Kisah Inspiratif Iqbal Rasyid
Kisah Inspiratif Iqbal Rasyid, Anak Kuli Bangunan Bengkulu yang Tembus Kedokteran UI
Anak kuli bangunan asal Bengkulu ini sukses tembus Fakultas Kedokteran UI berkat disiplin, doa, dan sederet prestasi gemilang.
Penulis: Beta Misutra | Editor: Ricky Jenihansen
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Beta Misutra
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Dari sebuah rumah kecil beratap seng di ujung gang sempit Kota Bengkulu, harapan tumbuh dalam diam.
Di sanalah Iqbal Rasyid Achmad Faqih dibesarkan—anak kedua dari Agus Hermanto (54), seorang kuli bangunan, dan Suhaima (52), ibu rumah tangga yang juga mengajar ngaji di sekitar rumahnya.
Tak banyak yang menyangka, dari ruang sempit penuh keterbatasan itu, seorang anak bisa melesat menembus ketatnya seleksi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)—salah satu program studi paling bergengsi di Indonesia. Tapi Iqbal membuktikannya.
Perjalanan Iqbal menjadi sorotan publik setelah video kehadiran Wakil Dekan FKUI, Dwiana Ocviyanti, di rumahnya viral di media sosial.
Bukan karena kemewahan atau perayaan yang megah, melainkan karena kesederhanaan yang memuat harapan begitu dalam.
Dalam salah satu video yang dibagikan oleh akun Facebook Imam Santoso itu, Dwiana datang langsung ke rumah Iqbal di Kelurahan Kebun Geran, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu, Selasa (17/6/2025).
Nama Iqbal sontak menjadi buah bibir. Ia bukan anak pejabat, bukan pula lahir dari keluarga akademisi.
Ia hanyalah anak seorang kuli bangunan yang berhasil meraih kursi di FKUI—impian yang bagi banyak orang terasa terlalu jauh, apalagi bagi mereka yang hidup dalam kekurangan.
Iqbal adalah alumni MAN Insan Cendekia Bengkulu Tengah, sekolah yang kerap menjadi tempat berlabuhnya anak-anak dari berbagai latar belakang, tapi dengan mimpi yang sama: melampaui batas.
Kini, masyarakat bertanya-tanya, seperti apa sosok di balik pencapaian ini?
Siapa sebenarnya Iqbal Rasyid, anak muda yang membuktikan bahwa jerih payah dan ketekunan bisa menembus batas ekonomi dan sosial?
Didikan Sederhana Orang Tua: Jangan Lupa Salat
Iqbal Rasyid Achmad Faqih adalah anak kedua dari pasangan Agus Hermanto (54) dan Suhaima (52), warga Kelurahan Kebun Geran, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu.
Sang ayah, Agus, bekerja sebagai kuli bangunan—pekerjaan yang menuntut tenaga, bukan kata-kata. Sementara sang ibu, Suhaima, menjalani peran sebagai ibu rumah tangga, sekaligus guru mengaji bagi anak-anak sekitar rumah.
Dari rumah kecil beratap seng itu, mereka membesarkan anak-anaknya dengan nilai-nilai sederhana, namun kuat.
Suhaima tak mengklaim punya metode khusus dalam mendidik anak. Tidak ada teori parenting modern, apalagi pelatihan psikologi anak.
Namun, dari keseharian yang tenang dan penuh perhatian, Iqbal tumbuh dengan rasa ingin tahu yang besar dan kecintaan terhadap belajar.
“Cara-cara khusus itu nggak juga, cuman anak ini memang daya ingin tahunya itu tinggi, dan dari kecil dia memang suka baca,” kata Suhaima, mengenang masa kecil Iqbal.
Bahkan sebelum mengenal bangku TK, Iqbal sudah bisa membaca dan melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Ia belajar dari buku-buku milik kakaknya, juga dari buku cerita bergambar yang sering dibelikan ibunya—kisah-kisah para nabi, cerita teladan dari masa silam yang menghidupkan imajinasi dan nilai moral.
Suhaima menyadari, minat baca anaknya bukan hal biasa. Maka ia biarkan Iqbal mengeksplorasi, selama itu membawa kebaikan.
Namun, bukan hanya kecerdasan akademik yang dijaga. Dalam keluarga ini, pendidikan agama menjadi landasan utama. Salat lima waktu adalah kewajiban yang tak bisa ditawar.
“Kemana pun Iqbal, saya selalu ingatkan untuk tidak pernah meninggalkan salat, termasuk saat dia di MAN IC,” ujar Suhaima. Bahkan jika Iqbal hendak menginap di rumah teman, ibunya selalu berpesan satu hal yang sama: jangan lupa salat.
Di rumah sederhana mereka, prestasi tak dibesarkan dengan pujian berlebihan. Yang dijaga adalah adab, ketekunan, dan kewajiban kepada Tuhan.
“Boleh belajar tinggi, boleh main, tapi jangan sampai lupa salat,” begitu kira-kira nilai yang selalu tertanam dalam benak Iqbal sejak kecil.

Kebiasaan Iqbal: Belajar, Salat, dan Puasa Sunnah
Iqbal bukan anak yang suka bermain ke luar rumah tanpa arah.
Sejak kecil, rumah mereka yang sederhana kerap dipenuhi teman-teman seusianya—bukan untuk bersenda gurau, melainkan untuk belajar bersama.
Suasana belajar sering kali berlangsung hingga larut malam, bahkan berlanjut dengan menginap.
"Kadang sama teman-temannya ngerjain soal sampai nginap, ganti-gantian, kadang nginap di sini di rumah Iqbal, kadang di rumah orang tuanya," cerita Suhaima.
Di mata keluarganya, Iqbal dikenal sebagai anak yang penurut. Ia tak pernah membantah ketika dinasihati, selalu pamit dengan sopan jika hendak pergi, dan tidak pernah lalai dalam urusan ibadah.
Salat lima waktu adalah rutinitas yang dijalani dengan khusyuk. Bahkan salat sunnah pun menjadi bagian dari kebiasaannya sehari-hari.
“Anaknya sopan, kalau mau ke mana-mana selalu pamit. Saya selalu ingatkan, di mana pun berada jangan lupa salat,” kata Suhaima, menegaskan nilai yang ia tanamkan sejak dini.
Sejak usia dini, rasa ingin tahu menjadi ciri khas Iqbal. Ia belum masuk sekolah, tapi sudah akrab dengan buku-buku milik kakaknya yang waktu itu duduk di bangku SMP.
Dari situlah ia mulai mengenal nama-nama negara, menghafal letaknya di peta, hingga mengetahui luas wilayah masing-masing.
“Bahkan dia belum sekolah saja sudah hafal nama negara, luas negara, termasuk peta-peta negara dari hasil baca itu. Jadi dia ini memang punya keingintahuan yang tinggi dari kecil,” kenang sang ibu.
Namun bukan hanya tekun belajar dan rajin salat, Iqbal juga memiliki kebiasaan spiritual yang tak biasa untuk anak seusianya: ia gemar bernazar.
Sejak duduk di bangku SMP, ia terbiasa membuat perjanjian dengan dirinya sendiri—jika mencapai target tertentu, ia akan membayar dengan ibadah tambahan.
Yang paling sering ia lakukan adalah puasa sunnah, terutama puasa Daud, yakni puasa selang-seling setiap hari.
Ketika ia dinyatakan lolos seleksi Fakultas Kedokteran UI, nazar kembali dijalankan.
Iqbal bertekad melaksanakan puasa Daud selama dua minggu berturut-turut sebagai bentuk rasa syukur.
"Ini Iqbal baru selesai membayar nazarnya, melaksanakan puasa Daud karena kemarin lulus UI," ujar Suhaima.
Dalam kesunyian rumah yang jauh dari hiruk-pikuk kota, dalam lorong sempit yang mungkin tak dilirik orang, Iqbal membentuk dirinya—dengan kesungguhan, kesalehan, dan kerja keras.
Tidak ada yang instan dari pencapaian ini. Yang ada hanyalah kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan dengan konsisten.
Perjuangan Iqbal: Menembus Ribuan Saingan demi Kursi di FK UI
Iqbal Rasyid Achmad Faqih tahu betul, tak ada jalan mudah menuju Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI).
Ia sadar, impian masa kecilnya itu tak cukup diraih hanya dengan mimpi dan doa—perlu usaha yang konkret dan konsisten.
Lulus lewat jalur tes, Iqbal harus bersaing dengan lebih dari 3.000 peserta lain dari seluruh Indonesia. Persaingan itu bukan hanya soal angka, tapi juga kesiapan mental dan ketahanan fisik.
Jauh sebelum hari H, Iqbal sudah mulai memetakan strategi. Ia mencari tahu berapa nilai ambang batas (passing grade) FK UI, lalu mulai menyusun materi belajar secara mandiri. Ia membeli kumpulan soal secara daring, mengikuti try out, dan rutin mengevaluasi hasilnya.
"Selain itu juga saya siapkan materi, lihat soal-soal tahun kemaren, tidak lupa shalat, berdoa, baru kemudian tes," kata Iqbal.
Bagi Iqbal, belajar adalah ikhtiar lahir. Tapi yang tak kalah penting adalah ikhtiar batin: salat dan doa menjadi bagian tak terpisahkan dari prosesnya.
Namun, pada hari ujian yang dilaksanakan di Universitas Bengkulu, Iqbal dihadapkan pada kondisi tubuh yang kurang ideal. Ia mengaku tidak sempat sarapan pagi itu, takut perutnya bermasalah di tengah ujian.
Tapi justru, rasa lapar di penghujung waktu membuat konsentrasinya goyah.
"Karena takut sakit perut makanya saya tidak sarapan, tapi saat di penghujung waktu itu saya merasa lapar sehingga membuat kurang fokus," ujarnya.
Meski sempat pesimis dengan hasilnya, Iqbal tetap melampaui nilai minimal yang disyaratkan FK UI: ia mencetak skor 757, melewati ambang 750.
Angka yang cukup untuk menempatkannya di jalur impian—meskipun ia sendiri merasa itu belum performa terbaiknya.
Di tengah keraguan itu, kabar kelulusan datang seperti embusan angin segar yang menyapu penat. Segala lelah, begadang, nazar, dan ragu akhirnya terbayar. Kursi di FK UI kini telah resmi menjadi miliknya.
Baginya, ini bukan akhir perjuangan, melainkan langkah awal menuju cita-cita yang sudah lama ia simpan dalam doa-doa kecil di rumah beratap seng itu.

Sederet Prestasi Iqbal Rasyid Achmad Faqih: Dari Gang Sempit ke Panggung Internasional
Tak berlebihan jika menyebut Iqbal Rasyid Achmad Faqih sebagai sosok yang menyalakan harapan dari lorong sempit Kota Bengkulu.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di MAN Insan Cendekia (IC) Bengkulu Tengah pada 2022, Iqbal langsung menorehkan jejak prestasi yang tak biasa bagi anak seusianya.
Tercatat, sebanyak 17 penghargaan berhasil ia raih sepanjang masa studi di madrasah unggulan itu.
Prestasi yang ia kumpulkan bukan hanya soal jumlah, tapi juga tentang jangkauan: dari level kabupaten, provinsi, regional Sumbagsel, nasional, hingga menembus ajang internasional.
Dalam bidang Fisika, Iqbal menjelma menjadi nama yang disegani.
Ia menyabet Juara 1 Lomba Cepat Tepat Fisika SMA se-Sumbagsel dalam ajang Pekan Orientasi Ilmiah Fisika (POIF) sejak tahun pertamanya di MAN IC.
Ia juga konsisten menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat kabupaten dan provinsi, bahkan sempat mewakili Provinsi Bengkulu ke tingkat nasional pada 2024.
Tak hanya monolitik dalam sains, Iqbal juga menunjukkan keluwesan berpikir dan berargumen.
Ia tercatat dua kali menjadi Juara 2 dalam Lomba Debat Bahasa Indonesia tingkat provinsi—suatu capaian yang membuktikan bahwa logika dan bahasa berjalan beriringan dalam dirinya.
Pada 2024, Iqbal mengikuti Design Thinking Workshop Samsung Solve for Tomorrow di tingkat nasional, dan menjadi peserta Learning Camp Beasiswa Perintis sebagai bagian dari persiapan menuju UTBK.
Tahun yang sama, ia mengakhiri masa sekolahnya dengan pencapaian yang monumental: meraih medali perak dalam International Science and Invention Fair (ISIF) untuk kategori pendidikan—sebuah kompetisi berbasis riset yang diikuti pelajar dari berbagai negara.
Setiap penghargaan yang disematkan pada namanya bukan semata simbol kebanggaan, melainkan hasil dari rutinitas panjang: belajar tanpa jeda, salat yang tak ditinggal, dan nazar-nazar kecil yang ia bayar lewat puasa sunah.
Semua itu berpuncak pada satu pencapaian: diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia—tempat yang selama ini hanya bisa ia bayangkan dalam doa.
Berikut daftar lengkap prestasi Iqbal berdasarkan catatan MAN IC Bengkulu Tengah:
Juara 1 LCT Fisika SMA se-Sumbagsel dalam rangka Pekan Orientasi Ilmiah Fisika (POIF) XXIV Plus tahun 2022.
Juara 1 Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Fisika tingkat Kabupaten Bengkulu Tengah tahun 2023.
Peserta Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tahun 2023.
Juara 2 Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang Fisika tingkat Kabupaten Bengkulu Tengah tahun 2023.
Peserta Program Persiapan Studi Lanjut (PPSL) S1 Program Non-Gelar Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kementerian Agama tahun 2023.
Juara 3 Bintang Fisika Raflesia dalam rangka POIF tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2023.
Juara 2 Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2024.
Juara 2 MAHONI Debat Bahasa Indonesia tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2024.
Juara 1 OSN bidang Fisika tingkat Kabupaten Bengkulu Tengah tahun 2024.
Juara 1 KSM bidang Fisika tingkat Kabupaten Bengkulu Tengah tahun 2024.
Juara 1 KSM bidang Fisika tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2024.
Peserta Design Thinking Workshop Samsung Solve for Tomorrow tingkat nasional tahun 2024.
Juara 1 Bintang Fisika Raflesia dalam rangka POIF tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2024.
Juara 1 LCT Fisika SMA se-Sumbagsel dalam rangka POIF XXIV Plus tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2024.
Peserta KSM bidang Fisika tingkat nasional tahun 2024.
Peraih medali perak International Science and Invention Fair (ISIF) Online Competition Education Category tingkat internasional tahun 2024.
Peserta Learning Camp Beasiswa Perintis Persiapan UTBK Nasional tahun 2024.
Momen Iqbal Rasyid Raih Medali Perak di Ajang Internasional
Pada November 2024, nama Iqbal Rasyid Achmad Faqih kembali mencuri perhatian. Kali ini bukan di tingkat provinsi atau nasional, melainkan dalam ajang internasional: International Science and Invention Fair (ISIF).
Bersama timnya, Iqbal berhasil meraih medali perak untuk kategori Online Competition – Education.
Mereka tak hanya membuat riset, tapi juga mengembangkan solusi nyata bagi kehidupan para petani—sektor yang kerap terabaikan dalam narasi besar kemajuan teknologi.
Proyek mereka berfokus pada edukasi petani berbasis teknologi visual.
Dengan menggunakan perangkat lunak Blender—aplikasi pemodelan dan animasi 3D yang biasanya dipakai oleh desainer profesional—mereka membuat konten interaktif yang kemudian diintegrasikan ke dalam Augmented Reality (AR).
Gagasannya sederhana namun berdampak: bagaimana teknologi bisa menjangkau petani dan mendorong mereka memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam keseharian mereka.
“Dalam artian mengedukasi para petani di Indonesia ini agar memenuhi goals-nya SDGs. Tapi dia mengenalinya lewat media AR, dan benar-benar itu dibuat pakai Blender,” kata Yudi Maulana, guru Fisika MAN IC sekaligus pembimbing olimpiade Iqbal.
ISIF bukan ajang sembarangan. Ribuan pelajar dari berbagai negara seperti Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Meksiko, dan sejumlah negara Eropa ikut bersaing dalam kompetisi ini.
Setiap tim harus melewati seleksi ketat sebelum lolos ke babak final.
Penilaian dilakukan oleh para profesor dari berbagai negara, termasuk peneliti dari BRIN, yang menjadi bagian dari tim juri.
Tahun itu, ISIF digelar secara hybrid—luring dan daring. Iqbal dan timnya mengikuti jalur daring, dari ruang sederhana di Bengkulu Tengah, namun dengan semangat dan kualitas kerja setara pelajar global.
Hasilnya membanggakan: mereka masuk 10 besar dan berhasil menyabet medali perak. Penghargaan itu diberikan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA), Departemen Aktuaria ITS, dan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.
Bagi Iqbal, ini bukan sekadar trofi tambahan. Tapi bukti bahwa anak tukang bangunan dari gang sempit di Kota Bengkulu pun bisa berdiri sejajar di panggung dunia.

Sosok Iqbal Rasyid Achmad Faqih di Mata Guru
Di mata para gurunya, Iqbal Rasyid Achmad Faqih dikenal sebagai siswa teladan yang menginspirasi di lingkungan sekolah.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Raidatul Fannyda, wali kelas Iqbal, saat diwawancarai oleh TribunBengkulu.com pada Rabu (18/6/2025).
Selama di kelas, Iqbal dikenal disiplin, tidak pernah datang terlambat, selalu hadir tepat waktu, dan aktif dalam setiap sesi pembelajaran yang diberikan oleh para guru.
Tak hanya itu, Iqbal juga kerap membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
Ia bukan hanya siswa yang cerdas, tetapi juga berperan sebagai tutor bagi teman-temannya, sering memberikan penjelasan tambahan dengan penuh kesabaran.
"Apabila ada materi pembelajaran yang tidak dipahami oleh teman-temannya, dia biasanya sangat terbuka dengan teman-temannya," ungkap Fannyda.
Fannyda juga menuturkan bahwa Iqbal memiliki metode belajar yang cukup unik di luar kelas.
Ia sering terlihat belajar sambil mendengarkan musik menggunakan headset—kebiasaan yang mungkin terdengar tidak biasa, namun ternyata efektif untuknya.
Meskipun begitu, kebiasaan tersebut hanya dilakukan di luar kelas.
Saat berada di dalam kelas, Iqbal tetap fokus dan mengikuti pelajaran sesuai aturan.
"Namun kebiasaan tersebut hanya ia lakukan saat berada di luar kelas saja, sedangkan saat sedang berada di dalam kelas dia tidak melakukan hal tersebut," jelas Fannyda.
Secara terpisah, Kepala MAN IC Bengkulu Tengah, Julita, menyatakan rasa bangganya atas keberhasilan Iqbal yang berhasil diterima di Fakultas Kedokteran UI.
Menurutnya, pencapaian tersebut bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi Iqbal, tetapi juga bagi para guru dan seluruh keluarga besar madrasah.
Iqbal sendiri mulai menempuh pendidikan di MAN IC Bengkulu Tengah sejak tahun 2022.
Sejak awal, ia telah memilih jurusan kesehatan yang sesuai dengan cita-citanya menjadi seorang dokter.
"Keputusan ini terbukti tepat, karena ia berhasil lulus dengan nilai memuaskan, yang menjadi modal penting dalam perjuangannya mengikuti tes seleksi masuk Universitas Kedokteran UI," tutup Julita.
Langkah Iqbal Setelah Dinyatakan Lulus FK UI
Setelah dinyatakan lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Iqbal Rasyid Achmad Faqih menyampaikan bahwa langkah selanjutnya yang ia lakukan adalah mempersiapkan keberangkatan dan mencari tempat tinggal untuk menetap di Jakarta.
Di sisi lain, ia juga mulai mengumpulkan materi pembelajaran serta meminta catatan dari para kakak tingkat sebagai bahan belajar awal sebelum perkuliahan dimulai.
Keberangkatan Iqbal sendiri direncanakan pada bulan Juli 2025. Meskipun belum ada tanggal pasti, kepastian keberangkatan akan dilakukan sebelum 18 Juli 2025, mengingat pada tanggal tersebut akan ada pemeriksaan kesehatan.
Iqbal mengaku, sejumlah pihak telah memberikan bantuan kepadanya dalam bentuk uang untuk mendukung biaya perjalanan ke Jakarta.
"Ada dari Wakil Dekan, dari mas Imam, dari guru, dan orang-orang baik lainnya itu kan bisa dipakai untuk keberangkatan ke Jakarta," ujar Iqbal.
Untuk tempat tinggal, pihak UI telah menyediakan asrama yang akan menjadi tempat tinggal Iqbal selama masa studi. Selain itu, UI juga memberikan bantuan biaya hidup berupa uang tunai yang bisa ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ada juga bantuan berupa dana yang diberikan oleh UI, dan mudah-mudahan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan selama di sana," ungkap Iqbal.
Kisah Inspiratif Iqbal Rasyid
Iqbal Rasyid Achmad Faqih
MAN IC Bengkulu Tengah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Bengkulu
Sosok Iqbal Rasyid di Mata Guru: Anak Kuli dari Bengkulu Tembus FK UI, Punya Kebiasaan Belajar Unik |
![]() |
---|
Momen Iqbal Rasyid Raih Medali Perak di Ajang Internasional, Anak Kuli dari Bengkulu Tembus FK UI |
![]() |
---|
Sederet Prestasi Iqbal, Anak Kuli dari Bengkulu Tembus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia |
![]() |
---|
Perjuangan Iqbal Rasyid, Anak Kuli dari Bengkulu Tembus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia |
![]() |
---|
Anak Kuli dari Bengkulu Tembus FK UI, Iqbal Rasyid Kecil di Mata Sang Ibu: Penuh Rasa Ingin Tahu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.