Berita Rejang Lebong

Petani Tomat di Rejang Lebong Bengkulu Kian Merana, Harga Anjlok, Hanya Dihargai Rp 800 per Kg

Harga  komoditi sayur jenis tomat di Kabupaten Rejang Lebong saat ini tengah terjun bebas. Di tingkat petani, harga tomat hanya Rp 800 perak saja.

Penulis: M Rizki Wahyudi | Editor: Yunike Karolina
M Rizki Wahyudi/TribunBengkulu.com
Petani tomat tengah mengeluhkan harga jual yang semakin anjlok di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi 

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG - Harga  komoditi sayur jenis tomat di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu terjun bebas.

Di tingkat petani, harga tomat hanya Rp 800 saja perkilogramnya. Di tengah harga BBM dan bahan pokok lainnya yang mengalami kenaikan, harga komoditi sayuran malah anjlok.

Tak sedikit petani yang kecewa karena tidak sebanding dengan modal usaha yang dikeluarkan jauh lebih mahal dari harga jual. 

Salah satu petani tomat di Desa Teladan Kecamatan Curup Selatan Sumijan mengaku kecewa dan sedih dengan harga tomat yang semakin turun.

Harganya saat ini tidak sebanding dengan modal usaha yang dikeluarkan. Mulai dari persiapan lahan, plastik mulsa hingga pupuk. Bahkan harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memberikan asupan air tanaman tomatnya di tengah cuaca kemarau yang melanda. 

"Kecewa, harganya sangat murah, tidak sesuai sama modal awal kita," ungkap Sumijan. 

Sumijan menuturkan, di tingkat petani harga tomat hanya sekitar Rp 800 saja perkilogramnya. Padahal sebelumnya, harga tomat masih dikisaran normal dengan harga Rp 6 ribu hingga Rp 8 ribu per kilogram. 

Harga saat ini sangat tidak masuk akal dan menurutnya tidak akan cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, di tengah harga bahan pokok dan BBM yang semakin mahal. 

"Merugi jatuhnya, sangat murah ini, mudah-mudahan ada kenaikan harga lagi," ucap Sumijan. 

Sumijan juga mengaku telah mengantisipasi harga tomat yang jatuh dengan mencoba menanam tanaman lain. Seperti cabai, bawang merah dan beberapa sayuran lainnya. Namun karena efek kemarau menyebabkan sulitnya mendapatkan air, banyak yang gagal. 

"Kita coba nanam cabai tapi gagal, untungnya tanaman bawang merah berhasil, sistem tumpang sari. Hasilnya lumayan bisa menutupi kerugian dari harga tomat yang anjlok," jelas Sumijan. 

Petani tomat lainnya di Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu Rejang, Deden juga mengatakan hal yang sama. Komoditi sayuran jenis tomat selalu mengalami penurunan harga yang tidak masuk akal.

Ia berharap adanya langkah dari pemerintah untuk mengantisipasi hal tersebut. Bahkan ia kembali mengingat akan rencana yang pernah digaungkan sebelumnya yakni pembuatan pabrik saos di Rejang Lebong.

"Kami berharap adanya pergerakan dari pemerintah untuk membantu, ini sudah sering terjadi," papar Deden. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved