Berita Rejang Lebong
Trend Kasus DBD di Rejang Lebong Meningkat, Sejak Awal 2024 Sudah Ada 306 Kasus
Kasus penyakit DBD masih mengintai masyarakat Rejang Lebong. Sejak awal 2024, Dinkes Rejang Lebong mencatat sudah ada 306 lebih kasus DBD.
Penulis: M Rizki Wahyudi | Editor: Yunike Karolina
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi
TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG - Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mengintai masyarakat Rejang Lebong. Sejak awal 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Rejang Lebong mencatat sudah ada 306 lebih kasus DBD.
Meningkatnya kasus DBD di Rejang Lebong diduga akibat cuaca yang tidak menentu. Setiap bulannya, selalu ada temuan baru kasus DBD di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
Adapun rinciannya sejak awal tahun ini mulai dari Januari ada 47 kasus, Februari ada 56 kasus, Maret ada 66 kasus, April ada 43 kasus dan Mei ada 25 kasus. Kemudian pada Juni ada 37 kasus dan Juli ada 32 kasus. Serta pada bulan Agustus, juga ada puluhan kasus DBD yang ditemukan.
"Untuk kasus DBD memang masih cukup tinggi di Rejang Lebong, ini total kasusnya dari awal tahun sampai sekarang saja sudah melebihi jumlah kasus pada tahun 2023 lalu," kata Kepala Dinkes Rejang Lebong Dhendy Novianto Saputra, SKM melalui Kasi Pencegahan dan Pengendali Penyakit Menular (P2PM), Titin Julita SKM.
Adapun kasus sebaran DBD terbanyak memang berada di wilayah perkotaan. Diduga tingginya kasus DBD yang terjadi sejak awal tahun 2024 adalah cuaca buruk dan kebersihan lingkungan.
Meskipun cukup banyak kasus, pihaknya bergerak cepat menekan angka penyebaran DBD di suatu wilayah. Dari ratusan kasus DBD yang ditemukan, untungnya tidak ada satupun pasien yang meninggal dunia.
"Hampir setiap bulannya temuan kasus DBD itu puluhan kasus, masih tinggi," lanjut Titin.
Pihaknya terus mengajak semua masyarakat waspada dengan kasus DBD. Upaya yang dilakukan adalah gencar mengajak masyarakat untuk menggalakkan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSM) 3 M.
Mulai dari menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
Selain itu pencegahan juga bisa dengan menyemprot rumah atau memakai repellent pada pagi dan sore hari. Waktu di mana nyamuk aedes aegypti aktif.
Sedangkan untuk fogging, ia menyebut bahwa hal itu adalah salah satu cara terakhir yang dilakukan. Fogging sendiri sebenarnya tidak dianjurkan karena mengandung bahan-bahan berbahaya.
"Fogging ini memang merupakan salah satu cara pemberantasan DBD, tapi itu bisa dikatakan upaya terakhir, yang paling penting dan utama itu adalah gerakan PSM 3M," ujar Titin.
Baca juga: Cerita Keluarga Korban, Mobil Tertabrak Kereta Api di SBI Rejang Lebong saat Hendak Jemput Pengantin
Berita Rejang Lebong
Rejang Lebong
Bengkulu
Kasus DBD Rejang Lebong
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dinkes Rejang Lebong
| Petani di Sindang Beliti Ilir Rejang Lebong Tewas Minum Racun Rumput, Diduga karena Tekanan Ekonomi |
|
|---|
| Penyebab Petani di SBI Rejang Lebong Nekat Minum Racun Rumput, Depresi karena Ekonomi? |
|
|---|
| Kisah Haru Kaprin: 17 Tahun Mengabdi, Jelang Pensiun Akhirnya Resmi Jadi PPPK Rejang Lebong |
|
|---|
| 1.106 PPPK Rejang Lebong Dilantik di Hari Sumpah Pemuda, 32 Masih Tertunda |
|
|---|
| Menapak Jejak Bidadari di Batu Dewa Rejang Lebong: Antara Mitos, Sejarah dan Keindahan Alam |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Fogging-petugas-dbd.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.