Ibu Anak Tewas Membusuk di Rejang Lebong

Wawancara Eksklusif Reaksi Anak Sulung Korban Pembunuhan di Rejang Lebong Usai Pelaku Divonis Mati

Wawancara Eksklusif Anak Sulung Korban Pembunuhan di Rejang Lebong Pasca Pelaku Divonis Mati.

|
Penulis: M Rizki Wahyudi | Editor: Hendrik Budiman
M Rizki Wahyudi/Tribunbengkulu.com
VONIS MATI - Foto kolase sidang vonis terhadap pelaku dan anak sulung korban, Andini saat diwawancarai TribunBengkulu.com, Kamis (30/10/2025). Pelaku pembunuhan istri siri dan anak tiri di Rejang Lebong divonis hukuman mati. 

Laporan Wartawan TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG – Tangis haru pecah di Ruang Sidang I Pengadilan Negeri (PN) Kelas IB Curup, Rejang Lebong, Bengkulu, pada Selasa (28/10/2025).

Keluarga korban menyambut bahagia vonis hukuman mati yang dijatuhkan terhadap terdakwa Gunawan (44), pelaku pembunuhan istri siri dan anak tirinya. 

Kasus ini sempat menggemparkan Rejang Lebong. Dua korban, Euis Setia (42) dan anaknya Gaidah Marwa Wijaya (14), ditemukan tewas membusuk di dalam kontrakan mereka di Kelurahan Kesambe Baru, Kecamatan Curup Timur, pada Rabu (30/4/2025) lalu.

Terkait hasil keputusan tersebut, TribunBengkulu.com berkesempatan mewawancarai langsung Andini Putri Wijaya selaku anak sulung dari korban Euis dan kakak dari Gaidah. 

Mbak Andin, bisa diceritakan bagaimana suasana di ruang sidang saat hakim membacakan vonis mati terhadap pelaku?

Andin bercerita bahwa saat sidang agenda pembacaan vonis tersebut banyak pihak keluarga yang datang langsung. Meskipun begitu, suasana tetap kondusif dan tertib. 

"Alhamdulillah meskipun senang kami tetap kondusif dan tertib,"ucap Andin. 

Apa yang pertama kali terlintas di pikiran Mbak ketika mendengar putusan itu keluar dari majelis hakim?

Andin mengatakan saat mendengar putusan itu ia langsung lega.

Karena sebelumnya, pihak keluarga sangat cemas pelaku divonis dengan hukuman yang ringan bukan seumur hidup maupun hukuman mati. 

Baca juga: Fakta-Fakta Ibu dan Anak Tiri Tewas Membusuk di Rejang Lebong, Pelaku Pembunuhan Divonis Mati 

"Sebelumnya cemas, tapi saat mendengar putusan itu kami lega,"sampai Andin. 

Tadi terlihat Mbak sempat menangis, tapi menyebut itu air mata lega. Apa yang membuat perasaan lega itu begitu kuat?

Andin mengungkapkan bahwa akhirnya pelaku bisa dihukum sesuai dengan perbuatannya. Inilah yang membuat Andin sempat menangis.

Bukan tangis kesedihan melainkan tangisan lega karena pelaku mendapatkan hukum setimpal. 

Menurutnya, perbuatan pelaku sangat keji karena telah menghilangkan dua nyawa orang yang dicintainya. Jadi hukuman mati terhadap pelaku sangat setimpal atas perbuatannya. 

"Karena pelakunya dihukum mati, dua nyawa yang dia hilangkan, cukup setimpal hukuman terhadap pelaku atas perbuatannya itu,"jelas Andin. 

Sejak awal kasus ini bergulir, bagaimana perjuangan keluarga dalam mengikuti proses hukum sampai akhirnya sampai pada tahap vonis?

Menurutnya, cukup banyak perjuangan yang dilakukan oleh pihak keluarga.

Mulai dari mendatangi kantor kepolisian, kantor kejaksaan dan selalu menghadiri saat proses persidangan berlangsung. 

Pihak keluarga bahkan terus berdoa setiap persidangan hendak dilaksanakan.

Mereka juga tak pernah lupa selalu mendatangi panti asuhan terlebih dahulu untuk memberikan bantuan sekaligus meminta doa dari anak-anak panti. 

"Kami selalu berdoa, bahkan sering mendatangi panti asuhan untuk meminta bantu doa juga, alhamdulillah vonisnya sesuai harapan kami,"tutur Andin. 

Apakah selama proses persidangan keluarga sempat merasa khawatir atau pesimis dengan kemungkinan putusan yang dijatuhkan?

Andin bercerita, pihak keluarga sempat khawatir dan pesimis dengan putusan akhir yang dijatuhkan terhadap pelaku.

Karena ia sebelumnya banyak mendengar apabila pelaku dituntut seumur hidup, biasanya hanya sekitar 15 tahun saja.

Tentu saja jika putusan tersebut benar dijatuhkan kepada pelaku, maka hukumannya tidak setimpal dengan perbuatannya. 

"Sempat khawatir, kami takut hukumannya malah hanya belasan tahun saja,"papar Andin. 

Menurut Mbak, sejauh mana vonis mati ini menjawab rasa keadilan yang selama ini keluarga cari?

Dengan mata berbinar, Andin mengatakan bahwa vonis mati ini sedikit mengobati rasa keadilan bagi korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Meskipun menurutnya, hukuman ini masih belum setimpal karena ada dua nyawa orang dicintainya yang dihilangkan oleh pelaku. Sedangkan pelaku hanya mempunyai satu nyawa saja. 

"Kalau dijawab adil masih belum, dua nyawa yang dia hilangkan, tapi pelaku hanya punya satu, tapi kami sangat bersyukur dia divonis mati,"jelas Andin. 

Jika boleh tahu, seperti apa sosok almarhumah Ibu dan adik Mbak di mata Mbak pribadi?

Disini Andin mengungkapkan bahwa semasa hidup, ibunya tak pernah menjelekan pelaku. Bahkan seakan tertutup dan menunjukkan suasana bahagianya saja. 

Ibunya adalah sosok yang sangat disayanginya karena merupakan pribadi yang baik dan sosok seorang ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. 

Begitu juga dengan sang adik, merupakan sosok ceria dan sangat dekat juga dengan dirinya. 

"Ibu dan adik saya ini orang baik, tidak pernah mereka cerita-cerita yang menjatuhkan pelaku, malah sering ditutup-tutupinya, kami sangat kehilangan,"tutur Andin. 

Bahkan, ibunya ini terus mengingatkan Andin untuk menyelesaikan pendidikan sarjananya.

Sebelum kejadian itu, ia bersyukur sempat menyelesaikan pendidikannya dan memberikan kabar bahagia itu kepada ibunya. 

"Ibu dulu selalu berpesan agar pendidikan jangan ditinggalkan, sebelum kejadian itu, saya sudah selesai dan sempat memberikan kabar baik itu kepada ibu,"lanjut Andin. 

Setelah kejadian tragis itu, bagaimana perubahan yang paling terasa dalam kehidupan keluarga?

Hingga saat ini, Andin mengungkapkan duka dan trauma itu masih belum hilang.

Tak jarang, ia dan keluarga besarnya sering menangis jika mengingat kejadian tersebut.

Ia mengaku sangat kehilangan sosok ibu dan adik yang disayanginya. 

"Masih, sangat kehilangan kami, apalagi saat sedang di rumah sendirian,"ucap Andin. 

Apakah sampai sekarang masih ada trauma atau ketakutan yang tersisa, terutama di lingkungan tempat tinggal?

Dengan nada yang sedikit bergetar, Andin mengungkapkan bahwa rasa trauma dan ketakutan pasti ada. Apalagi, ia sekarang khawatir dengan keluarga dari pihak pelaku. Oleh karena itu untuk menutupi rasa ketakutan dan trauma, mereka sering menghabiskan waktu untuk jalan-jalan keluar rumah. 

"Trauma dan ketakutan itu sampai sekarang masih ada, masih teringat persis kejadian itu,"lanjut Andin. 

Bisa ceritakan, bagaimana saat kejadian penemuan jenazah korban dan perasaan kita saat itu?

Andin menceritakan, pada Rabu (30 April 2025) adiknya mengirimkan pesan kepadanya melalui aplikasi WhatsApp. Namun, saat itu ada keanehan pada pesan tersebut.

Pesan itu berisi permintaan dari Gaidah agar Andin menjemputnya ke sekolah. Meski begitu, perasaan Andin saat itu tidak tenang.

Ia mengaku terus kepikiran, bahkan merasa gundah dan terdorong untuk pergi ke kontrakan tempat ibunya tinggal.

Sesampainya di sana, pintu kontrakan dalam kondisi terkunci. Dari keterangan tetangga, diketahui pelaku sudah terlihat pergi sejak pagi hari.

Saat itu, Andin masih berusaha berpikiran positif. Ia mengira ibunya dan adiknya sedang keluar. Namun, ia tetap berusaha mencari keberadaan keduanya. Andin bahkan mengaku sudah berulang kali bolak-balik ke kontrakan itu, tetapi selalu mendapati pintu dalam keadaan terkunci dan tertutup.

Hingga pada Jumat (2 Mei 2025), perasaan tak tenang itu memuncak.

Ia akhirnya memutuskan untuk mendobrak pintu rumah tersebut.

Saat itu, ada saksi lain yakni Reza yang datang ke rumahnya, dan mereka bersama-sama menuju kontrakan ibunya. Dalam hati, mereka masih berharap tidak terjadi apa-apa.

Sesampainya di kontrakan, Andin sempat berpikiran positif ketika melihat banyak lalat berterbangan. Ia mengira lalat-lalat itu berasal dari tumpukan sampah di dalam rumah.

Namun, begitu pintu berhasil didobrak, saksi yang berada di depan tiba-tiba berucap, “Astagfirullah.”

Andin yang berada di belakang langsung maju dan melihat tubuh ibunya tergeletak. Saat itu, mereka belum mengira telah terjadi pembunuhan.

Awalnya, Andin menduga ibunya meninggal karena bunuh diri. Namun setelah melihat luka-luka di tubuh korban, barulah ia menyadari bahwa itu adalah pembunuhan.

Andin menangis sejadi-jadinya dan spontan menyebut nama Gunawan sebagai pelakunya, terlebih karena motor ibunya juga sudah tidak ada.

Saat itu, Andin belum mengetahui bahwa adiknya juga turut menjadi korban. Ia baru mengetahui kabar duka itu setelah mendapat informasi dari pihak kepolisian.

Di momen itulah, dunia Andin seakan runtuh. Ia mengaku hatinya hancur sehancur-hancurnya setelah mendengar kabar bahwa adiknya juga tewas dalam peristiwa tragis tersebut.

"Saat itu nama yang pertama kali saya tersebut tak tahu kenapa Gunawan, langsung kepikiran ke dia,"ucap Andin.

Apakah Mbak sempat bertatap muka langsung dengan pelaku selama proses sidang? dan Setelah vonis dijatuhkan, apakah ada perasaan ingin memaafkan pelaku, atau justru sulit untuk melakukannya?

Andin menjawab selama persidangan, ia hanya melihat pelaku dari jauh saja. Dimana pelaku juga selalu dalam kondisi tertunduk.

Terkait perihal memaafkan perbuatan pelaku, Andin dengan tegas mengatakan tidak untuk hal itu. 

"Tidak, dua nyawa yang saya sayangi direnggutnya pak,"ucap Andin. 

Kalau diberi kesempatan berbicara langsung kepada pelaku, apa yang ingin Mbak sampaikan?

Andin mengaku ingin bertanya langsung dengan pelaku.

Ia sangat ingin menanyakan langsung mengapa tega membunuh ibu dan adiknya.

Bahkan ia sangat penasaran, alasan pelaku melakukan pembunuhan karena ternyata terbukti aksinya ini berencana. 

Apa pesan Mbak untuk aparat penegak hukum yang telah menangani kasus ini?

Andin sangat berterima kasih dengan aparat penegak hukum. Mulai dari polisi, kejaksaan hingga hakim pengadilan. Hukuman yang diterima pelaku saat ini sangat sesuai dengan aksi kejinya. 

Terakhir, apa yang ingin Mbak ucapkan untuk semua pihak dalam kasus ini?

Disini Andin mengaku sangat berterima kasih kepada semua pihak yang terus membantu dan mengawal kasus pembunuhan ibu dan adiknya itu.

Mulai dari saat penemuan dan pengejaran pelaku hingga saat menjelang vonis akhir persidangan.

Semuanya tak lepas dari perjuangan bersama mulai dari masyarakat, keluarga, aparat penegak hukum dan tentunya media-media yang terus menaikkan berita. 

"Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terus mengawal kasus ini, juga kepada orang yang terus memberikan kami semangat,"sampai Andin. 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved