Berita Kepahiang

Efek Pemasangan Stiker Keluarga Miskin! 764 Penerima Bansos di Kepahiang Diusulkan Dihapus dari DTKS

Sebanyak 764 keluarga penerima manfaat bantuan sosial (bansos) di Kepahiang, Bengkulu, kini resmi diusulkan untuk dihapus.

Penulis: Romi Juniandra | Editor: Hendrik Budiman
HO Dinsos Kepahiang
STIKER KELUARGA MISKIN - Penempelan stiker 'Keluarga Miskin' di Kepahiang, Provinsi Bengkulu oleh dinsos pada Senin (20/10/2025) lalu. Kadinsos Kepahiang, Helmi Johan mengatakan ratusan penerima bansos kini mundur ramai-ramai. 

Dia tidak menampik adanya penerima bansos yang malu akibat ditempeli stiker 'Keluarga Miskin'.

Lalu, ada yang dengan kesadaran sendiri, merasa sudah mampu, dan mengundurkan diri.

"Kita hargai, mereka yang mundur. Nanti kita alihkan ke warga lain," ujar Helmi.

Kedepannya, Helmi mengatakan data penerima manfaat bansos akan terus diperbaharui tiga bukan sekali. Dengan demikian, tidak ada lagi kasus salah sasaran penerima bansos.

Diberitakan sebelumnya, salah satu penerima bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) mengundurkan diri saat akan ditempel stiker Keluarga Miskin oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kepahiang.

Dari video yang TribunBengkulu.com terima dari Kadinsos Helmi Johan, tim dari Dinsos Kepahiang dipimpin Helmi mendatangi rumah-rumah penerima bantuan untuk ditempelkan stiker ini, Senin (20/10/2025) pagi.

Di salah satu rumah penerima manfaat di Kelurahan Padang Lekat, rumah yang didatangi tampak cukup baik dan besar, dan dilengkapi garasi.

Di dalam garasi, juga tampak terparkir sebuah mobil berwarna hitam.

Kepada pemilik rumah penerima manfaat, Helmi menegaskan pihaknyan akan menempel stiker Keluarga Miskin ini di depan rumah.

Dia menegaskan stiker ini tidak boleh dicopot, ditutupi, atau dihilangkan. Jika stiker ini dicopot atau ditutup, maka pemilik manfaat dianggap mengundurkan diri.

"Kami pasang ini buk. Kalau ibuk mundur, kami tidak jadi pasang," ujar Helmi.

Pemilik rumah kemudian memutuskan mundur, dan secara otomatis dikeluarkan dari program bansos.

"Mundur bae (saja) kalau begitu," ujarnya.

Penerima Bansos Malu

Sementara itu, salah satu penerima manfaat di Kelurahan Pensiunan, Sri Mulyati, mengaku tidak masalah jika rumahnya ditempelkan stiker tersebut.

Menurut Sri, dirinya hanya seorang ibu rumah tangga, janda, dan kini hidup bersama seorang anak.

Kebutuhan hidup sehari-hari dipenuhi sang anak, yang bekerja mengelola odong-odong atau wahana permainan anak-anak di Pasar Kepahiang. Penghasilan sang anak tidak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari.

"Jadi, ibuk tidak masalah. Memang keadaan kita seperti ini. Tidak keberatan," kata Sri kepada TribunBengkulu.com, Selasa (28/10/2025) pukul 13.45 WIB.

Masih di kawasan Kelurahan Pensiunan, warga penerima manfaat lain, Nur Asmara, juga mengaku menerima stiker 'Keluarga Miskin' di dinding rumahnya.

Hanya saja, di dalam hati, Nur mengakui ada perasaan malu dan sedih. Apalagi, dirinya sempat menjadi bahan ejekan oleh beberapa kenalan.

Akan tetapi, karena dirinya janda, dan penghasilannya berasal dari berjualan kecil-kecilan dengan pendapatan tidak menentu, Nur harus menahan rasa malu dan sedih ini.

Ditambah, ada anaknya yang masih sekolah dan membutuhkan biaya besar, sehingga bansos dari pemerintah masih sangat dibutuhkan.

"Banyak kawan-kawan yang mengejek, biarlah. Karena kita memang butuh, memang menerima," ujar Nur.

Berbeda dengan Sri dan Nur, salah satu penerima manfaat lain di Kelurahan Pensiunan mengaku tersinggung dan merasa dipermalukan.

Warga penerima manfaat yang minta namanya tidak disebutkan ini mengatakan bahwa kebijakan penempelan stiker cukup baik untuk menjaga bansos tepat sasaran.

Namun, dia merasa tersinggung dengan tulisan 'Keluarga Miskin' dan stiker besar yang wajib ditempelkan di depan rumah. Dua hal ini menurut dia sangat mempermalukan mereka.

"Kenapa tidak sekalian spanduk besar saja pasang depan rumah, agar semua orang tahu kami orang miskin," kata dia.

Warga ini berharap pemerintah lebih bijak dan membuat cara lain yang lebih efektif menjaga bansos tepat sasaran, namun tetap menjaga harga diri penerima manfaat.

"Misalnya tulisannya diperhalus, dan stikernya tidak perlu sebesar itu," ungkap dia.

Sumber: Tribun Bengkulu
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved