PMI Asal Bengkulu Meninggal
Polda Kejar Pelaku Perdagangan Orang yang Menipu Adelia, PMI Bengkulu yang Meninggal di Jepang
Polda Bengkulu gencar menyelidiki kasus perdagangan orang yang menimpa Adelia Meysa, PMI asal Seluma, hingga meninggal di Jepang.
Penulis: Beta Misutra | Editor: Ricky Jenihansen
Ringkasan Berita:
- Subdit IV Renakta Polda Bengkulu menyelidiki kasus penipuan dan perdagangan manusia terhadap Adelia Meysa, PMI asal Desa Kampai, Seluma.
- Adelia dikirim ke Jepang melalui jalur ilegal oleh LPK yang tidak bertanggung jawab.
- Polisi membentuk tim khusus untuk menelusuri dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
- Kasubdit Renakta fokus mengungkap jaringan TPPO yang lebih luas dan menindak tegas semua pelaku.
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Beta Misutra
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU – Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Bengkulu terus melakukan investigasi mendalam terkait kasus penipuan yang menyebabkan seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) bernama Adelia Meysa meninggal dunia di Jepang.
Adelia, yang berasal dari Desa Kampai, Kabupaten Seluma, Bengkulu, diketahui menjadi korban perdagangan manusia oleh Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang diduga tidak bertanggung jawab.
Kabid Humas Polda Bengkulu, Kombes Pol Andy Pramudya Wardana, menyatakan pihaknya sebelumnya telah membentuk tim khusus.
Hal ini dilakukan untuk menyelidiki kasus yang diyakini masuk kategori Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), sebuah kejahatan kemanusiaan yang tidak dapat ditoleransi.
"Polda telah membentuk tim investigasi dari kepolisian dan bekerja sama dengan polres jajaran mengenai TPPO," kata Andy, Senin (17/11/2025).
Korban Adelia Meysa dikirim ke Jepang melalui proses yang tidak sah. Ia diduga direkrut oleh sebuah Lembaga Pelatihan Kerja yang tidak terdaftar dan dimanfaatkan untuk menjadi pekerja migran ilegal.
Akibat penipuan ini, Adelia terlantar di negara asing dan akhirnya meninggal dunia. Saat ini, polisi sedang berupaya mengungkap pihak-pihak yang terlibat dalam perekrutan dan pengiriman PMI ilegal tersebut.
Kasubdit Renakta, AKBP Julius Hadi, mengungkapkan pihaknya saat ini fokus menggali informasi lebih lanjut terkait jaringan TPPO yang diduga lebih luas dari kasus yang menimpa Adelia.
Penyelidikan terus berjalan untuk menemukan pelaku lain serta korban yang mungkin belum teridentifikasi.
"Saat ini, kami masih mendalami kasus ini. Kami berusaha untuk mengungkap jaringan perdagangan orang yang lebih besar dan menindak tegas semua pelaku yang terlibat," kata Julius.
Polisi juga mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam perekrutan calon pekerja migran yang berangkat ke Jepang melalui jalur ilegal.
Para korban lainnya, yang mungkin masih terlantar, sedang dicari oleh petugas.
Meninggal di Jepang
Sebelumnya diberitakan, Adellia sempat dirawat di rumah sakit akibat meningitis tuberkulosis (TB), yaitu peradangan pada selaput otak dan saraf tulang belakang yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium.
Ia dirawat sejak Jumat (31/10/2025) dan kondisinya sempat membaik sebelum kembali memburuk pada Jumat (7/11/2025).
Adellia dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (8/11/2025) pukul 14.45 waktu Jepang atau 12.45 WIB.
“Kami segenap keluarga besar Ikatan Keluarga Bengkulu di Jepang (IKBJ) turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya almarhumah. Kami sangat prihatin dengan kabar duka ini,” kata Ketua IKBJ, Andri Santoso, dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (10/11/2025).
Andri menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan keluarga di Bengkulu untuk mengatur pemulangan jenazah ke kampung halaman di Desa Kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma.
“Saat ini jenazah sudah dibawa dari Ibaraki ke persemayaman di Tokyo atas bantuan KBRI Tokyo. Tengah dilakukan penyiapan dokumen dan administrasi pemulangan,” jelas Andri.
Korban Dugaan Human Trafficking
Lebih lanjut, Andri mengungkapkan bahwa Adellia merupakan korban dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) atau human trafficking yang dilakukan oleh oknum Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
“Tujuh bulan lamanya mereka belajar bahasa Jepang di lembaga tersebut, kemudian ditawari bekerja di Jepang menggunakan visa kunjungan tiga bulan. Mereka dijanjikan akan dicarikan pekerjaan dan diganti dengan visa kerja resmi setelah tiba di Jepang,” ujar Andri.
Namun, janji itu tidak terealisasi.
Setelah masa visa habis, mereka tidak bisa mengubah status menjadi visa kerja.
“Padahal mereka sudah membayar hingga Rp70 juta lebih untuk berangkat ke Jepang, belum termasuk biaya belajar dan hidup di sana,” ucap Andri.
Karena sudah mengeluarkan banyak uang dan berada di Jepang tanpa status kerja resmi, mereka terpaksa bertahan hidup dengan bekerja secara ilegal.
“Hingga akhirnya salah satu korban, Adellia Meysa, sakit dan dirawat tanpa jaminan asuransi. Setelah berjuang melawan penyakitnya, ia meninggal dunia pada 7 November 2025,” tutur Andri.
Gubernur Turun Tangan
Gubernur Bengkulu Helmi Hasan turun tangan membantu upaya pemulangan jenazah Adellia Meysa (23), Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma, yang meninggal dunia di Kota Sakai, Prefektur Ibaraki, Jepang, Sabtu (8/11/2025).
"Kita turut berduka yang mendalam. Saya sudah dapat informasinya, dan saya sudah minta Kadisnakertrans (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) untuk koordinasi dengan pemerintah pusat. Saya juga sudah berkoordinasi dengan KBRI Jepang untuk memulangkan jenazah almarhumah anak kita," kata Gubernur Bengkulu Helmi Hasan, dikutip dari unggahan video YouTube Helmi Hasan Official pada Selasa (11/11/2025).
Menurut Helmi, upaya pemulangan jenazah saat ini sudah dikoordinasikan dan hanya tinggal menunggu proses teknis pemberangkatan dari Jepang ke Indonesia.
"Kendala yang lain, Pemprov akan bantu sampai almarhumah anak kita yang tercinta tiba di tempat pemakaman," lanjut Helmi.
Gubernur juga berjanji akan menyiapkan seluruh fasilitas yang diperlukan dalam proses pemulangan jenazah.
"Ambulans insyaallah akan disiapkan dari bandara. Malam takziahnya akan disiapkan juga, dan malam takziah ketiga Pemprov akan ambil bagian," ujar Helmi.
"Bapak dan ibu sabar, Diskertrans akan standby di situ untuk membantu kepulangan," tambahnya.
Berdasarkan informasi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Bengkulu, biaya pemulangan jenazah diperkirakan mencapai sekitar Rp80 juta.
Hingga saat ini, dana yang sudah terkumpul dari donasi baru sekitar Rp32 juta dan masih kurang Rp48 juta.
"Kurang Rp48 juta, biaya akan jadi tanggung jawab pemerintah provinsi. Jika ada apa-apa, sampaikan ke WhatsApp saya atau ke Kadisnakertrans," lanjut Helmi.
Gabung grup Facebook TribunBengkulu.com untuk informasi terkini
| Dokumen Penting dari KBRI Tokyo Diterima Disnakertrans Soal Jenazah PMI Asal Seluma |
|
|---|
| Kasus Warga Seluma Jadi Sorotan! Pemkab Bengkulu Selatan Imbau Calon TKI Gunakan Jalur Resmi |
|
|---|
| Detik-detik Jenazah PMI Asal Seluma yang Meninggal di Jepang Tiba di Bandara Fatmawati Bengkulu |
|
|---|
| PMI Asal Seluma Meninggal di Jepang, Polda Bengkulu Bentuk Tim Khusus Usut Kasus Perdagangan Orang |
|
|---|
| Pemulangan PMI asal Seluma Bengkulu yang Meninggal, Disnakertrans Tunggu Surat KBRI Tokyo |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Ditreskrimum-TPPO-17112025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.