Awal Tahun 2025, Sudah Ada 27 Kasus DBD Ditemukan di Rejang Lebong Bengkulu

Lebih lanjut, masyarakat juga disarankan untuk tidur menggunakan kelambu atau memakai lotion anti nyamuk guna mencegah gigitan nyamuk penyebar penyakit DBD.

"Kita berupaya agar kasus DBD di tahun 2025 ini bisa ditekan semaksimal mungkin, tentu ini bisa tercapai jika ada upaya dari semua pihak," kata Titin. 

Pemberantasan DBD sering kali dihadapkan pada penggunaan fogging atau pengasapan sebagai upaya untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti.

Namun ternyata fogging bukanlah solusi yang efektif dan tidak dapat diandalkan sebagai langkah utama dalam menurunkan angka kasus DBD.

Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa yang berada di udara pada saat pengasapan dilakukan.

Sehingga tidak mengatasi penyebab utama penyakit ini yaitu adanya jentik-jentik nyamuk yang berkembang biak di tempat-tempat penampungan air.

Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di genangan air bersih, seperti di dalam bak mandi, ember, atau tempat penyimpanan air lainnya.

Fogging pun tidak dapat menjangkau area tersembunyi atau tempat-tempat yang tidak terjangkau, sehingga efektivitasnya sangat terbatas.

Selain itu, fogging yang dilakukan secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.

Penggunaan bahan kimia yang terkandung dalam fogging dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi kulit, hingga gangguan sistem kekebalan tubuh. Terutama bagi anak-anak dan orang dengan riwayat penyakit pernapasan.

"Upaya pemberantasan dengan mandiri lebih efektif dibandingkan fogging, karena memang fogging ini tidak menjadi upaya utama dalam pemberantasan DBD," ujar Titin.

Baca juga: Rejang Lebong Bengkulu Targetkan Cetak 2.000 Hektare Sawah Baru untuk Swasembada Pangan