Jemaah Haji Meninggal

Sosok Basoleh Jamaah Haji Bengkulu asal Rejang Lebong yang Meninggal di Makkah, Dikenal Taat Agama

Sosok Basoleh Kenajin Nangudin, jemaah haji Bengkulu yang meninggal dunia di Makkah baru-baru ini.

Editor: Yunike Karolina
Kolase Tribun Bengkulu
Kenangan Basoleh dengan keluarga semasa hidup jelang keberangkatan menunaikan ibadah haji. Basoleh menambah daftar jemaah haji Bengkulu yang meninggal di Makkah. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi 

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG - Sosok Basoleh Kenajin Nangudin, jemaah haji Bengkulu yang meninggal dunia di Makkah baru-baru ini.

Basoleh menambah daftar jemaah haji Bengkulu yang meninggal di Makkah.

Pria asal Kabupaten Rejang Lebong meninggal dunia pada umur 78 tahun, di Rumah Sakit Al Noer Makkah Al Mukaromah pada Sabtu (22/7/2023) sekitar pukul 03.30 WIB.

Semasa hidup, almarhum merupakan pensiunan guru agama dan kerap memberikan khotbah di masjid-masjid.

Almarhum beralamat di RT 2 RW 5 Kelurahan Air Putih Baru Kecamatan Curup Selatan. Dikenal ramah, penyayang dan selalu taat beragama semasa hidupnya.

Basoleh Kenajin Nangudin meninggalkan satu orang istri, 7 orang anak dan 15 orang cucu dan 3 orang cicit.

"Bapak ini bagi saya adalah orang yang sangat baik, juga taat beragama karena latar belakangnya memang pendidikan guru agama," kata Satriawan (50), anak dari Basoleh saat diwawancara TribunBengkulu.com.

Ayah Satriawan, Basoleh lahir di Bengkulu Selatan pada 18 Agustus 1944 lalu.

Kemudian pada tahun 1967, ayahnya pindah ke Rejang Lebong agar anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang bagus.

"Karena pada tahun ini memang pendidikan yang bagus kan dicurup, jadi sama bapak kita pindah kecurup, tahun 67an," lanjut Satriawan.

Menurut Satriawan, sang ayah ini merupakan orang yang sangat agamis. Bahkan selama masa aktifnya, sang ayah bekerja sebagai guru agama di sekolah-sekolahan.

Selain itu juga sering membaca khutbah di masjid. Bahkan jika ada kegiatan keagamaan, ayahnya selalu ikut baik itu pengajian maupun dakwah.

"Bapak kebetulan minta pensiun dini, selain berkebun, kalau ada kegiatan dimasjid selalu hadir, jadi memang lebih banyak menghabiskan waktunya di masjid dan musholla," jelas Satriawan.

Basoleh semasa hidupnya juga kerap berpesan kepada anak dan cucunya untuk tidak meninggalkan salat.

Apapun kesibukannya, sholat harus tetap diutamakan karena sangat penting. Selain itu kalau ada acara kumpul keluarga, sang ayahlah yang selalu berperan menjadi imam sholat berjamaah.

"Bapak selalu berpesan jangan tinggalkan sholat, yang jelas kehilangan sosok bapak, karena jika ada masalah selalu minta pendapat dari bapak, bapak juga selalu memberikan nasihat,bapak terus menyuruh jangan lupa sholat," ujar Satriawan.

Selain itu, Basoleh diketahui berangkat haji dari hasil keringatnya sendiri baik dari hasil berkebun dan gaji saat menjadi guru agama.

Seharusnya, Basoleh berangkat pada tahun 2020 lalu namun dikarenakan adanya pandemi Covid-19 sehingga ditunda dan baru berangkat pada tahun ini.

"Harusnya berangkat tahun 2020 lalu, diundur pas covid, kalau untuk ibu memang tidak mendaftar, karena ibu sakit jadi tidak ikut, ibu waktu mendaftar bareng bapak kemarin disarankan untuk umroh saja," papar Satriawan.

Selama ibadah haji, komunikasi Basoleh dengan keluarganya terus terjalin. Yang mana mulai jarang adanya komunikasi pada 29 Juni lalu karena sakit dan harus dirawat.

Waktu itu, Basoleh sudah selesai menjalankan ibadah hajinya setelah wukuf dan rencananya akan pulang ke Rejang Lebong pada tanggal 25 Juli mendatang.

Sebelum keberangkatan sendiri, memang Basoleh diketahui mempunyai riwayat penyakit pada jantung.

Tapi sebelum keberangkatan itu, kesehatan Basoleh membaik dan sangat bersemangat waktu berangkat bahkan saat menjalankan semua ibadah hajinya.

"Setelah wukuf di Arafah bapak sakit, mungkin kecapean karena saat itu bapak sesak nafas kabarnya, untuk ibadah haji memang sudah dilakukan," sambung Satriawan.

Saat informasi terkait Basoleh sakit disampaikan ke keluarganya, setiap malam sang anak dan cucu selalu membacakan yasin.

Menurut keluarganya, isyarat bahwa sang ayah akan pergi memang ada. Di mana setiap berkomunikasi lewat Handphone, sang ayah selalu menangis.

Begitu juga sebelum keberangkatan, sang ayah menyampaikan kata sambutan yang menyinggung soal kepergian atau meninggal di Kota Mekah.

"Kalau isyarat kayaknya ya, bapak selalu menangis seakan-akan mau pergi,begitu juga saat kata sambutan, biasanya bapak tidak mau," tuturnya.

Satriawan menuturkan, hal paling berkesan dari sang ayah adalah selalu berjuang dalam mencukupi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Sang ayah sangat bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.

"Ayah selalu berjuang mencukupi kebutuhan, karena dia sangat peduli kepada pendidikan anak baik pendidikan umum maupun agama," ujar Satriawan.

Sementara itu, tetangga almarhum mengatakan memang semasa hidup dikenal ramah dan baik. Juga kerap memberikan nasihat-nasihat yang baik tentang agama.

"Orangnya baik, memang sangat agamis orangnya," kata tetangganya, Ria.
 

Baca juga: BREAKING NEWS: Jemaah Haji Bengkulu Asal Rejang Lebong Meninggal Dunia, Sempat Dirawat

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved