Remaja Dirudapaksa di Sulteng

Kondisi Gadis Remaja Korban Rudapaksa 11 Orang di Sulteng Terus Memburuk Hingga Harus Dirawat di RS

Kondisi Remaja Korban Rudapaksa 11 Orang di Sulteng Terus Memburuk Hingga Harus Dirawat di RS

Editor: Hendrik Budiman
Freepik/ Freepik/HO TribunBengkulu.com
Ilustrasi Remaja Dirudapaksa (kiri) dan Para Pelaku (Kanan). Kondisi kesehatan remaja 15 tahun terus memburuk setelah menjadi korban rudapaksa 11 pria di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Kondisi kesehatan remaja 15 tahun terus memburuk setelah menjadi korban rudapaksa 11 pria di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Saat ini, anak berusia 15 tahun tersebut masih dirawat intensif di salah satu rumah sakit yang berada di Kota Palu.

Menurut Salma Masri, pihak dari UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Sulteng, kondisi korban usai diperkosa sangat terguncang.

Lalu, diperparah dengan kondisi psikologis yang tertekan dan kesehatan yang memburuk.

"Korban sangat terguncang, tertekan secara psikologi dan diperparah dengan kondisi kesehatannya juga terus semakin memburuk," kata Salma, Rabu (31/05/2023).

Salma mengatakan, UPTD Perempuan dan Anak Provinsi Sulawesi Tengah memberikan pendampingan terhadap korban, baik dari sisi hukum maupun psikologis korban.

Baca juga: Sosok Oknum Kades Salah Satu Dari 11 Pelaku Rudapaksa Remaja di Sulawesi Tengah

"Selain pendampingan pada kesehatan korban kami juga fokus pada pendampingan proses hukum," ucap Salma.

Salma menambahkan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kapolres Parigi Moutong untuk mengetahui perkembangan kasus pemerkosaan tersebut.

"Apa yang ditetapkan penyidik di sana. memastikan juga pasal-pasal yang dikenakan mengakomodir kepentingan hukum atau memberikan Efek jera kepada para pelaku," ujarnya.

Sementara itu polisi masih mendalami modus pemerkosaan yang dilakukan oleh para tersangka kepada korban.

Adapun temuan terbaru disebutkan bahwa pemerkosaan yang dilakukan para tersangka itu terjadi dalam kurun waktu Mei 2022 hingga Januari 2023.

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah, Kombes Joko Wienartono, mengatakan pemerkosaaan berulang dilakukan para tersangka.

Setiap tersangka memperkosa korban lebih dari satu kali, bahkan ada yang sampai enam kali.

"Ini dari hasil keterangan mereka menyatakan hubungan badannya lebih dari sekali, ada yang 2, 4, 6 kali," tutur dia.

Sementara terkait waktu dan tempat kejadian pemerkosaan, kata Kombes Joko, juga dilakukan di TKP yang berbeda-beda.

"Bahkan salah satu pelaku pernah melakukannya di dalam mobil. Mobilnya sudah kita amankan sebagai barang bukti," kata Joko.

Anggota Brimob Belum Ditahan

Kasus rudapaksa terhadap gadis berusia 15 tahun di Kabupaten Paringi Moutong (Parimo), Sulawasi Tengah (Sulteng) masih menjadi tanda tanya.

Diketahui, gadis ABG tersebut mengaku telah dirudapaksa berkali-kali oleh 11 orang termasuk Kepala Desa, guru, hingga anggota Brimob di Parimo.

Namun, hingga saat ini oknum anggota Brimob yang diduga ikut melakukan rudapaksa terhadap remaja itu belum berstatus tersangka.

Kini, polisi menangkap 11 pelaku yang disebutkan korban.

Polisi menahan 5 tersangka yang dua diantaranya adalah guru dan kepala desa.

Baca juga: Terbongkarnya Kasus Remaja Dirudapaksa 11 Orang di Sulteng, Korban Kenal Pelaku Saat di Rumah Makan

Sedangkan 5 orang lainnya masih diproses dan 1 orang polisi akan dipanggil untuk menjalani pemeriksaan.

"Pengakuan korban, ada oknum polisi juga yang melakukan persetubuhan dengan korban. Sesegera mungkin akan kita panggil oknum polisi tersebut. Kemudian akan kita periksa sejauh mana keterlibatannya," ujar dia.

Polisi juga menyita 2 unit mobil jenis Honda Jazz dan juga Mitsubishi Triton yang digunakan pelaku melakukan persetubuhan dengan korban.

Diketahui, para tersangka yang sudah ditahan berinisial EK alias MT, ARH ( guru) , AR, AK dan HR (Kades).

Sedangkan pelaku lain yang akan dipanggil yakni AL, FL, NN, AL, AT.

Terbongkarnya Kasus

Kapolres Parigi Moutong Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Yudy Arto Wiyono, Sik, MH mengatakan, kasus persetubuhan anak di bawah umur oleh 11 orang pelaku dilakukan sejak April 2022 hingga Januari 2023.

Kepada polisi, korban mengaku mengenal para pelaku di sebuah rumah makan di Parigi tempatnya bekerja sebagai tukang masak.

Dalam melancarkan aksinya, pelaku membujuk rayu korban dengan iming-iming uang, dibelikan baju baru dan ponsel.

"Karena bujuk rayu dengan diiming-imingi uang. Dari 50 ribu hingga 500 ribu. Korban juga biasa dibelikan baju baru dan pernah dibelikan telpon selular, " ujar dia, Senin (29/5/2023).

Pelaku sebanyak 11 orang itu melakukan perbuatannya itu berulang kali dan dilakukan di tempat berbeda.

Selain di penginapan di Parigi, pelaku juga melakukan persetubuhan dengan korban di dalam mobil.

Hasil visum korban Kasus ini terbongkar saat korban mengeluhkan sakit di area kemaluannya.

Saat melapor dan dilakukan visum di RSUD Anuntaloko Parigi hasilnya ditemukan luka robekan.

Berdasarkan keterangan saksi- saksi dan hasil visum, kasus ini pun naik dari penyelidikan menjadi penyidikan.

Hotman Paris Siap Bantu Keluarga Korban

Hotman Paris ikut menyoroti kasus remaja dirudapksa 11 orang yang diduga beberapa pelakunya adalah kades, Polisi, hingga guru.

Hal itu disapaikan Hotman Paris melalui akun instagram pribadinya @hotmanparisofficial.

Dalam unggahnnya, Hotman paris menanyakan prihal kebenaran berita ramaja yang dirudapaksa oleh 11 orang tersebut.

Tak hanya itu saja, Hotman Paris juga meminta keluarga korban untuk segera menghubunginya.

"Apa benar berita ini?? Minta keluarganya hubungin hotman 911 dgn dm hotman!" tulis Hotman Paris seperti yang dikutip TribunBengkulu.com, Rabu (31/5/2023).

Dalam postingan yang sama, Hotman Paris juga menanyakan terkait kebenaran tentang oknum polisi yang menjadi pelaku namun belum ditetapkan sebagai tersangka.

"Apa benar: diduga ada juga oknum polisi yang menjadi pelaku namun belum ditetapkan menjadi TSK," lanjut Hotman Paris.

Postingan Hotman Paris tersebut lantas mendapat atensi dari warganet.

"Alhamdulillah Bang Hotman respon. Makasih bang Hotman. Kami netizen bantu bongkar nama namanya," tulis warganet.

"Iyaaa bener bang, sampe skrg pelaku masih bebas berkeliaran, sy org Parigi Moutong, NNT sy suruh keluarga nya hubungi bang @hotmanparisofficial," tulis warganet lainya.

"Pak @hotmanparisofficial tolong bntu keluarga n korban' mndptkn keadilan t.. hancur hati kami seorg wanita mndengar berita ini..seorg anak usia 16 THN telah hncur hidup ny di tangan org lain..n org tua mana yg tdx hncur hati ny mlihat anak ny mndptkn perlakuan yg sngt tdx pantas ..pecat scra tdx hormat semua para pelaku dri jabatn ny llu berikan hukumn yg setimpal untuk semua pelaku," tulis warganet lainya lagi.

Kronologi Kejadian

Peristiwa itu terjadi pada Juli 2022 saat korban mendatangi posko bencana banjir di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah untuk memberikan bantuan logistik.

Saat di posko bencana korban berkenalan dengan para pelaku.

Usai menyalurkan bantuan, korban tidak langsung pulang ke kampungnya di Poso.

Karena dijanjikan pekerjaan oleh para pelaku, korban dijanjikan bekerja di rumah makan.

Mulai saat itu, satu per satu dari 11 pelaku melakukan pemerkosaan kepada korban dengan berbagai modus.

Termasuk menawarkan korban narkoba jenis sabu dan mengancam korban dengan senjata tajam.

Cerita Pilu Ayah Korban Remaja Dirudapaksa 11 Orang, Ungkap Kades Ingin Minta Damai dan Menikahi (Kolase Ilustrasi dan Pelaku Rudapaksa)

Tak tahan dengan aksi bejat para pelaku, korban memberanikan diri untuk menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada orang tuanya di Januari 2023.

Usai mendapat laporan dari anaknya, orang tua korban melaporkan kejadian itu ke Polres Parigi Moutong.

Pemerkosaan yang dialami korban terjadi dalam kurun waktu April 2022 hingga Januari 2023 lalu.

Sebanyak 10 dari 11 pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka, 5 di antaranya ditahan di Polres Parigi Moutong. Sedangkan 5 lainnya belum dilakukan penahanan.

Sementara, satu pelaku yang merupakan anggota brimob belum ditetapkan sebagai tersangka dengan alasan polisi akan melakukan pendalaman terhadap keterlibatan anggota brimob tersebut.

Ayah Korbang ungkap Pelaku Ingin Damai

Usai peristiwa tersebut, Ayah korban yang dirudapaksa 11 orang, ZN mengaku banyak keluarga pelaku yang mendatanginya untuk berdamai.

Ia bercerita para keluarga pelaku tersebut mencoba memberikan sesuatu kepadanya sebagai tanda damai. Kendati demikian, ZN menolak hal tersebut.

"Yang ditahan ini banyak juga keluarga-keluarga pelaku yang datang sama saya di Poso, mereka minta untuk perdamaian," ujar ZN seperti yang dikutip Tribunbengkulu.com dari TribunPalu, Rabu (31/5/2023)

Menurutnya, meski dalam kondisi sulit dirinya tetap tak mau berdamai dengan orang-orang tersbut lantaran hal itu tak bisa mengobati rasa sakit hatinya.

"Ada yang mau kasih sesuatu saya tolak, saya walaupun cuman makan nasi sama garam saya tidak mau diatur damai," lanjutnya.

ZN juga menuturkan, oknum kades yang sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Polres Parimo itu meminta maaf lewat video call dan menyatakan ingin menikahi korban.

"Kepala Desa (oknum) pernah bicara sama saya melalui HP, dia bilang apakah bisa memaafkan saya, jadi saya bilang, pak kata maaf itu memang mudah tapi rasa sakit ini susah,"

"Terus kades itu bilang begini, biarlah orang semua yang berbuat nanti saya yang tanggung jawab. saya mau kawini anaknya, Tapi saya tidak mau," tambah ZN.

Zn bersikeras agar kasus trsebut bisa cepat diusut dengan tuntas hingga semua pelaku bisa ditangkap dan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan pelaku terhadap anak perempuannya.

"Saya minta humumannya seberat-beratnya apa yang anakku rasakan penderitaannya begitulah hukuman mereka, seberat-beratnya," tuturnya.

Sebelumnya, seorang remaja 15 tahun di Parimo diduga diperkosa oleh 11 orang berulang kali pada kurun April 2022 hingga Januari 2023. Akibatnya, korban kini masih mengalami trauma dan menderita sakit di bagian perut.

Namun, seorang terduga pelaku lain dari kalangan kepolisian belum ditetapkan sebagai tersangka.

Terkait oknum dari kepolisian tersebut, Kasi Humas Polres Parigi Moutong Iptu Jan Turangan mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan.

"Kita masih mencari keterangan dari saksi atau bukti lainnya untuk memperkuat dan mendukung keterangan korban," kata Jan, Sabtu (27/5/2023).


Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved