Berita Rejang Lebong

Total 25 Kasus Baru HIV/AIDS di Rejang Lebong Sepanjang 2023, Didominasi LSL

Para penderita HIV/AIDS masih didominasi oleh kelompok LSL atau Lelaki Seks Lelaki. Adapun untuk total ODHA yang rutin berobat berjumlah 60 pasien

Penulis: M Rizki Wahyudi | Editor: Yunike Karolina
M Rizki Wahyudi/TribunBengkulu.com
Dinkes Rejang Lebong mencatat sepanjang tahun 2023 ada 25 kasus baru HIV/AIDS yang ditemukan. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi 

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG - Di tahun 2023, Dinas Kesehatan (Dinkes) Rejang Lebong mencatat ada 25 kasus baru penyakit HIV/AIDS yang ditemukan di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

Para penderita HIV/AIDS ini masih didominasi oleh kelompok LSL atau Lelaki Seks Lelaki. Adapun untuk total Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang rutin berobat berjumlah 60 pasien.

Kepala Bidang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Dinkes Rejang Lebong Heri Wartono mengatakan total kasus HIV/AIDS di Rejang Lebong mencapai 85 orang.

Jumlah itu merupakan data gabungan dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan untuk tahun 2023 ditemukan adanya 25 pasien baru.

Pasien yang terinfeksi HIV/AIDS ini bukan hanya warga Kabupaten Rejang Lebong saja namun juga ada dari daerah lain yang memilih berobat di sini.

"Jadi memang di sini adalah lokasi berobat, mungkin beberapa pasien dari luar itu jika berobat di tempatnya ada rasa malu, jadi memilih di Rejang Lebong, maka dari itu tidak semuanya ODHA adalah warga sini," jelas Heri.

Heri mengatakan, ODHA sangat perlu didampingi dan menjalani pengobatan rutin. Hal ini bertujuan untuk menekan virusnya sehingga tidak membahayakan nyawa para pengidapnya.

sampai saat ini memang masih ditemukan kasus pasien HIV/AIDS yang meninggal. Para pasien yang meninggal itu kebanyakan terlambat berobat dan penanganan.

Padahal jika pasien itu minum obat secara teratur maka harapan hidupnya dapat lebih panjang serta tidak menularkan ke pasangan atau anaknya.

"Ini yang penting, karena mereka itu membutuhkan pendampingan dan penanganan yang cepat," lanjut Heri.

Selain itu, Heri juga mengaku bahwa masih banyak masyarakat yang merasa memiliki gejala mengarah ke HIV/AIDS namun enggan melakukan pemeriksaan.

Padahal menurutnya, hal ini sangat membahayakan karena bisa saja membuat penularan. Pihaknya terus berupaya menekan angka kasus ini dengan sosialisasi di lokasi-lokasi yang rentan penularannya.

"Terus kita upayakan agar penyakit ini bisa berkurang, juga agar yang menderita bisa diberikan pendampingan dan penanganan," kata Heri.

Kasus HIV/AIDS yang ditemukan ini didominisasi oleh LSL. Kemudian disusul oleh transgender untuk urutan selanjutannya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved