggandeng Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2024.

Padahal, elektabilitas Cak Imin, demikian sapaan akrab Muhaimin, berada di papan bawah.

Sementara, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sempat disebut-sebut jadi kandidat cawapres terkuat Anies, elektabilitasnya justru melampaui Muhaimin.

Melansir dari Kompas.com, Survei Litbang Kompas periode 27 Juli-7 Agustus 2023, misalnya, merekam elektabilitas Cak Imin sebesar 0,4 persen.

Sedangkan angka elektoral AHY sebesar 5,1 persen.

Lalu, survei Indikator Politik Indonesia periode 20-24 Juni 2023 memperlihatkan, elektabilitas Muhaimin hanya 0,8 persen, terpaut jauh dari AHY yang tingkat keterpilihannya mencapai 11,4 persen.

Lalu apa alasan Anies Baswedan memilih Cak Imin daripada AHY?

Direktur Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi, menduga jika penunjukan Muhaimin sebagai pendamping Anies tak lepas dari besarnya suara PKB.

Berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas, PKB mengantongi elektabilitas 7,6 persen.

Angka tersebut menempatkan PKB di urutan ketiga partai dengan elektabilitas terbesar setelah PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, melampaui Partai Golkar dan Partai Demokrat.

Selain itu, pemilih PKB mayoritas datang dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang tersebar di Jawa Timur, wilayah yang belum dikuasai oleh Anies.

Oleh sebab itu, Ari menduga dengan menggandeng Muhaimin, Anies berharap mampu menambal suaranya yang lemah di wilayah tersebut.

“Saya menganggap langkah Nasdem menggaet Cak Imin sebagai pendamping Anies tidak terlepas dari potensi suara tapal kuda di Jawa Timur dan basis-basis PKB di mana pun berada,” kata Ari kepada Kompas.com.

Tak hanya itu, Ari menduga, Nasdem memanfaatkan situasi politik terkini, di mana Muhaimin dan PKB merasa terancam karena Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) merapatkan barisan ke koalisi pendukung Prabowo Subianto.

Pasalnya, dengan bergabungnya Golkar dan PAN, peluang Cak Imin menjadi cawapres Prabowo semakin kecil.

Hal itu karena Cak Imin harus bersaing dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang disodorkan oleh PAN.

“Saya anggap sebagai spekulatif politik, Nasdem memanfaatkan betul suasana kebatinan Cak Imim dan PKB yang merasa terbuang usai Golkar dan PAN merapat serta menguatnya nama Erick Thohir sebagai cawapresnya Prabowo,” ujar pengajar Universitas Indonesia tersebut.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam.

Dengan menggandeng Muhaimin, Anies disebut hendak menghapus citra politik identitas yang melekat di dirinya.

Sayangnya, kata Umam, mesin politik Nahdliyin setahun terakhir kadung dioptimalkan untuk “menjual” habis Prabowo, yang mulanya berkoalisi dengan PKB, ke para kiai sepuh dan simpul-simpul pesantren.

Di bawah komando PKB dan Cak Imin, para kiai sepuh terlanjur mengarahkan dukungan buat Prabowo.

“Maka hal itu akan sangat merepotkan mesin politik PKB,” kata Umam.

Selain itu, lanjut Umam, dengan rekam jejak Anies yang dianggap mengeksploitasi politik identitas pada Pilkada DKI Jakarta 2017, sulit bagi kalangan Nahdliyin mengubah haluan dukungan.

“Artinya, langkah politik Anies agak berat untuk recover elektabilitas. Jangan sampai salah perhitungan,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.

 

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved