Inflasi di Kota Bengkulu 4,43 Persen di April 2023, Kenaikan Harga Rokok Ikut Jadi Biang Kerok

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Romi Juniandra

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Kenaikan tarif cukai rokok sebesar 10 persen yang menyebabkan kenaikan harga rokok secara berkala ikut menjadi salah satu penyebab inflasi di Kota Bengkulu pada April 2023.

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Bengkulu mencatat pada April 2023, inflasi di Kota Bengkulu mencapai 4,43 persen (year on year/yoy). Ini lebih rendah dari Kota Padang, Bandar Lampung, atau Pekanbaru yang diatas 5 persen.

Secara month to month (mtm), inflasi di Kota Bengkulu mengalami penurunan dari bulan Februari 2023, yang ada di angka 5,65 persen (year on year/yoy).

Selain kenaikan harga rokok, sektor makanan dan minuman penyumbang inflasi adalah kenaikan permintaan telur dan beras menjelang idulfitri 2023.

Inflasi di Kota Bengkulu juga disumbang oleh sektor transportasi, yakni kenaikan harga BBM non-subsidi pada 1 April 2023.

Selain itu, peningkatan harga travel di momen lebaran idulfitri 2023 juga menjadi salah satu penyumbang inflasi, ditambah tren pembelian mobil jelang momen idulfitri.

"Sektor lain adalah peningkatan permintaan tukang bangunan non mandor dan semen, diprakirakan karena mulai berlanjutnya proyek pembangunan. Selain itu, saat lebaran, naiknya permintaan pembuangan sampah juga menjadi salah satu penyebab inflasi," jelas Kepala BI Provinsi Bengkulu, Darjana melalui Humas BI Bengkul, Anton Soedjarwo kepada TribunBengkulu.com, Selasa (30/5/2023).

Meski demikian, pada tahun 2023 ini, BI memperkirakan inflasi di Kota Bengkulu akan mengalami tren penurunan dibandingkan tahun 2022 lalu.

Secara yoy, inflasi di Kota Bengkulu diperkirakan ada di angka 3,00 persen hingga 4,00 persen. Angka ini juga sesuai dengan sasaran inflasi nasional, yakni lebih kurang 3,00 persen.

Beberapa faktor penahan inflasi antara lain menurunnya dampak lanjutan penyesuaian harga BBM, penguatan upaya pengendalian inflasi di daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Lalu penerapan harga acuan penjualan baru oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang diiringi dengan penguatan peran BUMD dalam intervensi harga pangan.

"Meski demikian, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pemerintah, seperti tingginya mobilisasi masyarakat karena insenfif bansos, fenomena El Nino, ketidakpastian global, dan wacana penyesuaian tarif," ungkap Anton.

Baca juga: BI Catat Ekonomi Bengkulu Tetap Positif di Triwulan I 2023, Meski Masih di bawah Rata-rata Sumatera